Teori konvergensi didasarkan atas dua teori utama yaitu ...

 

Teori konvergensi didasarkan atas dua teori utama yaitu ...

Teori konvergensi didasarkan atas dua teori utama yaitu ...

 

A. Teori negatif dan Teori positif

B. Teori afektif dan Teori  tabularasa

C. Teori tabularasa dan Teori negatif

D. Teori hereditas dan Teori behaviorisme

 

Jawaban: C. Teori tabularasa dan Teori negatif

 

Pemahaman tentang bagaimana manusia berkembang dan belajar merupakan landasan dari segala pendekatan dan kebijakan pedagogis. Selama bertahun-tahun, para filsuf dan psikolog pendidikan mencoba merumuskan kerangka berpikir yang dapat menjelaskan apakah seorang anak tumbuh berdasarkan bawaan sejak lahir, atau hasil dari lingkungan dan pengalaman.

 

Memahami Teori Tabula Rasa dan Teori Negatif

Untuk memahami teori konvergensi, penting untuk memahami dua teori yang menjadi landasannya.

 

1. Teori Tabula Rasa (Meja Kosong)

Teori tabula rasa berasal dari filsuf empiris Inggris, John Locke. Dalam "An Essay Concerning Human Understanding" (1689), Locke menyatakan bahwa manusia lahir dalam keadaan seperti “lembaran kosong” tanpa isi apa pun. Semua pengetahuan dan kepribadian manusia, menurut Locke, terbentuk melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Pandangan ini menyatakan dominasi lingkungan (nurture) dalam pembentukan individu.

 

Teori ini juga berpengaruh dalam praktik pendidikan yang menyatakan peran guru, keluarga, dan sistem sosial dalam membentuk perilaku anak. Anak tidak hanya menyerap ilmu, tetapi dibentuk oleh situasi yang dialami, baik pendidikan formal, budaya, maupun nilai-nilai moral.

 

2. Teori Negatif

Sementara itu, teori negatif merujuk pada gagasan bahwa pendidikan seharusnya tidak mempengaruhi perkembangan alami anak. Gagasan ini bisa dikaitkan dengan pemikiran Jean-Jacques Rousseau, terutama dalam karyanya Émile, ou De l’éducation (1762). Rousseau berargumen bahwa manusia pada dasarnya baik, dan perkembangan anak akan berjalan optimal jika tidak diganggu oleh lingkungan yang "merusak". Oleh karena itu, pendidikan harus bersifat membiarkan anak berkembang menurut fitrah alami tanpa penekanan, tanpa paksaan.

 

 

Teori Konvergensi: Perpaduan Teori yang Kontras

Di antara perbedaan antara nature vs nurture, teori konvergensi diajukan oleh William Stern, seorang psikolog Jerman, pada awal abad ke-20. Stern berupaya mensintesiskan dua pendekatan ekstrem tersebut dan menyatakan bahwa perkembangan individu merupakan hasil konvergensi antara faktor hereditas (bawaan) dan lingkungan.

 

Namun, untuk memahami pertanyaan dan jawaban yang diberikan, pendekatan konvergensi yang dimaksud bukan merujuk pada konvergensi hereditas dan lingkungan secara umum, melainkan lebih pada sintesis teori tabula rasa (yang mewakili lingkungan) dan teori negatif (yang mewakili prinsip perkembangan alami tanpa intervensi).

 

Mengapa dua teori ini dijadikan dasar ? Karena keduanya sesuai keyakinan bahwa perkembangan anak tidak semata ditentukan oleh faktor bawaan, namun cara memandang pengaruh lingkungan menjadi titik perbedaan. Tabula rasa percaya pada pengaruh luar, sementara teori negatif percaya pada tidak ada pengaruh luar, keduanya sama-sama menempatkan lingkungan sebagai aspek penting, namun dalam spektrum yang berlawanan.

 

Teori konvergensi sebagai upaya untuk mengatakan bahwa anak bukan kertas kosong, juga bukan individu yang harus dibiarkan begitu saja. Anak adalah makhluk yang memiliki potensi bawaan, namun potensi itu harus diberi ruang dan stimulasi dari lingkungan untuk berkembang maksimal.

 

 

Membandingkan Pilihan Jawaban Lain

Berikut kita cermati mengapa opsi jawaban lain kurang tepat:

 

A. Teori Negatif dan Teori Positif

Istilah "teori positif" bukan terminologi yang lazim dalam diskusi psikologi perkembangan. Tidak ada pendekatan atau teori yang dikenal sebagai "teori positif". Jika yang dimaksud adalah psikologi positif, maka fokus utamanya adalah pada pengembangan kekuatan dan kebahagiaan manusia, bukan pada landasan perkembangan seperti yang dibahas dalam teori konvergensi.

 

B. Teori Afektif dan Teori Tabula Rasa

Teori afektif lebih merujuk pada dimensi emosional dari proses belajar dan perkembangan, bukan pada asal-usul potensi atau sumber perkembangan manusia. Meski penting, teori afektif bukan teori sebagai landasan teori konvergensi.

 

D. Teori Hereditas dan Teori Behaviorisme

Pilihan ini cukup menarik karena teori hereditas memang dapat dikaitkan dengan konvergensi. Namun, teori konvergensi bukan merupakan gabungan dari teori hereditas dan behaviorisme. Lagipula, teori behaviorisme ada setelah diskursus tentang konvergensi sudah diperkenalkan. Behaviorisme menyatakan pengaruh lingkungan dengan pendekatan stimulus-respons, dan meskipun mirip dengan tabula rasa, behaviorisme menerapkan pendekatan yang lebih eksperimental.

 

 

Relevansi Teori Konvergensi dalam Dunia Pendidikan

Dalam praktik pendidikan kontemporer, teori konvergensi menjadi landasan kebijakan berbasis pendekatan terhadap anak. Misalnya, dalam Kurikulum Merdeka di Indonesia, pendekatan yang menyatakan pada profil pelajar Pancasila dan diferensiasi pembelajaran mencerminkan kepercayaan bahwa setiap murid unik (memiliki potensi bawaan) dan perlu lingkungan belajar yang kontekstual (stimulus luar).

 

 

Teori konvergensi tidak hanya menyatukan dua teori, tetapi merepresentasikan pemahaman atas keragaman manusia. Bahwa anak tidak bisa dibentuk semata-mata oleh gen, atau oleh lingkungan saja. Dengan menjadikan teori tabula rasa dan teori negatif sebagai landasan, teori konvergensi mengajak kita sebagai pendidik, orang tua, dan pembuat kebijakan untuk tidak memihak, tetapi membimbing dan memberi ruang untuk mengarahkan dan membebaskan.

LihatTutupKomentar