Hak VOC untuk menebang tanaman rempah-rempah di Maluku adalah ...
a.
Verplichte Leverantie
b. Pelayaran
Hongi
c.
Contingenten
d. Poenale
Sanctie
e.
Ekstirpasi
Jawaban: e. Ekstirpasi
Abad ke-17 hingga ke-18 menjadi periode penting dalam sejarah Nusantara, khususnya di Maluku, ketika Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) menguasai perdagangan rempah-rempah. Komoditas seperti cengkeh, pala, dan fuli menjadi incaran bangsa Eropa karena nilai ekonominya sangat tinggi di pasar internasional.
Untuk
mengamankan monopoli dagang, VOC tidak hanya melakukan perjanjian dengan
penguasa lokal, tetapi juga menetapkan berbagai kebijakan yang mengekang rakyat
Maluku. Salah satunya adalah kebijakan ekstirpasi, yakni hak VOC untuk menebang
tanaman rempah-rempah yang dianggap berlebihan.
Apa Itu Ekstirpasi?
Ekstirpasi
berasal dari kata extirpatie, yang berarti pemusnahan atau penebangan tanaman.
Dalam konteks VOC, ekstirpasi adalah kebijakan pengendalian produksi
rempah-rempah dengan cara menebang pohon cengkeh dan pala yang jumlahnya
dianggap berlebih.
VOC beralasan bahwa kebijakan ini dilakukan untuk:
- Mengendalikan pasokan rempah agar tidak terlalu banyak di pasar dunia.
- Menjaga harga tetap tinggi, sehingga keuntungan VOC maksimal.
- Menghentikan perdagangan liar antara rakyat Maluku dan pedagang asing non-Belanda.
Namun, bagi
rakyat Maluku, kebijakan tersebut menjadi masalah ekonomi. Masyarakat dipaksa
menyaksikan tanaman yang telah ditanam turun-temurun dimusnahkan demi
kepentingan VOC.
Dampak Ekstirpasi bagi Rakyat Maluku
Kerugian Ekonomi
Rakyat
kehilangan sumber utama penghasilan, karena tanaman rempah adalah komoditas
bernilai tinggi.
Kemiskinan Struktural
VOC memaksa
rakyat hanya menanam sesuai kuota yang ditentukan. Jika kelebihan, pohon
ditebang tanpa ganti rugi.
Ketergantungan pada VOC
Rakyat tidak
bisa lagi menjual hasil rempah kepada pedagang lain. VOC memonopoli, membeli
dengan harga rendah, lalu menjual kembali dengan harga tinggi di pasar Eropa.
Perlawanan Sosial
Kebijakan
ekstirpasi memicu berbagai perlawanan di Maluku, seperti perlawanan rakyat
Hitu, Seram, dan Tidore, yang menolak praktik monopoli VOC.
Perbandingan dengan Kebijakan VOC Lainnya
Untuk
memahami lebih lanjut, mari kita bandingkan ekstirpasi dengan kebijakan VOC
lain yang sering disamakan:
Verplichte Leverantie
- Rakyat diwajibkan menyerahkan hasil bumi yaitu rempah hanya kepada VOC dengan harga murah.
- Perbedaannya: jika ekstirpasi menebang pohon untuk membatasi produksi, leverantie memaksa rakyat menjual hasil panen ke VOC.
Pelayaran Hongi
- Patroli laut menggunakan kapal kora-kora oleh VOC dan sekutu lokal untuk mengawasi rakyat.
- Tujuannya menghukum rakyat yang menjual rempah ke pedagang lain atau menyelundupkan hasil panen.
- Perbedaan: hongi adalah sistem pengawasan, sedangkan ekstirpasi adalah tindakan menebang pohon.
Contingenten
- Rakyat harus menyerahkan sebagian hasil panennya sebagai pajak.
- Perbedaan: contingenten lebih bersifat kewajiban pajak, sementara ekstirpasi adalah pembatasan jumlah tanaman.
Poenale Sanctie
- Kebijakan ini muncul pada era Tanam Paksa (Cultuurstelsel, abad ke-19), jauh setelah VOC bubar.
- Berisi ancaman hukuman bagi petani yang tidak memenuhi kewajiban menanam atau menyerahkan hasil panen.
- Perbedaan mendasar: poenale sanctie bukan kebijakan VOC, tetapi kebijakan pemerintah Hindia Belanda.
Hak VOC
untuk menebang tanaman rempah-rempah di Maluku dikenal dengan istilah
ekstirpasi. Kebijakan tersebut merupakan strategi ekonomi VOC untuk menjaga
monopoli perdagangan rempah, dengan cara membatasi produksi agar harga tetap
tinggi di pasar internasional.
Jika
dibandingkan dengan kebijakan lain seperti verplichte leverantie, pelayaran
hongi, contingenten, dan poenale sanctie, maka ekstirpasi lebih bersifat
destruktif, karena langsung menghancurkan sumber penghidupan rakyat. Kebijakan
ini menjadi salah satu faktor utama munculnya perlawanan rakyat Maluku terhadap
VOC.
FAQ tentang Ekstirpasi VOC di Maluku
1. Apa yang dimaksud dengan ekstirpasi?
Ekstirpasi
adalah kebijakan VOC untuk menebang atau memusnahkan pohon rempah-rempah
seperti cengkeh dan pala di Maluku agar produksi tidak berlebihan. Tujuannya
adalah menjaga harga tetap tinggi dan mengamankan monopoli perdagangan VOC.
2. Mengapa VOC menerapkan kebijakan ekstirpasi?
Karena VOC
ingin:
- Mengendalikan produksi rempah.
- Menjaga harga di pasar dunia agar tidak jatuh.
- Mencegah rakyat Maluku menjual hasil rempah kepada pedagang asing selain VOC.
3. Apa dampak ekstirpasi bagi rakyat Maluku?
- Kehilangan sumber penghasilan utama.
- Terjerat dalam kemiskinan karena hanya boleh menjual ke VOC dengan harga murah.
- Timbul perlawanan terhadap VOC akibat ketidakadilan.
4. Apa bedanya ekstirpasi dengan kebijakan VOC lainnya?
- Verplichte Leverantie: rakyat wajib menjual hasil panen ke VOC dengan harga murah.
- Pelayaran Hongi: patroli laut untuk mengawasi perdagangan rempah dan menghukum rakyat yang melanggar.
- Contingenten: pajak berupa hasil bumi yang diserahkan ke VOC.
- Poenale Sanctie: hukuman dalam sistem tanam paksa (bukan kebijakan VOC, tapi pemerintah kolonial setelah VOC bubar).
- Ekstirpasi: penebangan pohon rempah agar produksi terbatas.
5. Bagaimana sikap rakyat Maluku terhadap ekstirpasi?
Banyak
rakyat Maluku yang menolak kebijakan ekstirpasi. Perlawanan muncul di berbagai
wilayah seperti Hitu, Seram, dan Tidore karena rakyat merasa hak hidup dan
sumber penghidupan dirampas oleh VOC.
6. Apakah ekstirpasi berhasil bagi VOC?
Secara
ekonomi, ya, karena harga rempah tetap tinggi dan VOC meraih keuntungan besar.
Namun, secara sosial dan politik, kebijakan ini justru menimbulkan kebencian
rakyat dan memperlemah kedudukan VOC dalam jangka panjang.

