Pendidikan
di Indonesia terus berinovasi, dan salah satu terobosan dalam beberapa tahun
terakhir adalah Kurikulum Merdeka. Dirancang untuk memberikan fleksibilitas
kepada satuan pendidikan dan memfokuskan pada pengembangan kompetensi peserta
didik, Kurikulum merdeka membawa serta perubahan paradigma yang mendasar,
termasuk dalam hal evaluasi pembelajaran. Salah satu aspek yang memerlukan
pemahaman adalah Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP).
Pergeseran Paradigma dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Sebelum
Kurikulum Merdeka, sistem pendidikan kita akrab dengan istilah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM). KKM dianggap sebagai batasan nilai yang menentukan
apakah seorang peserta didik tuntas dalam suatu mata pelajaran. Meskipun
memiliki tujuan untuk menetapkan standar, KKM hanya sebagai formalitas dan
kurang merepresentasikan keberagaman proses belajar peserta didik.
Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyatakan
bahwa KKTP bukanlah pengganti KKM. Perbedaannya terletak pada penerapannya.
KKTP berfokus pada ketercapaian tujuan pembelajaran yang spesifik dan beragam,
bukan nilai rata-rata mata pelajaran. Hal itu berarti seorang peserta didik
dapat dikatakan "tercapai" dalam suatu tujuan pembelajaran bahkan
jika belum mencapai semua indikator pada tingkat yang sama, asalkan menunjukkan penguasaan yang memadai terhadap
tujuan pembelajaran. Pergeseran ini mendorong guru untuk melihat peserta didik
secara lebih personal, memahami progres setiap murid, dan memberikan dukungan
yang sesuai.
Memahami KKTP Bukan Hanya Nilai
Sebagai guru memiliki kebijakan untuk menentukan KKTP berdasarkan karakteristik peserta didik, capaian pembelajaran, dan kondisi satuan pendidikan. Setidaknya ada tiga pendekatan yang dapat digunakan guru dalam merumuskan KKTP, seperti yang disarankan oleh panduan Kemendikbudristek:
Deskripsi Kriteria
Pendekatan ini menerapkan pada penjelasan kualitatif mengenai capaian
yang diharapkan dari peserta didik. Misalnya, untuk tujuan pembelajaran
"Peserta didik mampu menyajikan gagasan dalam bentuk tulisan
deskriptif," KKTP dapat berupa deskripsi seperti "Peserta didik dapat
merumuskan ide-ide utama, menggunakan kosakata yang tepat, dan membuat kalimat
yang efektif untuk mendeskripsikan suatu objek atau peristiwa secara
detail." Pendekatan ini memungkinkan guru untuk fokus pada kualitas pekerjaan
peserta didik bukan pada kuantitas atau nilai.
Rubrik
Rubrik adalah sistem penilaian yang berisi seperangkat kriteria untuk mengevaluasi pekerjaan peserta didik, biasanya dalam bentuk tingkatan atau skala. Setiap tingkatan dijelaskan secara naratif, menguraikan karakteristik kinerja yang diharapkan.
Contohnya, rubrik untuk keterampilan berbicara dapat
memiliki tingkatan seperti "Sangat Mahir" (mahasiswa berbicara dengan
lancar, percaya diri, dan menggunakan intonasi yang tepat), "Mahir"
(mahasiswa berbicara dengan cukup lancar, namun terkadang ragu), dan
seterusnya. Rubrik memberikan panduan yang jelas bagi guru dan peserta didik
tentang ekspektasi kinerja, mendorong pembelajaran mandiri, dan memberikan
penilaian yang tepat.
Skala atau Interval Nilai
Penggunaan skala atau interval nilai masih dimungkinkan dalam
KKTP, namun dengan pemahaman yang berbeda. Misalnya, untuk tujuan pembelajaran
yang melibatkan pemahaman materi, KKTP dapat ditetapkan bahwa peserta didik
dianggap mencapai tujuan jika memperoleh skor antara 75-100 pada tes formatif.
