Penyerahan kekuasaan Belanda kepada Inggris dituangkan dalam perjanjian ...
a.
Kapitulasi Tuntang
b.
Perjanjian Giyanti
c.
Perjanjian Masang
d.
Perjanjian Bongaya
Jawaban: a. Kapitulasi Tuntang
Salah satu peristiwa penting dalam sejarah kolonial Indonesia adalah Perjanjian Kapitulasi Tuntang, yang menandai beralihnya kekuasaan dari Belanda kepada Inggris pada tahun 1811. Perjanjian ini bukan sekadar pergantian kekuasaan antar bangsa Eropa, tetapi juga menjadi titik balik dalam sejarah kolonialisme di Nusantara.
Melalui perjanjian ini, Inggris sempat memegang kendali atas wilayah Indonesia
dan membawa perubahan dalam sistem pemerintahan kolonial.
Latar Belakang Kondisi Eropa dan Kelemahan Belanda
Awal abad ke-19 merupakan masa penuh gejolak di Eropa akibat Perang Napoleon. Belanda yang sebelumnya berdiri sebagai kekuatan kolonial besar melalui Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) telah mengalami kemunduran.
VOC yang telah berdiri
sejak 1602 resmi dibubarkan pada tahun 1799 akibat korupsi, inefisiensi, dan
beban utang besar. Setelah pembubaran VOC, seluruh wilayah jajahannya diambil
alih oleh Pemerintah Kerajaan Belanda.
Namun,
situasi berubah ketika Belanda jatuh ke tangan Prancis Napoleon Bonaparte pada
awal abad ke-19. Negeri Belanda kemudian menjadi bagian dari Kerajaan Prancis,
dan otomatis menjadi musuh Inggris yang saat itu berperang melawan Prancis. Hal
ini menjadikan koloni-koloni Belanda, termasuk Hindia Belanda, sebagai target
militer Inggris.
Di sisi
lain, kekuasaan Belanda di Nusantara mulai melemah. Pemerintahan kolonial yang
dipimpin oleh Gubernur Jenderal Jan Willem Janssens mengalami kesulitan
mempertahankan kekuasaan. Lemahnya pertahanan, kurangnya pasukan, dan
ketidakstabilan ekonomi membuat Belanda semakin terdesak menghadapi kekuatan
Inggris yang lebih kuat di lautan.
Penyerangan Inggris ke Jawa
Pada tahun
1811, Inggris memutuskan untuk melancarkan serangan militer ke Pulau Jawa
sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda. Armada Inggris dipimpin oleh Lord
Minto, Gubernur Jenderal Inggris di India, bersama Sir Samuel Auchmuty sebagai
komandan pasukan. Pasukan Inggris yang terdiri dari sekitar 12.000 tentara
mendarat di Cilincing (Jakarta Utara) pada bulan Agustus 1811.
Setelah
melalui pertempuran sengit di Meester Cornelis (sekarang Jatinegara), pasukan
Belanda di bawah Janssens mengalami kekalahan telak. Belanda tidak lagi
memiliki kekuatan untuk mempertahankan Batavia maupun wilayah kekuasaan
lainnya. Janssens mundur ke Salatiga, namun posisi tersebut pun akhirnya tidak
dapat dipertahankan.
Perjanjian Kapitulasi Tuntang (1811)
Pada tanggal
18 September 1811, di sebuah tempat bernama Tuntang dekat Salatiga, dilakukan
sebuah perjanjian penting yang dikenal sebagai Kapitulasi Tuntang. Kata
kapitulasi sendiri berarti penyerahan tanpa syarat setelah kekalahan dalam
perang.
Dalam
perjanjian ini, Belanda secara resmi menyerahkan seluruh wilayah kekuasaannya
di Hindia Belanda kepada Inggris. Adapun isi pokok dari perjanjian Kapitulasi
Tuntang antara lain:
- Semua wilayah jajahan Belanda di Hindia Timur diserahkan kepada Inggris tanpa syarat.
- Seluruh pejabat Belanda yang bersedia bekerja sama diperbolehkan tetap memegang jabatan di bawah pemerintahan Inggris.
