Hal utama apa yang wajib diperhatikan dalam pembuatan langkah pembelajaran ...

 

hal utama apa yang wajib diperhatikan dalam pembuatan langkah pembelajaran

Membuat langkah pembelajaran yang efektif merupakan faktor keberhasilan dalam proses pendidikan. Namun, hanya mengikuti format yang sudah ada tanpa mempertimbangkan langkah dari sebuah pembelajaran. Berikut penjelasan hal-hal utama yang wajib diperhatikan dalam pembuatan langkah pembelajaran, dari mulai teori hingga praktik di kelas.

 

1. Memahami Mengapa dan Untuk Siapa Kita Mengajar ?

Sebelum menyusun langkah-langkah teknis, pertanyaan yang harus dijawab adalah: Mengapa pembelajaran penting dan untuk siapa pembelajaran ditujukan? Tanpa pemahaman yang jelas tentang tujuan dan audiens, langkah pembelajaran jadi tidak sesuai.

Tujuan Pembelajaran

Menurut taksonomi Bloom yang direvisi oleh Anderson dan Krathwohl, tujuan pembelajaran harus mencakup tiga aspek utama: kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Sebuah langkah pembelajaran yang efektif harus mendefinisikan apa yang harus siswa ketahui, rasakan, dan mampu lakukan setelah proses pembelajaran. 


Misalnya, alih-alih menulis 'Siswa dapat memahami siklus air', tujuan yang lebih terukur adalah 'Siswa dapat menjelaskan tahapan-tahapan siklus air (evaporasi, kondensasi, presipitasi) dan menggambar diagramnya dengan akurat.'

 

Karakteristik Peserta Didik

Pendidik yang handal akan selalu memosisikan diri sebagai pembelajar. Dengan memahami bahwa setiap siswa memiliki latar belakang, gaya belajar, dan tingkat pemahaman yang berbeda. Data dari penelitian Dr. Rita Dunn dan Dr. Kenneth Dunn menunjukkan bahwa ada berbagai macam gaya belajar, seperti visual, auditori, dan kinestetik. Oleh karena itu, langkah pembelajaran yang baik harus mengakomodasi keragaman ini.

 

 

2. Struktur Langkah Pembelajaran yang Berorientasi pada Keterlibatan Aktif

Langkah pembelajaran yang hanya berpusat pada guru sudah tidak berlaku. Saat ini, paradigma bergeser ke pembelajaran yang berpusat pada siswa. Langkah pembelajaran harus dirancang untuk memicu keterlibatan aktif siswa, bukan hanya mendengarkan.

 

Pendahuluan: Membangun Koneksi

Langkah awal harus mampu memicu rasa ingin tahu siswa dan menghubungkan materi baru dengan pengetahuan atau pengalaman yang sudah dimiliki (konsep prior knowledge). Sebagai contoh, daripada langsung memaparkan rumus matematika, mulailah dengan mengajukan pertanyaan atau teka-teki yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari siswa.

 

Inti: Menghadirkan Pengalaman Belajar

Pada tahap ini, pendidik perlu memilih metode dan media yang paling efektif.

  • Metode Pembelajaran: Metode interaktif seperti diskusi kelompok, studi kasus, proyek, atau simulasi. Data dari studi yang dipublikasikan di jurnal Review of Educational Research menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif bisa meningkatkan prestasi akademik siswa.
  • Media dan Sumber Belajar: Manfaatkan teknologi untuk menghadirkan materi yang lebih menarik dan beragam, seperti video, aplikasi interaktif, atau platform pembelajaran daring. Namun, ingatlah bahwa teknologi hanyalah alat. Konten dan desain pembelajaran tetap menjadi hal utama.

 

Penutup: Menguatkan Pemahaman dan Refleksi

Langkah penutup bukan hanya tentang 'merangkum'. Tetapi kesempatan untuk menguatkan pemahaman, mengevaluasi pencapaian, dan mendorong siswa untuk merefleksikan proses belajar.

 

  • Penilaian Formatif: Lakukan evaluasi singkat dan non-formal di akhir sesi untuk mengukur pemahaman siswa. Contohnya, 'exit ticket' di mana siswa diminta menuliskan satu hal yang dipelajari.
  • Refleksi: Dorong siswa untuk merenungkan apa yang sudah dipelajari, bagaimana mempelajarinya, dan bagaimana pengetahuan  dapat diaplikasikan.

 

 

3. Aspek Kritis dan Faktual: Peran Penilaian

Langkah pembelajaran tidak akan lengkap tanpa sistem penilaian yang terstruktur. Penilaian bukan hanya memberi nilai, melainkan untuk mengukur efektivitas pembelajaran dan memberikan informasi bagi siswa dan pendidik.

 

Penilaian Otentik

Penilaian otentik berfokus pada evaluasi kemampuan siswa dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan. Contohnya, alih-alih tes pilihan ganda, minta siswa membuat presentasi, laporan, atau proyek. Sumber terpercaya seperti Center for Educational Policy and Research (CEPR) di Harvard University menekankan pentingnya penilaian otentik dalam mengukur kompetensi.

 

Umpan Balik yang Konstruktif

Umpan balik harus lebih dari sekadar 'bagus' atau 'salah'. Umpan balik yang efektif harus spesifik, berfokus pada perilaku, dan memberikan saran untuk perbaikan. Misalnya, alih-alih mengatakan 'tugasmu kurang lengkap', umpan balik yang lebih konstruktif adalah 'Tugasmu sudah mencakup definisi siklus air, namun akan lebih baik jika kamu menambahkan penjelasan tentang peran matahari dalam proses evaporasi.'

 

 

Pendidik harus selalu kritis, faktual, dan adaptif, karena pada akhirnya, keberhasilan sebuah pembelajaran tidak hanya diukur dari seberapa banyak materi yang disampaikan, tetapi dari seberapa dalam pengalaman belajar yang dirasakan oleh setiap siswa.

LihatTutupKomentar