Penting untuk diingat bahwa penggunaan skala harus dibarengi dengan pemahaman
kualitatif tentang apa arti skor tersebut dalam pembelajaran.
Implikasi dan Tantangan dalam Implementasi KKTP
Penerapan
KKTP membawa berbagai implikasi positif bagi ekosistem pendidikan. Pertama,
membuat pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Dengan fokus pada tujuan
pembelajaran, guru lebih cenderung merancang aktivitas yang sesuai, serta
memberikan penilaian yang personal. Kedua, KKTP mendukung penilaian formatif
yang berkelanjutan. Guru dapat secara rutin memantau kemajuan peserta didik,
mengetahui bagian yang memerlukan dukungan, dan menyesuaikan strategi
pengajaran.
Namun,
perubahan menuju KKTP juga tidak lepas dari tantangan. Salah satu tantangan
yaitu perubahan pola pikir guru. Terbiasa dengan KKM yang terkesan
"mudah" dan terukur secara numerik, beberapa guru merasa kesulitan
dalam merumuskan KKTP yang lebih kualitatif dan deskriptif. Dibutuhkan
pelatihan yang intensif dan pendampingan yang berkelanjutan untuk memastikan
guru memahami dan mampu menerapkannya secara efektif.
Tantangan
lain adalah pengembangan perangkat penilaian yang sesuai dan valid. Merancang
rubrik atau deskripsi kriteria yang jelas memerlukan waktu dan keahlian. Oleh
karena itu, kerjasama antar guru dan dukungan dari komunitas belajar
profesional menjadi sangat penting. Kemendikbudristek telah menyediakan
berbagai sumber daya dan panduan, namun implementasi di lapangan tetap
memerlukan adaptasi dan inovasi.
Data dan
Fakta Pendukung KKTP Kurikulum Merdeka
Meskipun Kurikulum Merdeka masih relatif baru, berbagai laporan awal menunjukkan tren positif. Sebuah survei yang dilakukan oleh Pusat Asesmen Pendidikan (Pusmendik) Kemendikbudristek menunjukkan bahwa mayoritas guru yang mengimplementasikan Kurikulum Merdeka merasakan peningkatan dalam pembelajaran dan penilaian.
Data
dari Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) juga menunjukkan
peningkatan partisipasi guru dalam program pelatihan Kurikulum Merdeka,
termasuk modul-modul yang membahas asesmen dan KKTP.
Lebih
lanjut, berbagai studi kasus di beberapa sekolah perintis Kurikulum Merdeka
melaporkan peningkatan keterlibatan peserta didik dalam proses belajar dan
pemahaman terhadap materi pelajaran. Misalnya, di salah satu sekolah dasar di
Yogyakarta, penerapan KKTP dengan rubrik terperinci pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia menghasilkan peningkatan dalam kemampuan peserta didik menyusun
cerita pendek, yang sebelumnya hanya terpaku pada aspek teknis penulisan. Hal
itu menunjukkan bahwa ketika guru memiliki keleluasaan untuk merancang
penilaian, hasil pembelajaran yang lebih berkualitas dapat tercapai.
Kriteria
Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP) dalam Kurikulum Merdeka adalah sebuah
langkah menuju sistem pendidikan yang lebih adaptif dan berpusat pada peserta
didik. Dengan upaya untuk berubah dari sekadar "lulus atau tidak
lulus" menjadi "apa yang telah dicapai dan bagaimana dapat
dikembangkan lebih lanjut." KKTP mendorong guru untuk menjadi perancang
pembelajaran yang inovatif, mampu melihat potensi dalam setiap peserta didik,
dan memberikan dukungan yang tepat untuk mencapai tujuan belajar.
Pada
akhirnya, KKTP bukan hanya tentang penilaian, tetapi tentang membangun
ekosistem pembelajaran yang memungkinkan setiap peserta didik untuk mencapai
potensi maksimalnya dan menjadi pembelajar.