- Semua benteng, gudang, pelabuhan, dan aset lain yang dimiliki Belanda diserahkan kepada Inggris.
Dengan
ditandatanganinya perjanjian ini, pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia
resmi berakhir sementara waktu. Inggris kemudian menjadi penguasa baru di
Nusantara selama sekitar lima tahun.
Masa Pemerintahan Inggris di Indonesia (1811–1816)
Setelah perjanjian tersebut, Inggris menunjuk Thomas Stamford Raffles sebagai Letnan Gubernur Jenderal Pulau Jawa. Meskipun masa pemerintahannya relatif singkat (1811-1816), Raffles dikenal membawa sejumlah perubahan dalam sistem pemerintahan dan kehidupan masyarakat di Indonesia. Beberapa kebijakan penting Raffles antara lain:
- Penerapan sistem sewa tanah (landrent system) sebagai pengganti sistem tanam paksa peninggalan Belanda. Dalam sistem ini, rakyat membayar pajak kepada pemerintah kolonial berdasarkan luas dan kesuburan tanah yang digarap.
- Reformasi sistem peradilan dan administrasi, termasuk pembentukan lembaga pengadilan modern dan pembagian wilayah administratif yang lebih terstruktur.
- Penelitian sejarah dan budaya Nusantara, termasuk pemugaran dan pendokumentasian situs-situs bersejarah seperti Candi Borobudur.
- Perbaikan sistem keuangan dan perdagangan, yang bertujuan meningkatkan efisiensi dan transparansi ekonomi kolonial.
Meskipun
beberapa kebijakannya menuai kritik dan tantangan, pemerintahan Raffles
dianggap mengubah bagi modernisasi sistem kolonial di Indonesia.
Akhir Pemerintahan Inggris dan Kembalinya Belanda
Pemerintahan
Inggris di Indonesia tidak berlangsung lama. Situasi politik di Eropa kembali
berubah setelah kekalahan Napoleon Bonaparte pada tahun 1815. Berdasarkan
Konvensi London tahun 1814, Inggris sepakat untuk mengembalikan wilayah Hindia
Belanda kepada Kerajaan Belanda. Penyerahan ini secara resmi terjadi pada tahun
1816, menandai berakhirnya masa kekuasaan Inggris di Nusantara.
Belanda
kembali memegang kendali dan melanjutkan kekuasaannya hingga kedatangan Jepang
pada tahun 1942. Namun, pengaruh Inggris, terutama melalui kebijakan Raffles,
tetap meninggalkan jejak dalam sistem pemerintahan dan hukum di Indonesia
hingga masa kini.
Perbandingan dengan Perjanjian Lain
- Perjanjian Giyanti (1755): Membagi Kesultanan Mataram menjadi Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Tidak berkaitan dengan kolonialisme Eropa.
- Perjanjian Bongaya (1667): Perjanjian antara VOC dan Kerajaan Gowa setelah kekalahan Gowa, menandai dominasi Belanda di Sulawesi Selatan.
- Perjanjian Masang: Tidak dikenal dalam sejarah kolonial Indonesia.
Dari pilihan
tersebut, hanya Perjanjian Kapitulasi Tuntang yang berkaitan dengan penyerahan
kekuasaan Belanda kepada Inggris di Nusantara.
Perjanjian Kapitulasi Tuntang (1811) merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah kolonial Indonesia. Perjanjian ini terjadi setelah kekalahan Belanda dari Inggris di Pulau Jawa dan menandai beralihnya kekuasaan kolonial dari Belanda kepada Inggris.
Masa pemerintahan Inggris yang relatif singkat di bawah Thomas
Stamford Raffles membawa sejumlah reformasi penting yang berpengaruh hingga
masa berikutnya.
Meskipun
Belanda kembali berkuasa setelah Konvensi London (1814), Perjanjian Kapitulasi
Tuntang tetap dikenang sebagai simbol perubahan dalam sejarah kolonialisme di
Nusantara, perubahan yang menunjukkan bahwa kekuasaan kolonial tidak pernah
benar-benar abadi dan selalu dipengaruhi oleh dinamika politik global.

