Sebagai ilmu sejarah memiliki syarat-syarat sebagai berikut kecuali ...

Sebagai ilmu sejarah memiliki syarat-syarat sebagai berikut kecuali


Sebagai ilmu sejarah memiliki syarat-syarat sebagai berikut kecuali ...

 

a. Memiliki teori

b. Bersifat empiris

c. Memiliki metode

d. Memiliki objek

e. Memiliki rumus pasti

 

Jawaban: e. Memiliki rumus pasti

 

Sejarah merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa masa lalu. Namun, sejarah tidak hanya berkaitan dengan catatan masa lampau, melainkan juga dengan upaya memahami sebab, serta dampaknya terhadap kehidupan masa kini. 


Sebagai ilmu, sejarah tentu harus memenuhi beberapa syarat ilmiah, seperti memiliki teori, metode, sifat empiris, dan objek kajian. Meskipun demikian, sejarah juga berbeda dari ilmu eksakta karena tidak mengenal adanya rumus pasti.

 

 

Hakikat Sejarah sebagai Ilmu

Untuk dapat disebut sebagai ilmu, sebuah bidang pengetahuan harus memenuhi kriteria ilmiah tertentu. Ilmu harus disusun secara sistematis, memiliki metode penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan, bersifat rasional, dan berdasarkan bukti empiris. Dalam hal ini, sejarah memang termasuk dalam kategori ilmu pengetahuan, sebab kajian didasarkan pada bukti dan analisis yang logis.

 

Sejarah melalui proses panjang mulai dari pengumpulan sumber hingga penulisan hasil penelitian. Artinya, pengetahuan sejarah harus berdasarkan fakta yang dapat dibuktikan, bukan sekadar opini atau mitos. 


Namun, yang membedakan sejarah dari ilmu alam atau ilmu pasti adalah cara kerja dan bersifat objektif. Jika ilmu fisika atau kimia meneliti hukum alam yang bisa diulang dan diukur, maka sejarah meneliti peristiwa yang tidak dapat terulang sama persis.

 

 

Syarat-syarat Ilmu dalam Sejarah

Memiliki Teori

Sejarah memiliki teori yang menjelaskan hubungan sebab akibat dan dinamika perubahan sosial. Teori sejarah membantu sejarawan memahami pola, struktur, dan konteks dari setiap peristiwa. Contohnya, teori determinisme sejarah menjelaskan bahwa peristiwa masa lalu ditentukan oleh faktor-faktor tertentu seperti ekonomi atau politik, sementara teori historisisme menekankan bahwa setiap peristiwa dalam konteks zamannya sendiri.

 

Bersifat Empiris

Sifat empiris berarti sejarah didasarkan pada fakta yang dapat dibuktikan melalui sumber-sumber sejarah. Bukti ini dapat berupa arsip, dokumen, prasasti, artefak, atau kesaksian lisan. Sejarawan tidak boleh menulis sejarah tanpa dasar yang kuat. Dalam hal ini, sejarah berbeda dari mitos atau legenda, karena sejarah selalu menuntut pembuktian dari data yang ditemukan di lapangan.

 

Memiliki Metode

Sejarah memiliki metode ilmiah tersendiri yang disebut metode historis. Metode ini mencakup empat tahapan utama:

 

  • Heuristik (pengumpulan sumber)
  • Verifikasi atau kritik sumber (menilai keaslian dan kebenaran sumber)
  • Interpretasi (menafsirkan makna dan hubungan antarperistiwa)
  • Historiografi (penulisan sejarah secara sistematis)

Melalui metode ini, sejarawan berusaha menjaga keobjektifan dan ketepatan dalam menyusun fakta sejarah.

 

Memiliki Objek Kajian

Objek dalam sejarah adalah peristiwa masa lalu manusia. Artinya, sejarah tidak meneliti kejadian alam semata, tetapi peristiwa yang melibatkan tindakan, keputusan, dan pengalaman manusia. Objek tersebut harus memiliki nilai penting, berpengaruh, serta dapat dijadikan bahan pembelajaran bagi generasi berikutnya. Misalnya, sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia atau Perang Dunia II menjadi objek kajian karena bisa dijadikan pelajaran besar bagi manusia.

 

 

Mengapa Sejarah Tidak Memiliki Rumus Pasti

Berbeda dengan ilmu eksakta, sejarah tidak memiliki rumus pasti yang dapat digunakan untuk menjelaskan atau memprediksi suatu peristiwa. Hal ini karena peristiwa sejarah bersifat kontekstual.


Misalnya, revolusi di Prancis tahun 1789 tidak bisa dijelaskan dengan rumus matematika, tetapi harus dianalisis melalui konteks sosial, politik, ekonomi, dan budaya masyarakat saat itu. Tidak ada dua peristiwa sejarah yang benar-benar identic, setiap peristiwa memiliki latar belakang dan akibat yang berbeda.

 

Selain itu, sejarah melibatkan unsur manusia yang memiliki kehendak, emosi, dan nilai-nilai moral. Faktor-faktor tersebut sulit diukur secara matematis. Oleh sebab itu, sejarah disebut sebagai ilmu non-eksakta, yang lebih mengandalkan penalaran logis dan interpretasi dibandingkan perhitungan angka.

 

 

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sejarah memang memenuhi sebagian besar syarat sebagai ilmu, yakni memiliki teori, bersifat empiris, menggunakan metode ilmiah, dan memiliki objek kajian yang jelas. 


Namun, sejarah tidak memiliki rumus pasti, karena peristiwa sejarah tidak dapat dijelaskan dengan hukum universal seperti ilmu alam. Sifat manusiawi, kontekstual, dari setiap kejadian membuat sejarah berbeda di antara cabang-cabang ilmu pengetahuan.

 

Oleh karena itu, pernyataan yang tidak termasuk dalam syarat-syarat ilmu sejarah adalah: e. Memiliki rumus pasti.

LihatTutupKomentar