Perhatikan cuplikan percakapan guru bahasa indonesia dan siswa berikut
Guru:
"Menurutmu, adakah yang dapat ditambahkan pada teks argumentasi buatanmu?
Murid:
"Hmm ... judul?
Guru:
"Ya, menambahkan judul pasti memudahkan pembaca untuk tahu topik apa yang
mau kamu angkat. Bagaimana tentang sumber fakta yang kamu sampaikan?
Murid:
"Oh, iya benar Bu! Aku lupa belum kasih referensi"
a.
Klarifikasi
b. Nilai
c. Perhatian
d. Saran
e. Apresiasi
Jawaban: d. Saran
Dalam kelas
bahasa Indonesia, interaksi antara guru dan siswa tidak hanya untuk menuntaskan
target kurikulum. Dialog yang sederhana seperti cuplikan di atas tidak hanya
bertanya secara retoris, melainkan memandu siswa agar mampu memahami kekurangan
dalam teks argumentasi yang telah dibuat.
Bila
dicermati, percakapan diatas bukan memberi tahu kesalahan atau memuji hasil
kerja siswa. Guru memulai dengan pertanyaan terbuka — “Menurutmu, adakah yang
dapat ditambahkan…?” — yang memicu kesadaran murid terhadap karyanya. Strategi
tersebut dalam teori pendidikan dikenal sebagai metode scaffolding, yaitu
memberikan panduan secara bertahap agar siswa dapat mencapai pemahaman secara
mandiri.
Unsur Saran dalam Konteks Pembelajaran Bahasa
Mengapa percakapan diatas dikategorikan sebagai saran? Dalam taksonomi komunikasi pembelajaran, saran adalah bentuk masukan yang diberikan untuk memperbaiki atau menyempurnakan suatu karya, disertai alasan atau tujuan yang jelas. Dalam cuplikan tersebut, guru memberi dua bentuk masukan:
- Menambahkan judul : untuk
mempermudah pembaca memahami topik.
- Mencantumkan sumber fakta :
untuk memperkuat validitas argumentasi.
Keduanya
disampaikan dengan alasan yang logis dan relevan dengan tujuan penulisan.
Menurut KBBI, “saran” adalah pendapat yang dikemukakan untuk dipertimbangkan,
dalam praktik pendidikan, saran juga berfungsi membangun kesadaran siswa atas
suatu karya.
Pentingnya Judul dan Referensi dalam Teks Argumentasi
Dalam
penulisan argumentasi, dua unsur yang disarankan guru memiliki fungsi
strategis.
Judul
- Berperan sebagai penanda topik
utama dan memberi gambaran awal bagi pembaca.
- Penelitian yang dilakukan oleh
University of Chicago Press menyebutkan bahwa pembaca cenderung menilai
kesesuaian dan daya tarik sebuah tulisan dari judul sebelum membaca isi.
Sumber Fakta atau Referensi
- Memperkuat klaim yang dibuat
penulis.
- Menambah kredibilitas tulisan
dengan merujuk pada data atau penelitian yang valid.
- Dalam standar penulisan ilmiah,
misalnya menurut American Psychological Association (APA), setiap argumen
yang berbasis data wajib disertai rujukan untuk menghindari plagiarisme
dan menjaga integritas akademik.
Dengan
demikian, saran yang diberikan guru dalam percakapan diatas bukan hanya soal
estetika tulisan, melainkan juga aspek integritas akademis.
Mengapa Bukan Klarifikasi, Nilai, Perhatian, atau Apresiasi?
- Klarifikasi : digunakan untuk
memperjelas informasi yang belum dipahami, sementara guru di sini tidak
meminta penjelasan, melainkan memberikan masukan.
- Nilai : berkaitan dengan
penilaian baik atau buruknya suatu karya, sedangkan guru tidak memberikan
skor atau penilaian.
- Perhatian : lebih pada fokus
terhadap hal tertentu, tetapi di sini fokus guru adalah mengarahkan
perbaikan.
- Apresiasi : biasanya berupa
pujian atau penghargaan, yang tidak terlihat dalam dialog tersebut.
Yang terjadi
adalah pemberian masukan untuk meningkatkan kualitas teks, sehingga jawaban
tepat adalah D. Saran.
Percakapan
singkat antara guru dan murid diatas menggambarkan praktik pembelajaran yang
sehat, di mana guru berperan sebagai pengajar yang tidak hanya mengoreksi,
tetapi juga memandu proses berpikir siswa.
Dengan memberikan saran yang jelas seperti menambahkan judul dan mencantumkan referensi, guru tidak hanya membantu menyempurnakan teks argumentasi, tetapi juga menanamkan keterampilan literasi, kemampuan menyusun gagasan secara sistematis dan mendukungnya dengan data yang kredibel.

