Penulisan kutipan dari sumber tertulis yang benar adalah ....
a. Pertama,
komposisi program studi di sekolah kejuruan sesuai dengan kebutuhan tenaga
kerja di lapangan. Kedua, terjadi degradasi mutu lulusan sekolah kejuruan.
b. Oleh
karena itu, bekerja tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia, baik secara
fisik maupun psikologis.
c. Keraf
(Komposisi: 1989 hal. 3) menjelaskan bahwa argumentasi adalah suatu retorika
yang berusaha untuk memengaruhi sikap dan pendapat orang lain.
d. Yaitu
alur, penokohan, bahasa, dan simbol-simbol yang dipakai oleh pengarang (Imam
Syafe’ie dan A. Syukur Ghazali, 1995 hal. 10).
e.
Argumentasi itu tidak lain dari usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau
menentukan kemungkinan-kemungkinan untuk menyatakan sikap atau pendapat
mengenai suatu hal (Keraf, 1989: 3).
Jawaban: e. Argumentasi itu tidak lain dari usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau menentukan kemungkinan-kemungkinan untuk menyatakan sikap atau pendapat mengenai suatu hal (Keraf, 1989: 3).
Keabsahan sebuah karya ilmiah tidak hanya ditentukan oleh argumentasi, tetapi juga oleh ketepatan teknis dalam menuliskan rujukan. Pengutipan sebuah teknik mendasar dalam penulisan ilmiah tidak hanya menyertakan nama penulis dan tahun, tetapi juga terdapat tanggung jawab etis dan keilmuan untuk menyampaikan gagasan orang lain dengan tepat dan sahih. Namun, ada kutipan ditulis tanpa mengikuti sistematika dan tata cara penulisan yang benar.
Salah satu
contoh menjadi bahan soal dalam ujian akademik maupun seleksi literasi ilmiah
adalah:
- "Penulisan kutipan dari sumber tertulis yang benar adalah ...."
Di antara
opsi pilihan ganda yang tersedia, hanya satu yang sesuai dengan kaidah
kebahasaan, sistematika penulisan, dan prinsip ilmiah pengutipan. Pilihan e,
yaitu:
- "Argumentasi itu tidak lain dari usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau menentukan kemungkinan-kemungkinan untuk menyatakan sikap atau pendapat mengenai suatu hal (Keraf, 1989: 3)."
Perbandingan Pilihan Jawaban Lain
Perbandingan
secara sistematis dan membandingkan pilihan jawaban lain berdasarkan kaidah
penulisan kutipan langsung, seperti yang dicontohkan dalam buku-buku metodologi
penelitian:
- "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia" (PUEBI),
- APA Style Manual (American Psychological Association), dan
- Gorys Keraf, Komposisi (1989) sebagai sumber kutipan.
Pilihan (a)
"Pertama,
komposisi program studi di sekolah kejuruan sesuai dengan kebutuhan tenaga
kerja di lapangan. Kedua, terjadi degradasi mutu lulusan sekolah
kejuruan."
Pilihan ini
tidak menyebutkan sumber kutipan sama sekali. Tidak ada indikasi bahwa kalimat
tersebut diambil dari sebuah buku, artikel, atau sumber tertulis lain. Hal ini
melanggar prinsip ilmiah tentang atribusi sumber, yang seharusnya menyebutkan:
nama pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman, baik dalam gaya APA, MLA,
maupun Chicago Style. Maka, pilihan ini salah karena tidak mengandung atribut
rujukan.
Pilihan (b)
"Oleh
karena itu, bekerja tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia, baik secara
fisik maupun psikologis."
Sama seperti
pilihan (a), kalimat ini bersifat naratif, tetapi tidak mencantumkan sumber
rujukan. Tidak ada penjelasan bahwa kalimat tersebut merupakan kutipan langsung
atau parafrasa dari penulis tertentu. Dari aspek teknis dan etika penulisan
ilmiah bisa dianggap kesalahan karena dapat dikategorikan sebagai plagiarisme.
