Pak dentje adalah seorang guru baru Ia masih kesulitan

 

Pak dentje adalah seorang guru baru Ia masih kesulitan

Pak Dentje adalah seorang guru baru. Ia masih kesulitan untuk memahami kaitan antara capaian pembelajaran dan tujuan pembelajaran dalam kurikulum dengan asesmen. Pak Dentje menuliskan langkah langkah agar dapat membantu ia memahami :

 

(1) Menelaah capaian pembelajaran

(2) Menurunkan capaian pembelajaran menjadi alur tujuan pembelajaran dan tujuan pembelajaran

(3) Melakukan asesmen

(4) Dari indikator asesmen diturunkan menjadi kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran

(5) Menurunkan tujuan pembelajaran menjadi indikator asesmen

(6) Mendiagnosis penguasaan murid dengan bantuan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran

(7) Menentukan intervensi pembelajaran yang sesuai

 

Langkah langkah yang tepat dan sesuai urutannya adalah …

 

A. 1 – 2 – 5 – 3 – 4 - 6 – 7

B. 1 – 2 – 3 – 5 – 4 – 6 – 7

C. 1 – 2 – 3 – 7 – 5 – 4 – 6

D. 1 – 2 – 5 – 4 – 3 – 6 – 7

 

Jawaban: D. 1 – 2 – 5 – 4 – 3 – 6 – 7

 

Dalam dunia pendidikan, perubahan dari teori kurikulum ke praktik pembelajaran di kelas kali menjadi tantangan bagi para guru, terlebih yang baru memasuki dunia pengajaran. Hal ini dialami oleh Pak Dentje, seorang guru baru yang berusaha memahami bagaimana capaian pembelajaran (CP), tujuan pembelajaran (TP), serta asesmen saling berkaitan dalam proses belajar-mengajar.

 

Bagi Pak Dentje, kesulitan bukan soal membaca panduan kurikulum, tetapi bagaimana menguraikannya ke dalam pengajaran, bagaimana CP diterapkan menjadi alur tujuan pembelajaran, bagaimana TP diturunkan menjadi indikator asesmen, serta bagaimana asesmen tidak hanya menilai hasil, tetapi juga menentukan strategi yang tepat bagi murid.

 

Untuk menjawab kebingungannya, ia menuliskan serangkaian langkah yang dianggap dapat membantu. Namun, tidak semua langkah yang ia susun memiliki urutan sesuai. Oleh karena itu, diperlukan pemetaan ulang agar sesuai dengan prinsip dasar kurikulum merdeka dan konsep asesmen formatif.

 

 

Capaian Pembelajaran sebagai langkah Awal

Setiap proses pembelajaran selalu dimulai dari arah yang jelas, apa yang ingin dicapai murid setelah menempuh suatu fase atau jenjang pembelajaran. Dokumen resmi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menjelaskan bahwa capaian pembelajaran (CP) merupakan deskripsi kompetensi yang harus dikuasai peserta didik pada setiap fase (A–F), mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

 

Bagi seorang guru, termasuk Pak Dentje, CP adalah "panduan" utama. Menerapkan CP berarti memahami gambaran mengenai kompetensi yang ingin dituju. Tanpa pemahaman ini, langkah berikutnya akan kehilangan arah, karena TP dan asesmen merupakan turunan dari CP.

 

Menurunkan CP menjadi Alur Tujuan Pembelajaran dan Tujuan Pembelajaran

Langkah berikutnya adalah mengurai CP menjadi alur tujuan pembelajaran (ATP) dan tujuan pembelajaran (TP). ATP menjelaskan urutan logis pembelajaran yang akan ditempuh murid dalam satu tahun ajaran, sedangkan TP adalah unit yang lebih kecil, berupa deskripsi kompetensi yang diharapkan dicapai dalam satu atau beberapa pertemuan.

 

Sebagai contoh, jika CP Matematika Fase D menyatakan bahwa murid mampu memahami konsep pecahan dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari, maka TP dapat diturunkan seperti: “Murid mampu menyederhanakan pecahan” atau “Murid mampu membandingkan dua pecahan berbeda”.

