Proses belajar menumbuh kembangkan kecerdasan budi pekerti murid sehingga mampu ...
A.
menyamarkan watak - watak baik murid
B.
menebalkan tabiat asli dan watak biologis
C.
menebalkan watak - watak tidak baik murid
D.
menyamarkan tabiat asli dan watak biologis
Jawaban: D. menyamarkan tabiat asli dan watak biologis
Pendidikan
budi pekerti bisa diartikan sebagai upaya internalisasi nilai-nilai moral dan
etika ke dalam diri murid. Namun, apakah proses ini berarti
"menyamarkan" atau "menebalkan" aspek-aspek tertentu dari
watak murid ? Untuk menjawabnya, maka perlu memahami tabiat asli dan watak
biologis.
Tabiat asli
dan watak biologis merujuk pada kecenderungan bawaan, temperamen, dan
predisposisi genetik seseorang. Seseorang memiliki kecenderungan alami untuk
menjadi pemalu, impulsif, atau berani. Aspek-aspek ini bukanlah
"baik" atau "buruk" secara inheren, melainkan netral dan
membentuk keunikan setiap murid.
Kecerdasan
budi pekerti, di sisi lain, melibatkan kemampuan untuk memahami, merasakan, dan
bertindak sesuai dengan nilai-nilai moral yang berlaku. Dengan kapasitas untuk
berempati, berlaku adil, bertanggung jawab, dan memiliki integritas. Kecerdasan
ini bukan bawaan lahir sepenuhnya, melainkan hasil dari interaksi antara
potensi genetik, lingkungan, pengalaman, dan, yang terpenting, proses belajar.
Mengpenjelasan Pilihan Jawaban
Berikut
penjelasan satu per satu pilihan jawaban diatas:
A. Menyamarkan watak-watak baik murid
Pilihan ini
mengimplikasikan bahwa pendidikan justru menyembunyikan atau mengurangi
sifat-sifat positif yang sudah ada dalam diri murid. Sehingga jelas
bertentangan dengan tujuan pendidikan budi pekerti, yang justru ingin melatih
watak-watak baik. Sebuah proses belajar yang sehat akan memperjelas dan
menguatkan kebaikan dalam diri, bukan menyamarkannya.
B. Menebalkan tabiat asli dan watak biologis
Jika
pendidikan hanya berfungsi "menebalkan" tabiat asli dan watak
biologis, maka tidak akan ada pertumbuhan dan perubahan. Hal itu berarti murid
akan terikat pada kecenderungan bawaan, tanpa kemampuan untuk mengembangkan
diri atau mengarahkan perilaku ke arah yang lebih baik. Misalnya, jika seorang
anak secara alami, "menebalkan" sifat ini akan menjadi kesulitan
dalam mengendalikan diri, bukan membantunya.
C. Menebalkan watak-watak tidak baik murid
Jika proses
belajar justru memperkuat sifat-sifat negatif, maka tujuan pendidikan budi
pekerti akan sepenuhnya gagal. Pendidikan yang baik seharusnya membantu murid
memahami dan mengatasi kecenderungan negatif, bukan malah menebalnya.
D. Menyamarkan tabiat asli dan watak biologis
"Menyamarkan"
bukan berarti menghapus atau menekan sepenuhnya, melainkan mengelola dan
menyelaraskan. Pendidikan membantu murid untuk tidak serta merta didikte oleh
tabiat atau dorongan biologisnya. Misalnya, insting untuk marah adalah tabiat asli,
tetapi kecerdasan budi pekerti mengajarkan cara mengelola kemarahan agar tidak
merugikan orang lain. Dorongan untuk bersikap egois adalah bagian dari watak
biologis, namun pendidikan budi pekerti menuntun murid untuk memahami
pentingnya empati.
Dalam hal
ini, "menyamarkan" berarti bahwa murid diajarkan untuk tidak
sepenuhnya dikendalikan oleh insting dan kecenderungan bawaan yang belum
selaras dengan nilai-nilai luhur. Murid diajarkan untuk merenung, membuat
pilihan yang etis, dan bertindak berdasarkan prinsip. Sehingga proses
"penyaringan" dan "pembentukan" di mana aspek-aspek bawaan
disesuaikan agar selaras dengan norma dan nilai masyarakat yang beradab.
Pendidikan
yang efektif tidak berusaha menghapus tabiat diri seorang murid, melainkan
membantu mengarahkan dan mengendalikan aspek-aspek yang belum selaras dengan
pengembangan karakter yang positif. Melalui proses ini, murid diajarkan untuk
tidak menjadi pribadi yang temperamen, melainkan menjadi murid yang mampu
membuat pilihan sadar, beretika, dan bertanggung jawab, demi kebaikan diri dan
masyarakat.