Indikator pencapaian kompetensi ditentukan berdasarkan ...

 

Indikator pencapaian kompetensi ditentukan berdasarkan ...


Indikator pencapaian kompetensi ditentukan berdasarkan ...

 

A. asesmen formatif yang akan dilakukan

B. asesmen sumatif yang akan dilakukan

C. tujuan pembelajaran yang ditetapkan

D. sarana dan prasarana belajar murid

 

Jawaban: C. tujuan pembelajaran yang ditetapkan

 

Istilah kompetensi menjadi acuan yang menentukan arah dan fokus pembelajaran. Kompetensi tidak hanya pengetahuan, tetapi juga keterampilan, sikap, dan nilai yang terintegrasi. Pertanyaannya, bagaimana bisa tahu bahwa seorang peserta didik telah mencapai kompetensi yang diharapkan?

 

Lalu, apa sebenarnya yang menjadi landasan utama dalam menentukan IPK ? Apakah ditentukan oleh asesmen yang akan dilakukan? Atau oleh ketersediaan sarana dan prasarana? Jawaban yang paling tepat, sesuai dengan kaidah pedagogi modern, adalah tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

 

Indikator pencapaian kompetensi Dari Tujuan Hingga Penilaian

Untuk memahami mengapa tujuan pembelajaran adalah penentu utama, maka perlu memahami dari perencanaan pembelajaran. Hal ini dapat diilustrasikan sebagai proses yang terstruktur, di mana setiap langkah memiliki keterkaitan.

 

Tujuan Pembelajaran Sebagai Titik Awal

Tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang mendeskripsikan hasil yang diharapkan dari proses pembelajaran. Visi tentang apa yang seharusnya dapat dilakukan, dipahami, atau ditunjukkan oleh peserta didik setelah menyelesaikan suatu pembelajaran. Pernyataan ini harus, terukur, dapat dicapai, dan memiliki batas waktu (SMART).

 

Contoh: "Peserta didik dapat menganalisis struktur dan fungsi organ pernapasan pada manusia."

 

 

Indikator pencapaian kompetensi Sebagai Penentuan:

Setelah tujuan ditetapkan, langkah selanjutnya adalah mengubahnya menjadi indikator pencapaian kompetensi. IPK berfungsi untuk menghubungkan tujuandengan tindakan yang konkret. IPK adalah manifestasi perilaku yang dapat diamati dan diukur, yang menjadi bukti bahwa tujuan pembelajaran telah tercapai.

 

Contoh lanjutan: Dari tujuan "menganalisis struktur dan fungsi organ pernapasan," IPK yang dapat diturunkan antara lain:

 

  • "Peserta didik dapat mengetahui bagian-bagian utama dari sistem pernapasan."
  • "Peserta didik dapat menjelaskan fungsi dari masing-masing organ pernapasan."
  • "Peserta didik dapat membuat bagan sederhana yang menggambarkan alur pernapasan."

 

 

Asesmen Sebagai Verifikasi:

Barulah setelah IPK dirumuskan, asesmen (baik formatif maupun sumatif) dapat dirancang. Asesmen adalah metode untuk mengumpulkan data dan bukti apakah peserta didik telah mencapai IPK yang ditetapkan. Desain asesmen harus selaras dengan IPK.

 

Contoh lanjutan: Untuk IPK "menjelaskan fungsi dari masing-masing organ pernapasan," asesmen yang sesuai bisa berupa pertanyaan esai, tugas isian singkat, atau bahkan presentasi lisan.

 

Pola ini menunjukkan dengan jelas bahwa IPK adalah turunan dari tujuan pembelajaran. Tanpa tujuan pembelajaran yang jelas, IPK dan asesmen menjadi tidak sesuai.

 

 

Menganalisis Pilihan Jawaban Lain

Untuk memperdalam pemahaman, berikut mengapa pilihan jawaban lain kurang tepat jika dibandingkan dengan tujuan pembelajaran sebagai penentu utama.

 

A. Asesmen Formatif yang akan Dilakukan dan B. Asesmen Sumatif yang akan Dilakukan

Pernyataan ini menunjukkan adanya kekeliruan dalam logika berpikir. Asesmen, baik formatif (untuk perbaikan proses belajar) maupun sumatif (untuk mengukur capaian akhir), seharusnya dirancang berdasarkan IPK, bukan sebaliknya. Jika IPK ditentukan oleh asesmen, maka kita terjebak dalam siklus yang terbalik. 


Penilaian akan mendikte apa yang harus dipelajari, yang dapat berujung pada pengajaran yang berorientasi pada ujian semata (teaching to the test). Hal itu bertentangan dengan prinsip pendidikan modern yang menekankan pada penguasaan konsep dan pengembangan kompetensi.

 

D. Sarana dan Prasarana Belajar Murid

Sarana dan prasarana (misalnya: laboratorium, buku, teknologi) adalah pendukung dalam proses pembelajaran, bukan penentu IPK. Ketersediaan fasilitas tentu memengaruhi metode dan strategi yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan, tetapi tidak seharusnya menjadi landasan dalam menentukan apa yang harus dikuasai oleh peserta didik.

 

Misalnya, meskipun suatu sekolah tidak memiliki laboratorium IPA yang lengkap, tujuan pembelajaran tentang "menganalisis fungsi organ pernapasan" tetap harus ditetapkan. Keterbatasan sarana bisa saja mengubah cara guru mengajar (misalnya menggunakan simulasi virtual atau gambar), tetapi kompetensi yang harus dicapai oleh siswa tidak berubah.

 

Jika IPK ditentukan oleh sarana, maka akan ada ketidaksetaraan pendidikanh, di mana siswa di sekolah dengan fasilitas terbatas akan memiliki IPK yang lebih rendah, yang secara etis dan pedagogis tidak dapat dibenarkan.

 

 

Berdasarkan penjelasan logis, data, dan prinsip pedagogi, dapat disimpulkan bahwa indikator pencapaian kompetensi (IPK) ditentukan berdasarkan tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

LihatTutupKomentar