Harapan dari dimensi mandiri pada diri pelajar indonesia adalah ...
A. Mampu
mengerjakan tugas sendiri
B. Mampu
pergi ke sekolah sendiri
C. Mampu
mengenali potensi dan kekurangan dirinya
D. Mampu
belajar tanpa awasan orang dewasa
Jawaban: C. Mampu mengenali potensi dan kekurangan dirinya
Dalam setiap fase pendidikan Indonesia, selalu ada harapan yang diemban pada generasi muda. Harapan bukan hanya tentang kemampuan akademik semata, tetapi juga tentang pembentukan karakter kemandirian.
Perubahan kurikulum, kebijakan pendidikan, hingga dinamika sosial budaya yang terus bergerak, satu dimensi penting adalah kemandirian pelajar.
Bukan hanya dalammelakukan aktivitas sehari-hari secara
mandiri, melainkan kemampuan untuk mengenali potensi dan kekurangan dirinya.
Dimensi Mandiri dalam Profil Pelajar Pancasila
Sejak
diperkenalkannya Profil Pelajar Pancasila oleh Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), konsep kemandirian tidak
lagi dipahami sebatas "bisa mengurus diri sendiri." Menurut dokumen
resmi Kemendikbudristek, dimensi mandiri mencakup sikap seseorang yang
menyadari kebutuhan diri, mampu mengatur proses belajar, serta memiliki
motivasi untuk berkembang.
Artinya,
seorang pelajar Indonesia yang mandiri bukan sekadar bisa berangkat sekolah
tanpa diantar orang tua atau menyelesaikan tugas tanpa bantuan. Tetapi
diharapkan mampu memahami siapa dirinya, apa yang menjadi kelebihan yang bisa
diasah, dan apa kelemahan yang perlu diperbaiki.
Mengapa Mengenali Potensi dan Kekurangan Itu Penting?
Kemandirian
bisa terbentuk pada kesadaran diri. Pelajar yang mengenali potensi akan lebih
mudah menentukan arah belajar, memilih jalur pengembangan diri, hingga
merancang tujuan sesuai kemampuan.
Misalnya,
seorang pelajar yang menyadari dirinya unggul dalam bidang matematika dapat
memprioritaskan belajar pada bidang sains dan teknologi. Sebaliknya, ketika
menyadari kelemahannya dalam berkomunikasi, maka akan berusaha memperbaiki
melalui latihan debat, diskusi, atau organisasi siswa.
Psikolog
pendidikan seperti Daniel Goleman dalam konsep Emotional Intelligence
menegaskan bahwa kesadaran diri merupakan fondasi utama dari kecerdasan
emosional. Tanpa kemampuan mengenali diri, sulit bagi seseorang untuk mengatur
emosi, membangun motivasi, atau bekerja sama dengan orang lain.
Konteks Indonesia Tantangan dan Realitas
Berdasarkan
survei Programme for International Student Assessment (PISA) yang dirilis oleh
OECD, salah satu masalah utama pelajar di Indonesia adalah rendahnya kemampuan
self-regulated learning atau kemampuan mengatur pembelajaran mandiri. Banyak
siswa masih bergantung pada arahan guru atau orang tua untuk belajar.
Fakta ini
menunjukkan bahwa dimensi mandiri belum berkembang sesuai harapan. Padahal,
kemandirian dalam bentuk kesadaran diri sangat penting agar siswa mencari
pengetahuan secara mandiri.
Membandingkan Pilihan Jawaban Lain
Jika
membandingkan pilihan jawaban lain dalam soal, ada gambaran kemandirian yang
lebih sederhana.
A. Mampu mengerjakan tugas sendiri
Memang benar, kemampuan ini penting, tetapi baru
mencerminkan kemandirian teknis. Siswa bisa saja mengerjakan tugas sendiri,
namun jika tanpa memahami potensi dan kekurangan, hasilnya tidak akan optimal.
B. Mampu pergi ke sekolah sendiri
Pilihan ini menggambarkan kemandirian dalam aspek
fisik sehari-hari, yang tentu penting untuk tumbuhnya tanggung jawab, tetapi
tidak menjamin pertumbuhan kesadaran diri.
D. Mampu belajar tanpa awasan orang dewasa
Pelajar bisa saja belajar tanpa pengawasan,
tetapi jika tidak tahu apa potensi dan kelemahan, arah belajar menjadi tidak
jelas.
Dari
perbandingan ini, jelas bahwa jawaban C. Mampu mengenali potensi dan kekurangan
diri paling tepat sebagai wujud harapan dari dimensi mandiri.
Implikasi bagi Masa Depan Pendidikan
Mengajarkan
siswa mengenali diri bukanlah tugas mudah. Hal ini menuntut adanya sistem
pendidikan yang bisa berrefleksi dan kebebasan untuk bereksperimen. Guru tidak
lagi menyampaikan materi, melainkan membantu siswa memahami dirinya.
Dengan
memberi kebebasan kurikulum melalui Kurikulum Merdeka, siswa didorong memilih
proyek, mata pelajaran, atau kegiatan sesuai minat dan bakat. Harapannya,
langkah ini mampu menumbuhkan kesadaran diri siswa terhadap potensi yang
dimiliki.
Harapan dari
dimensi ini adalah agar setiap pelajar mampu mengenali potensi dan kekurangan
diri. Dengan kesadaran agar dapat mengarahkan langkah, mengatasi keterbatasan,
dan mengembangkan diri menuju masa depan yang lebih baik.