Apa saja pertimbangan dalam melakukan perencanaan ...?

 

Apa saja pertimbangan dalam melakukan perencanaan

Apa saja pertimbangan dalam melakukan perencanaan ...?

 

A. Asumsi terhadap kondisi belajar-mengajar di kelas

B. Fasilitas di satuan pendidikan

C. Data-data mengenai peserta didik, guru, dan lingkungan satuan pendidikan

D. Kesamaan dengan program tahun ajaran lalu

 

Jawaban: C. Data-data mengenai peserta didik, guru, dan lingkungan satuan pendidikan

 

Tanpa perencanaan kegiatan belajar-mengajar akan berjalan secara sporadis, tidak sistematis, dan berpotensi tidak sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Maka, pertanyaannya adalah apa saja pertimbangan yang harus diperhatikan dalam melakukan perencanaan?

 

Terdapat beragam aspek yang perlu dipertimbangkan, mulai dari asumsi tentang kondisi belajar-mengajar di kelas, fasilitas yang tersedia di satuan pendidikan, hingga kesesuaian dengan program tahun ajaran sebelumnya. Namun, di antara semua faktor tersebut, pertimbanganya adalah data-data mengenai peserta didik, guru, dan lingkungan satuan pendidikan.

 

 

Data sebagai Basis Perencanaan Pendidikan

Perencanaan yang baik harus berdasarkan data, bukan asumsi atau duplikasi program lama. Data dalam hal ini bukan hanya angka kuantitatif, melainkan juga gambaran kualitatif mengenai kondisi ekosistem pendidikan. Ada tiga entitas utama yang menjadi acuan yaitu peserta didik, guru, dan lingkungan satuan pendidikan.


Peserta Didik

Anak didik adalah subjek utama pendidikan. Oleh karena itu, segala perencanaan harus berorientasi pada kebutuhan, karakter, dan potensi siswa. Data yang dikumpulkan bisa berupa profil akademik, minat, bakat, hingga latar belakang sosial-budaya. Misalnya, seorang guru yang mengetahui bahwa sebagian besar peserta didik berasal dari keluarga petani di pedesaan akan merancang pembelajaran yang sesuai dengan ilmu pertanian. Hal ini sejalan dengan prinsip student-centered learning yang ditekankan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).


Guru

Guru adalah pengajar sekaligus perancang pembelajaran. Perencanaan akan menjadi tidak realistis apabila tidak mempertimbangkan kompetensi, jumlah, maupun ketersediaan guru dalam satuan pendidikan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), rasio guru terhadap murid di Indonesia masih bervariasi antar daerah, dengan beberapa wilayah terpencil mengalami kekurangan tenaga pendidik. Situasi tersebut memengaruhi desain program, sekolah dengan keterbatasan guru harus memprioritaskan metode kerjasama atau teknologi digital sebagai penunjang.


Lingkungan Satuan Pendidikan

Lingkungan di sini mencakup aspek fisik (fasilitas, sarana-prasarana), sosial (hubungan antarwarga sekolah), dan budaya (nilai serta norma masyarakat setempat). Misalnya, sekolah di perkotaan dengan fasilitas laboratorium lengkap akan memiliki perencanaan berbeda dengan sekolah di daerah pedalaman yang terbatas pada papan tulis dan buku teks. Lingkungan sosial pun berpengaruh, satuan pendidikan yang berada di wilayah rawan konflik sosial memerlukan pendekatan pendidikan berdasarkan toleransi dan rekonsiliasi.

 

 

Mengapa Aspek Lain Tidak Menjadi Pertimbangan Utama ?

Jika dibandingkan dengan pilihan jawaban laindalam diskusi perencanaan pendidikan, ada alasan mengapa data peserta didik, guru, dan lingkungan lebih tepat.


Asumsi terhadap kondisi belajar-mengajar di kelas (A)

Asumsi sering kali bersifat spekulatif dan bisa melenceng dari realitas. Jika perencanaan didasarkan hanya pada asumsi, maka program yang dihasilkan berisiko tidak tepat sasaran.


Fasilitas di satuan pendidikan (B)

Fasilitas memang penting, tetapi hanya salah satu variabel dalam lingkungan satuan pendidikan. Tanpa data mengenai kebutuhan peserta didik dan kompetensi guru, fasilitas secanggih apa pun bisa menjadi tidak optimal pemanfaatannya.


Kesamaan dengan program tahun ajaran lalu (D)

Menyalin program sebelumnya bisa jadi langkah praktis, namun hal itu mengabaikan dinamika perubahan. Peserta didik tahun ini tidak sama dengan tahun lalu, begitu pula kondisi sosial, budaya, dan teknologi yang terus berkembang.

 

Dengan demikian, perencanaan berbasis data menjadi pendekatan yang lebih fleksibel, adaptif, dan relevan.

 

 

Dampak Perencanaan Berbasis Data

Penerapan perencanaan yang mempertimbangkan data peserta didik, guru, dan lingkungan terbukti memberikan dampak. Sebuah studi dari UNESCO menegaskan bahwa sekolah-sekolah yang menerapkan sistem data-driven planning mampu meningkatkan hasil belajar siswa hingga 20% lebih baik dibanding sekolah yang tidak mengintegrasikan data dalam perencanaannya.

 

Di Indonesia, praktik ini juga mulai digalakkan melalui platform Merdeka Mengajar, yang memungkinkan guru mengakses data perkembangan siswa secara digital.

 

 

Perencanaan dalam pendidikan bukan sekadar menyusun jadwal, silabus, atau kurikulum. Di antara berbagai pertimbangan yang mungkin dipilih, data mengenai peserta didik, guru, dan lingkungan adalah fondasi yang paling rasional dan faktual. 


Dengan basis data yang kuat, perencanaan tidak hanya menjadi instrumen administratif, melainkan sebuah langkah transformasi untuk membangun pendidikan yang lebih adaptif, inklusif, dan berdaya saing.

LihatTutupKomentar