 

Dari Tujuan Pembelajaran ke Indikator Asesmen

Kesalahan umum yang terjadi, termasuk yang dialami Pak Dentje, adalah langsung melompat ke kegiatan asesmen tanpa terlebih dahulu merumuskan indikator yang jelas. Padahal, TP harus diterjemahkan menjadi indikator asesmen, pernyataan terukur tentang apa yang harus ditunjukkan murid sebagai bukti ketercapaian tujuan.

 

Indikator asesmen yang membantu guru merancang instrumen asesmen, apakah berbentuk tes tertulis, proyek, kinerja, atau observasi. Misalnya, jika TP adalah “Murid mampu membandingkan dua pecahan”, maka indikator asesmen bisa berupa “Murid dapat menentukan pecahan mana yang lebih besar antara ⅔ dan ¾ dengan menggunakan gambar atau perhitungan”.

 

Menurunkan Indikator Asesmen menjadi Kriteria Ketercapaian

Dari indikator asesmen, guru perlu menurunkan kriteria ketercapaian. Menurut Anderson & Krathwohl dalam taksonomi revisi Bloom, setiap indikator asesmen dapat diuraikan ke dalam level ketercapaian yang lebih detail, dari “belum menguasai”, “cukup menguasai”, hingga “sangat menguasai”.

 

Bagi Pak Dentje, ini berarti membuat rubrik atau pedoman penilaian yang memetakan tingkat penguasaan murid. Dengan kriteria ini, asesmen bukan hanya memberikan skor, tetapi juga informasi tentang sejauh mana murid memahami materi.

 

Melaksanakan Asesmen

Barulah setelah kriteria ketercapaian ditentukan, asesmen dapat dilaksanakan. Asesmen bukan sekadar evaluasi akhir, melainkan proses berkelanjutan yang memberi gambaran perkembangan murid. Kurikulum Merdeka menekankan asesmen formatif yang dilakukan selama proses pembelajaran, bukan hanya sumatif di akhir.

 

Dengan cara ini, asesmen berfungsi sebagai alat untuk “membelajarkan”, bukan “mengadili”.Itulah perbedaan mendasar yang harus dipahami oleh guru baru seperti Pak Dentje.

 

Mendiagnosis Penguasaan Murid dan Menentukan Intervensi

Hasil asesmen yang dipadukan dengan kriteria ketercapaian memberi data tentang kemampuan murid. Dari sinilah guru dapat mendiagnosis letak kesulitan belajar.

 

Jika murid masih berada di kategori “belum menguasai”, tugas berupa remedial teaching dapat diberikan. Sebaliknya, bagi murid yang sudah “sangat menguasai”, tugas bisa berupa pengayaan. Diagnosis ini penting agar pembelajaran benar-benar berpihak pada murid, sesuai dengan prinsip differentiated instruction dalam Kurikulum Merdeka.

 

Urutan Langkah yang Tepat

Dari seluruh proses di atas, urutan logis yang paling tepat adalah:

 

D. 1 – 2 – 5 – 4 – 3 – 6 – 7

 

Atau dalam narasi:

 

  • Guru menelaah capaian pembelajaran (1),
  • Menurunkan CP menjadi ATP dan TP (2),
  • Menurunkan TP menjadi indikator asesmen (5),
  • Menurunkan indikator asesmen menjadi kriteria ketercapaian (4),
  • Melaksanakan asesmen (3),
  • Mendiagnosis penguasaan murid berdasarkan kriteria ketercapaian (6),
  • Dan akhirnya menentukan intervensi pembelajaran yang sesuai (7).

 

Urutan ini tidak hanya sesuai dengan prinsip kurikulum, tetapi juga mencerminkan learning cycle yang dianut oleh berbagai literatur pendidikan modern, termasuk yang dirujuk dalam OECD Learning Compass 2030.

 

 

Proses Pak Dentje memahami hubungan antara CP, TP, dan asesmen mencerminkan tantangan banyak guru Ketika mengajar. Pendidikan bukan hanya soal menyampaikan materi, tetapi bagaimana merancang pembelajaran yang terukur, terarah, dan berpihak pada murid.

 

Dengan mengikuti urutan langkah yang tepat yaitu menelaah CP, menurunkan TP, merumuskan indikator, menetapkan kriteria, melakukan asesmen, mendiagnosis hasil, dan memberikan arahan.

LihatTutupKomentar