Pilihan (c)
"Keraf
(Komposisi: 1989 hal. 3) menjelaskan bahwa argumentasi adalah suatu retorika
yang berusaha untuk memengaruhi sikap dan pendapat orang lain."
Meskipun
nama penulis, tahun, dan halaman disebut, penulisan format kutipannya tidak
tepat. Konvensi umum penulisan rujukan seperti APA menyarankan bentuk:
Keraf (1989,
hlm. 3) atau (Keraf, 1989: 3).
Penggunaan
tanda titik dua dan penempatan kata Komposisi di antara tanda kurung membuat
struktur ini tidak sesuai standar kutipan ilmiah. Selain itu, jika pernyataan
ini adalah kutipan langsung, maka harus menggunakan tanda kutip (“...”).
Pilihan (d)
"Yaitu
alur, penokohan, bahasa, dan simbol-simbol yang dipakai oleh pengarang (Imam
Syafe’ie dan A. Syukur Ghazali, 1995 hal. 10)."
Kesalahan
pada kutipan ini adalah terletak pada strukturnya yang tidak padu. Kalimat
dimulai dengan "yaitu" yang mengacu pada penjelasan sebelumnya yang
tidak ada dalam konteks kalimat. Lebih lanjut, penulisan nama pengarang dua
orang dalam satu kutipan seharusnya ditulis dengan konjungsi dan atau
menggunakan format yang sesuai, misalnya:
(Syafe’ie
& Ghazali, 1995: 10) dalam format APA.
Penggunaan
tanda titik dua setelah tahun juga tidak digunakan dalam gaya lain seperti MLA
atau Chicago. Maka kutipan ini tidak dapat dikatakan benar secara teknis.
Pilihan (e)
"Argumentasi
itu tidak lain dari usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau menentukan
kemungkinan-kemungkinan untuk menyatakan sikap atau pendapat mengenai suatu hal
(Keraf, 1989: 3)."
Pilihan ini
adalah yang paling tepat karena:
- Mengutip langsung dengan tanda kutip tidak diperlukan jika kutipan langsung ditulis utuh dalam satu paragraf.
- Menyebutkan penulis, tahun, dan halaman secara ringkas namun sesuai standar: (Keraf, 1989: 3).
- Kalimat bersifat utuh dan tidak ambigu.
- Sesuai dengan kaidah PUEBI dan konvensi ilmiah standar gaya APA maupun gaya penulisan ilmiah Indonesia.
Landasan Teoretis dan Kepustakaan
Pengutipan
tidak bisa dianggap sepele karena menyangkut integritas akademik. Menurut Zed
(2004) dalam Metode Penelitian Kepustakaan, penulisan kutipan harus mampu
menunjukkan:
- Kejelasan sumber asli,
- Ketepatan penyampaian isi, dan
- Konsistensi format kutipan.
Hal ini
sejalan dengan pernyataan Sugiyono dalam Metode Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif, bahwa kutipan adalah bagian dari keilmuan yang bertujuan memperkuat
argumen, bukan hanya hiasan referensi.
Setiap tanda
baca, urutan nama penulis, hingga format halaman memiliki makna. Pilihan e.
akurat dan sesuai kaidah dan etika ilmiah yang menghargai keaslian ide,
ketepatan dalam menyusun kutipan bukan hanya soal teknis, tetapi juga moralitas
keilmuan.
Dengan
demikian, jawaban yang benar untuk pertanyaan “Penulisan kutipan dari sumber
tertulis yang benar adalah ....” adalah:
- e. Argumentasi itu tidak lain dari usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau menentukan kemungkinan-kemungkinan untuk menyatakan sikap atau pendapat mengenai suatu hal (Keraf, 1989: 3).
Pilihan ini
bukan hanya benar dari aspek teknis, tetapi juga mencerminkan penghargaan
terhadap penulis asli dan prinsip kejujuran intelektual yang menjadi sumber
ilmu pengetahuan.