Guru melakukan refleksi dinamika kelas untuk menerapkan kesepakatan kelas

 

guru melakukan refleksi dinamika kelas untuk menerapkan kesepakatan kelas

Pembelajaran tidak hanya diukur dari pencapaian belajar siswa. Ada dinamika sosial, interaksi emosional, dan budaya komunikasi yang membentuk suasana kelas. Sehingga refleksi guru terhadap dinamika kelas menjadi penting, sebuah proses sadar untuk memahami situasi kelas.

 

Pada awal tahun ajaran, guru menetapkan kesepakatan kelas bersama siswa dengan mengatur perilaku, sikap, dan etika belajar. Seiring berjalannya waktu, guru harus memantau bagaimana kesepakatan diterapkan oleh interaksi siswa. Dengan membantu guru menilai, menganalisis, dan menyesuaikan strategi agar kesepakatan bisa diimplementasikan.

 

Memahami Dinamika Kelas: Antara Teori dan Realita

Dinamika kelas adalah gambaran interaksi antarindividu di dalam kelas seperti guru, siswa, bahkan pengaruh dari orang tua atau lingkungan sekolah. Menurut Johnson & Johnson, dinamika kelompok, termasuk kelas, terbentuk melalui pola komunikasi, norma, dan hubungan yang saling memengaruhi. Dalam praktiknya, guru menghadapi situasi di mana sebagian siswa mengikuti kesepakatan kelas dengan disiplin, sementara sebagian lainnya cenderung menguji batas aturan.

 

Refleksi tidak hanya mengidentifikasi masalah, tetapi juga memahami penyebabnya. Misalnya, perilaku siswa yang berbicara di luar topik bisa jadi bukan gangguan, melainkan indikasi kebutuhan akan keterlibatan yang lebih aktif dalam proses belajar. Guru yang reflektif akan memandang hal ini sebagai pertanda untuk mengadaptasi metode pembelajaran, bukan menambah daftar larangan.

 

 

Refleksi sebagai Proses Sistematis

Refleksi yang efektif melalui tahapan yang sistematis. Brookfield menjelaskan bahwa guru dapat melakukan refleksi melalui empat aspek yaitu pengalaman diri, pandangan siswa, penilaian dari rekan sejawat, dan literatur atau teori pendidikan.

 

  • Mengamati dan Mencatat: Guru mencatat kejadian-kejadian di kelas, baik yang mendukung maupun yang menghambat penerapan kesepakatan.
  • Menganalisis Pola: Mengidentifikasi perilaku berulang, waktu terjadinya pelanggaran, dan reaksi siswa terhadap gangguan.
  • Mendiskusikan dengan Pihak Lain: Berbagi temuan dengan rekan guru untuk mendapatkan perspektif berbeda.
  • Merancang Penyesuaian: Menyesuaikan strategi pembelajaran, penyampaian aturan, atau pendekatan motivasi berdasarkan temuan refleksi.

 

Proses ini bukan hanya menegakkan aturan, melainkan memastikan kesepakatan kelas menjadi sarana pembelajaran karakter.

 

 

Kesepakatan Kelas sebagai Budaya, Bukan Sekadar Aturan

Kesepakatan kelas yang efektif bisa berjalan dari keterlibatan semua pihak. Kemdikbudristek dalam Panduan Penguatan Profil Pelajar Pancasila menegaskan bahwa peraturan bersama di kelas harus bersifat partisipatif, sesuai dengan kebutuhan siswa, dan dipantau secara berkala.

 

Contohnya, ketika guru menemukan bahwa aturan “tidak menggunakan gawai saat pelajaran” sulit ditegakkan, alih-alih memperketat larangan, guru dapat mengubah pendekatan menjadi “menggunakan gawai hanya untuk aktivitas pembelajaran yang disepakati.” Hal itu merupakan penyesuaian strategi agar kesepakatan selaras dengan kondisi siswa masa kini.

 

 

Dampak Refleksi terhadap Iklim Belajar

Refleksi guru terhadap dinamika kelas terbukti memberi dampak terhadap kualitas belajar. OECD Teaching and Learning International Survey mencatat bahwa guru yang rutin melakukan refleksi dan menyesuaikan praktik mengajar cenderung memiliki kelas yang lebih kondusif, dengan tingkat partisipasi siswa lebih tinggi hingga 23% dibanding guru yang jarang melakukan refleksi.

 

Selain itu, refleksi membantu mengurangi masalah di kelas. Dengan memahami perilaku siswa, guru dapat merespons, mengubah potensi menjadi dialog. Hal ini sejalan dengan temuan UNESCO bahwa pembelajaran yang berfokus pada kerjasama dan partisipasi dapat meningkatkan rasa memiliki terhadap aturan kelas.

 

 

Tantangan dan Strategi Ke Depan

Namun, proses refleksi bukan tanpa tantangan. Tekanan administrasi, beban jam mengajar, hingga ekspektasi hasil akademik bisa membuat guru kekurangan waktu untuk melakukan evaluasi. Di beberapa sekolah, budaya kerjasama antar-guru masih minim sehingga refleksi bisa dilakukan secara individual tanpa dukungan profesional.

 

Untuk mengatasi ini, diperlukan langkah-langkah strategis:

  • Menyediakan Waktu Khusus Refleksi dalam jadwal kerja guru.
  • Membangun Komunitas Praktik di sekolah agar guru dapat berbagi temuan dan strategi.
  • Mengintegrasikan Refleksi dalam Penilaian Kinerja sehingga diakui sebagai bagian dari profesionalisme guru.

 

 

Refleksi dinamika kelas merupakan langkah strategis untuk memastikan kesepakatan kelas menjadi budaya yang hidup. Guru yang reflektif mampu memahami perilaku siswa, memahami pembelajaran, dan menyesuaikan pendekatan demi terciptanya iklim belajar yang sehat.

 

Dengan dukungan kebijakan sekolah, kerjasama antar-guru, dan keterlibatan siswa bisa membentuk karakter generasi pembelajar yang disiplin, saling menghargai, dan siap menghadapi tantangan zaman.

LihatTutupKomentar