Ketika rapor
pendidikan mulai diperkenalkan secara nasional, satuan pendidikan beranggapan
hanya sebagai dokumen formal hasil evaluasi tahunan. Namun, seiring perjalanan
waktu, fungsi rapor pendidikan justru mulai bergeser menjadi instrumen
strategis yang dapat memandu pengambilan keputusan berbasis data. Dalam hal
ini, pemanfaatannya tidak lagi sebatas membaca angka capaian, melainkan
menafsirkan informasi yang tersaji untuk meningkatkan perbaikan mutu pendidikan
secara terukur.
Memanfaatkan rapor pendidikan
Rapor pendidikan yang diterbitkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) memuat indikator prioritas yang bersumber dari hasil Asesmen Nasional (AN). Indikator ini mencakup kompetensi literasi, numerasi, karakter, serta kualitas pembelajaran dan lingkungan sekolah.
Contohnya,
jika nilai literasi membaca siswa di kelas akhir sekolah dasar masih berada di
bawah rata-rata nasional. Data bisa mengungkap rendahnya paparan siswa terhadap
bacaan bermutu, kurangnya variasi strategi pembelajaran guru, atau terbatasnya
akses ke perpustakaan sekolah. Dengan demikian, diagnosis masalah menjadi
langkah awal sebelum strategi perbaikan disusun.
Membaca Data, Bukan Hanya Angka
Kunci utama
memanfaatkan rapor pendidikan adalah kemampuan interpretasi data. Misalnya,
angka keterlibatan orang tua yang rendah bisa disebabkan oleh faktor
sosial-ekonomi, jarak tempat tinggal, atau kurangnya mekanisme komunikasi
sekolah.
Rapor
pendidikan menyajikan informasi dalam bentuk profil pendidikan. Satuan
pendidikan yang cermat akan menghubungkan data antar indikator. Misalnya,
rendahnya capaian numerasi bisa berkaitan dengan tingginya absensi siswa, atau
dengan rendahnya tingkat pelatihan guru di bidang strategi pembelajaran
berbasis masalah.
Dalam
laporan Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP),
Kemendikbudristek menekankan bahwa interpretasi data yang tepat dapat mencegah
sekolah membuat program yang keliru sasaran. Sebagai ilustrasi, pelatihan guru
yang fokus pada metode penyampaian tidak akan efektif jika masalah utama justru
terletak pada ketersediaan alat peraga matematika.
Menghubungkan Temuan dengan Rencana Aksi
Pemanfaatan rapor pendidikan tidak akan berdampak tanpa tindak lanjut yang konkret. Beberapa langkah strategis yang dilakukan satuan pendidikan setelah menerima rapor pendidikan antara lain:
Analisis Bersama Pemangku Kepentingan
Kepala sekolah mengadakan rapat dengan guru, komite sekolah, dan perwakilan orang tua untuk membaca data. Hasil analisis menjadi penentuan prioritas perbaikan.
Penyusunan Rencana Kerja Sekolah (RKS) Berbasis Data
Indikator yang lemah akan menjadi target perbaikan. Misalnya, capaian numerasi rendah dapat direspons dengan program tambahan seperti les matematika atau pembelajaran kontekstual berbasis tugas.
Pengalokasian Anggaran Secara Tepat Sasaran
Data rapor pendidikan membantu sekolah memutuskan porsi anggaran untuk pengadaan buku, pelatihan guru, atau peningkatan fasilitas laboratorium, sesuai kebutuhan prioritas.
Monitoring dan Evaluasi Berkala
Perubahan
tidak terjadi sekali jadi. Sekolah perlu menetapkan target jangka pendek dan
memantau perkembangan secara periodik, memastikan langkah yang diambil memang
berdampak pada indikator yang diukur.
Menghindari Kesalahan Umum dalam Pemanfaatan
Tidak semua satuan pendidikan memanfaatkan rapor pendidikan secara optimal. Berdasarkan catatan Pusat Asesmen Pendidikan (Pusmendik), setidaknya ada tiga kesalahan umum yang terjadi:
Fokus pada Capaian Akhir Tanpa Memahami Proses
Sekolah hanya melihat nilai total tanpa menganalisis faktor penyebab, sehingga perbaikan bersifat sementara, bukan menyeluruh.
Menggunakan Data untuk Membandingkan Sekolah Secara Tidak Produktif
Alih-alih sebagai bahan refleksi diri, data dijadikan ajang persaingan yang memicu stigma negatif.
Tidak Menindaklanjuti dengan Kebijakan Nyata
Rapor
pendidikan akhirnya hanya menjadi arsip tanpa menghasilkan perubahan di
lapangan.
Seperti yang
ditegaskan dalam Rapor Pendidikan, Panduan Pemanfaatan Data oleh
Kemendikbudristek, keberhasilan implementasi rapor pendidikan tidak diukur dari
seberapa cepat angka naik, tetapi dari perubahan pembelajaran yang terjadi di
kelas.