Dalam menilai pemahaman murid pendidik sebaiknya …

 

Dalam menilai pemahaman murid pendidik sebaiknya …

Dalam menilai pemahaman murid pendidik sebaiknya

 

A. Menggunakan alat pengukuran lalu menyimpulkannya.

B. Menggunakan alat pengukuran dengan melibatkan murid untuk merefleksikan pemahaman dari pengalaman belajarnya.

C. Menggunakan alat pengukuran yang dibuat oleh murid.

D. Menggunakan alat mengukuran yang objektif dan dapat diukur dengan jelas.

 

Jawaban: B. Menggunakan alat pengukuran dengan melibatkan murid untuk merefleksikan pemahaman dari pengalaman belajarnya.

 

Dalam menilai pemahaman murid, pendidik dihadapkan pada berbagai pilihan metodologi. Namun, seiring dengan berubahnya sistem pedagogi dan pemahaman tentang proses belajar, ada kesadaran bahwa penilaian yang paling efektif bukan hanya menguji, melainkan memfasilitasi refleksi pemahaman dari pengalaman belajar.

 

Sejatinya, penilaian dalam konteks pendidikan adalah sebuah proses berkelanjutan yang bertujuan untuk memahami apa yang telah dikuasai murid, di mana letak kesalahpahaman murid, dan bagaimana murid dapat terus berkembang. Ketika berbicara tentang pemahaman, tidak hanya merujuk pada kemampuan mengingat fakta atau menerapkan rumus, tetapi juga kemampuan untuk mengintegrasikan pengetahuan, menganalisis situasi, dan memecahkan masalah.

 

 

Mengapa Opsi B adalah Pilihan Optimal ?

Pilihan B, yaitu "Menggunakan alat pengukuran dengan melibatkan murid untuk merefleksikan pemahaman dari pengalaman belajarnya", menjadi pendekatan yang paling komprehensif dan selaras dengan prinsip-prinsip pendidikan. Mari penjelasan mengapa demikian:

 

1. Pemberdayaan Murid Melalui Refleksi Diri

Ketika murid diajak untuk merefleksikan pemahaman murid dari pengalaman belajarnya, murid menjadi aktif dalam proses pembelajaran. Bukan hanya tentang menjawab pertanyaan, melainkan tentang kemampuan untuk berpikir mengenai proses berpikir murid.

 

Sebagai contoh, setelah menyelesaikan sebuah tugas, seorang guru meminta murid untuk menulis jurnal tentang apa yang murid pelajari, kesulitan apa yang murid hadapi, dan bagaimana murid mengatasi tugas tersebut. Murid juga bisa diminta untuk menilai seberapa baik dalam mencapai tujuan pembelajaran.

 

2. Penilaian Formatif yang Berkesinambungan

Penilaian formatif berfokus pada pemantauan kemajuan belajar siswa selama proses instruksi, memberikan penilaian yang sesuai dan tepat waktu untuk memandu pembelajaran selanjutnya. Melibatkan murid dalam refleksi berarti penilaian tidak hanya datang dari guru, tetapi juga dari diri murid sendiri, menciptakan sistem pembelajaran yang adaptif.

 

3. Pemahaman Kontekstual dari Pengalaman Belajar

Kata kunci "dari pengalaman belajarnya" sangat penting. Hal itu berarti penilaian tidak terbatas pada tes standar yang terlepas dari konteks, melainkan terintegrasi dengan pengalaman belajar yang telah dilalui murid. Misalnya, jika murid belajar tentang ekosistem, penilaian pemahaman murid melibatkan presentasi tentang tugas konservasi yang murid rancang atau analisis data dari kunjungan lapangan.

 

 

Membandingkan dengan Pilihan Jawaban Lain

Meskipun pilihan jawaban lain memiliki kelebihannya masing-masing, murid cenderung kurang komprehensif atau mengabaikan aspek penting dari penilaian yang tepat:

 

A. Menggunakan alat pengukuran lalu menyimpulkannya.

Pendekatan ini adalah yang paling konvesional, di mana guru menggunakan tes atau tugas, menilai hasilnya, dan membuat kesimpulan tentang pemahaman murid. Meskipun efisien untuk mengumpulkan data kuantitatif, tetapi gagal menangkap kedalaman pemahaman dan tidak melibatkan murid dalam proses refleksi. Hal itu bisa menjadi "penilaian tentang pembelajaran" bukan "penilaian untuk pembelajaran".

 

C. Menggunakan alat pengukuran yang dibuat oleh murid.

Memberikan kesempatan kepada murid untuk membuat alat ukur murid sendiri memang memicu kreativitas dan pemahaman tentang kriteria penilaian. Namun alat pengukuran yang dibuat oleh murid kurang standar dan objektif, serta memerlukan panduan yang  dari guru untuk memastikan validitas. Ada potensi bias dan inkonsistensi yang perlu dikelola dengan hati-hati.

 

D. Menggunakan alat mengukuran yang objektif dan dapat diukur dengan jelas.

Aspek objektivitas dan kejelasan pengukuran sangat penting untuk keadilan dan akuntabilitas. Namun, jika menjadi satu-satunya fokus, ada risiko bahwa penilaian akan terlalu sempit dan mengabaikan aspek-aspek pemahaman yang lebih kompleks. Pemahaman yang mendalam melibatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi seperti analisis, sintesis, dan evaluasi, yang sulit diukur secara "objektif dan jelas" dengan instrumen standar semata. Terlalu berpegang pada objektivitas bisa mengarah pada penilaian yang hanya mengukur pengetahuan faktual daripada pemahaman konseptual.

 

 

Pada akhirnya, dalam menilai pemahaman murid, pendidik sebaiknya memilih pendekatan yang berorientasi pada pertumbuhan. Penilaian bukan hanya tentang menguji apa yang diketahui murid, tetapi juga tentang membantu murid memahami bagaimana murid belajar dan bagaimana murid dapat terus meningkatkan pemahaman belajar. 


Dengan melibatkan murid dalam refleksi dan menghubungkan penilaian dengan pengalaman belajar, sebagai pengajar tidak hanya mengukur pemahaman, tetapi juga menumbuhkan pembelajar yang mandiri dan reflektif.

LihatTutupKomentar