Perhatikan beberapa tahapan penyusunan asesmen awal pembelajaran berikut:
1.
Melaksanakan asesmen dan mengolah hasilnya
2.
Menganalisis rapor murid tahun sebelumnya
3.
Mengidentifikasi kompetensi yang akan diajarkan
4.
Menggunakan data hasil asesmen untuk merencanakan pembelajaran yang lebih
bermakna dan tepat sasaran
5. Menyusun
instrumen asesmen untuk mengukur kompetensi peserta didik
6. Menggali
informasi tentang murid, seperti latar belakang keluarga, motivasi, minat,
serta ketersediaan sarana dan prasarana
Urutan
manakah yang sesuai dalam menyusun sebuah asesmen awal pembelajaran ?
A.
2-1-3-5-6-4
B.
2-3-6-1-5-4
C.
2-3-5-6-1-4
D.
3-1-5-2-6-4
E.
3-1-5-6-2-4
Jawaban: C. 2-3-5-6-1-4
Terdapat
sebuah tahap penting yang menjadi penentu kualitas pembelajaran yaitu asesmen
awal. Bagi sebagian orang, tahap ini hanya dianggap sebagai formalitas sebelum
memulai pelajaran baru. Namun, bagi pendidik profesional, asesmen awal dapat
memastikan pembelajaran berjalan tepat sasaran, relevan, dan mampu menjangkau
kebutuhan setiap peserta didik.
Pertanyaannya,
bagaimana urutan langkah yang tepat dalam menyusun asesmen awal agar hasilnya
benar sesuai pembelajaran? Untuk menjawabnya, berikut penjelasan satu per satu
proses secara logis, berdasarkan data, serta praktik pendidikan yang terbukti
efektif.
1. Menganalisis Rapor Murid Tahun Sebelumnya (Langkah 2)
Segala
proses asesmen awal yang dimulai dengan memahami jejak pembelajaran murid.
Rapor akademik tahun sebelumnya memberikan gambaran kuantitatif yang penting
seperti capaian kompetensi, pola nilai, dan area yang membutuhkan penguatan.
Menurut
Kemendikbudristek analisis rapor bukan sekadar membaca nilai, melainkan
memeriksa tren perkembangan, konsistensi capaian, serta membandingkan hasil
dengan standar capaian kompetensi. Tahap ini membantu guru memahami titik awal
murid sebelum materi baru diajarkan.
2. Mengidentifikasi Kompetensi yang Akan Diajarkan (Langkah 3)
Setelah
mengetahui kondisi awal murid, guru perlu mengidentifikasi kompetensi yang
menjadi fokus pembelajaran. Kompetensi bisa tercantum dalam Capaian
Pembelajaran (CP) atau Tujuan Pembelajaran yang telah disusun di Kurikulum
Merdeka maupun Kurikulum 2013.
Langkah ini
bersifat strategis, tanpa memahami kompetensi yang akan dicapai, asesmen awal
akan kehilangan relevansinya. Guru yang baik tidak hanya melihat daftar
kompetensi di dokumen resmi, tetapi juga menyesuaikan dengan kebutuhan peserta
didik.
3. Menyusun Instrumen Asesmen (Langkah 5)
Instrumen
asesmen bentuknya bisa beragam seperti tes tertulis, lembar observasi,
wawancara, hingga proyek kecil.
Seperti yang
dijelaskan dalam Panduan Asesmen Awal Pembelajaran oleh Pusat Asesmen
Pendidikan, instrumen yang baik harus memenuhi prinsip validitas (mengukur hal
yang tepat) dan reliabilitas (hasilnya konsisten). Kesalahan dalam merancang
instrumen dapat membuat data yang diperoleh tidak akurat, sehingga merusak
keseluruhan proses perencanaan pembelajaran.
4. Mengidentifikasi Latar Belakang Murid (Langkah 6)
Seorang guru
yang hanya mengukur kemampuan kognitif murid tanpa mempertimbangkan latar
belakang sosial, emosional, dan ekonomi akan kehilangan gambaran utuh tentang
kondisi muridnya.
Informasi
seperti motivasi belajar, minat pribadi, hingga ketersediaan sarana belajar di
rumah memengaruhi strategi pembelajaran. Misalnya, seorang murid memiliki
kemampuan matematika yang baik, tetapi minat rendah karena kurang dukungan di
lingkungan rumah. Data untuk menyusun pendekatan pembelajaran yang lebih
humanis dan kontekstual.
5. Melaksanakan Asesmen dan Mengolah Hasilnya (Langkah 1)
Setelah
semua instrumen siap dan informasi pendukung terkumpul, barulah guru melakukan
asesmen awal secara langsung. Proses ini dapat berlangsung di awal semester
atau sebelum memulai topik tertentu.
Pengolahan
hasil asesmen harus dilakukan secara sistematis. Guru biasanya memanfaatkan
perangkat lunak analisis data sederhana seperti Microsoft Excel atau platform
asesmen daring yang menyediakan analisis otomatis. Tujuannya untuk memeringkat
murid, melainkan memetakan kebutuhan belajar individu maupun kelompok.
6. Menggunakan Hasil Asesmen untuk Merencanakan Pembelajaran (Langkah 4)
Tahap
terakhir adalah mengubah data mentah menjadi rencana pembelajaran yang tepat
sasaran.
Hasil
asesmen awal dapat memetakan kelompok murid yang membutuhkan pengayaan,
pendampingan remedial, atau pendekatan diferensiasi. Menurut penelitian John
Hattie dalam Visible Learning, penggunaan data asesmen secara efektif memiliki
pengaruh terhadap percepatan hasil belajar, dengan effect size mencapai 0,90 —
kategori dampak sangat tinggi.
Urutan yang Tepat: 2-3-5-6-1-4
Jika disusun
secara logis, proses ini mengikuti pola:
- 2 : Menganalisis rapor murid tahun sebelumnya
- 3 : Mengidentifikasi kompetensi yang akan diajarkan
- 5 : Menyusun instrumen asesmen
- 6 : Menggali informasi latar belakang murid
- 1 : Melaksanakan asesmen dan mengolah hasilnya
- 4 : Menggunakan data untuk merencanakan pembelajaran
Urutan ini
memastikan asesmen awal bukan sekadar tes di awal semester, tetapi sebuah
strategi berbasis data yang memperkuat kualitas pembelajaran.
Asesmen awal
adalah proses strategis yang membutuhkan perencanaan matang. Dengan memulai
dari data histori murid, menetapkan kompetensi, merancang instrumen yang valid,
memahami latar belakang peserta didik, hingga mengolah data menjadi strategi
pembelajaran, sehingga guru dapat menciptakan proses belajar yang tepat
sasaran.