Penilaian
bukan hanya menilai angka dan hasil ujian. Tetapi cerminan dari interaksi
antara guru dan murid, serta proses pembelajaran yang terjadi di dalam ruang
kelas. Pertanyaan tentang perilaku guru dan respon murid yang mendukung
penilaian, bagaimana pendidikan dijalankan, nilai-nilai apa yang dibangun, dan
sejauh mana hubungan timbal balik membentuk kualitas pembelajaran.
Guru sebagai Pengarah Proses Penilaian
Perilaku
guru tidak hanya berfungsi sebagai instrumen akademik, tetapi juga sebagai
aspek moral, emosional, dan sosial. Menurut penelitian UNESCO mengenai kualitas
pembelajaran di Asia Tenggara, salah satu indikator efektivitas pendidikan
adalah assessment literacy guru, yaitu kemampuan memahami, merancang, dan
menerapkan penilaian sesuai peserta didik. Dengan kata lain, penilaian yang
berkualitas tidak dapat dilepaskan dari perilaku profesional guru di kelas.
Seorang guru
yang konsisten menampilkan sikap adil, transparan, dan komunikatif akan
memengaruhi bagaimana murid memaknai proses belajar. Guru yang menunjukkan
keterbukaan dalam menjelaskan kriteria penilaian, bisa membantu murid memahami
standar capaian yang diharapkan. Tidak berhenti di situ, perilaku memberi umpan
balik yang tepat membuat penilaian tidak hanya berfungsi sebagai evaluasi,
tetapi juga motivasi untuk berkembang.
Hal itu
dapat dilihat dari survei PISA 2018 yang dirilis OECD, di mana murid yang
merasa mendapat penjelasan jelas dari guru mengenai penilaian menunjukkan
capaian 20% lebih baik dalam literasi membaca dibanding murid yang tidak
mendapatkan penjelasan. Fakta tersebut menegaskan bahwa perilaku guru dalam
memberi arahan berpengaruh terhadap capaian akademik.
Respon Murid sebagai Cermin Penilaian
Jika guru
menjadi pengarah, murid adalah pelaku utama yang memaknai dan merespons
penilaian. Respon murid mencakup sikap dalam menerima, menanggapi, dan
merefleksikan setiap masukan dari guru. Murid yang menunjukkan keterbukaan
untuk belajar dari kesalahan, keberanian bertanya, serta kemauan merevisi
pekerjaan adalah bukti bahwa penilaian bukan pada nilai akhir, melainkan
menjadi refleksi diri.
Sehingga,
respon murid bukan hanya bentuk kepatuhan, melainkan bagian dari keterlibatan
aktif (student engagement). Sebuah studi oleh American Psychological
Association mengungkapkan bahwa murid yang aktif merespons penilaian dengan
bertanya dan mencari umpan balik memiliki tingkat pencapaian akademik yang
lebih tinggi, serta mengembangkan daya juang yang lebih kuat.
Namun tidak
dapat dipungkiri, ada pula murid yang justru menunjukkan sikap sebaliknya yaitu
merasa takut, tertekan, atau bahkan acuh terhadap penilaian. Kondisi tersebut
dipicu oleh perilaku guru yang terlalu menekankan aspek nilai tanpa memberikan
penjelasan. Sehingga tampak jelas keterhubungan antara perilaku guru dan respon
murid, ketika guru menghargai proses, murid lebih mungkin menunjukkan respon
yang positif.
Dialektika Guru-Murid dalam Penilaian
Relasi
antara guru dan murid dalam penilaian sejatinya merupakan hubungan yang saling
melengkapi. Guru membentuk kelas yang mendukung penilaian, sementara murid
menghadirkan respon yang memberi makna bagi penilaian.
Sebagai
contoh, perilaku guru yang menggunakan variasi metode penilaian berupa tes,
proyek, portofolio, hingga penilaian diri memberi kesempatan bagi murid untuk
menunjukkan kompetensi secara lebih luas. Murid yang merespons dengan serius,
menyajikan kreativitas, dan terbuka terhadap refleksi akhirnya menambah
kualitas penilaian.
Praktik ini
selaras dengan prinsip assessment for learning yang diperkenalkan oleh Black
& Wiliam, yakni penilaian yang berorientasi pada peningkatan belajar, bukan
hanya pengukuran hasil. Dalam kerangka ini, perilaku guru yang mendukung adalah
menyediakan instruksi jelas, memberi umpan balik yang mendorong, dan
menumbuhkan rasa percaya diri murid. Sementara respon murid yang mendukung
adalah sikap proaktif, rasa ingin tahu, dan kesediaan untuk memperbaiki diri.
Penilaian sebagai Proses Kemanusiaan
Pada
akhirnya, membicarakan perilaku guru dan respon murid dalam penilaian terkait
dengan dimensi kemanusiaan dalam pendidikan. Penilaian bukan hanya data
kuantitatif yang ada dalam rapor, melainkan proses yang menumbuhkan rasa saling
percaya.
Guru yang
sabar mendengarkan kesulitan murid, memberi ruang diskusi, dan tidak menghakimi
kegagalan, sesungguhnya sedang membangun penilaian yang adil. Murid yang berani
mengakui kesalahan, menerima masukan, dan mencoba lagi, menunjukkan bahwa
penilaian berhasil menumbuhkan sikap tangguh.
Seperti
ditegaskan Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah upaya menuntun segala kekuatan
kodrat anak agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Dalam
semangat itu, perilaku guru dan respon murid dalam penilaian bukan hanya
rutinitas administratif, melainkan langkah bersama menuju pendidikan yang lebih
baik.
Maka, jika
ditanyakan apa perilaku guru dan respon murid yang mendukung penilaian,
jawabannya tidak dapat dipisahkan dari prinsip saling melengkapi. Guru yang
adil, komunikatif, transparan, dan memberi penilaian yang baik. Sementara murid
yang terbuka, reflektif, dan proaktif menjadi cerminan keberhasilan penilaian.