Penyerapan kosakata asing ke dalam bahasa Indonesia menjadi tak terhindarkan. Internet, sains, teknologi, hingga budaya populer menghadirkan ratusan bahkan ribuan istilah asing yang diserap. Namun dalam proses adaptasi muncul persoalan, bagaimana penulisan kata serapan yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia ?
Apa standar yang diberlakukan, dan bagaimana peran lembaga kebahasaan mengawal
proses ini agar tidak melenceng dari kaidah bahasa Indonesia yang baku dan
komunikatif ?
Berikut
penjelasan penulisan kata serapan dalam bahasa Indonesia, dengan pendekatan
naratif dan berbasiskan data serta regulasi resmi dari lembaga otoritatif
seperti Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) di bawah naungan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
Pertukaran Bahasa Asing dan Indonesia Awal Mula Penyerapan Kata
Ketika
sebuah bahasa menyerap kata dari bahasa lain. Dalam bahasa Indonesia, proses
ini sudah berlangsung sejak zaman kolonial dan berkembang seiring kontak dengan
bahasa Sanskerta, Arab, Belanda, Inggris.
Misalnya,
kata resolusi berasal dari bahasa Inggris resolution, yang sebelumnya juga
mengalami perubahan dari bahasa Latin resolutio. Namun, tidak semua bentuk kata
diserap mentah-mentah. Peran kaidah kebahasaan menentukan bentuk yang dianggap
tepat dan baku dalam penulisan kata serapan.
Dua Aliran Penulisan Fonologis vs. Etimologis
Menurut
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), terdapat dua pendekatan utama
dalam penulisan kata serapan:
Pendekatan Fonologis
Dalam
pendekatan ini, kata asing diadaptasi berdasarkan cara pengucapannya dalam
bahasa Indonesia. Contohnya:
- televisi (dari television)
- fotografi (dari photography)
- aktivitas (dari activity)
Tujuan utama
pendekatan ini adalah agar pembaca atau penutur bahasa Indonesia lebih mudah
memahami dan mengucapkan kata tersebut.
Pendekatan Etimologis
Pendekatan
ini mempertahankan ejaan asal kata serapan, terutama bila kata tersebut sudah
dikenal luas dalam bentuk aslinya atau digunakan dalam komunitas ilmiah.
Contohnya:
- analyse (Inggris Britania) → analisis
- theatre → teater
- psychology → psikologi
Dalam
praktiknya, PUEBI menggunakan pendekatan fonologis dalam menyesuaikan kata-kata
asing yang diserap, meski ada istilah teknis atau ilmiah.
Kaidah Umum Penulisan Kata Serapan
Badan Bahasa
melalui PUEBI menetapkan sejumlah kaidah penting terkait penulisan kata
serapan. Beberapa di antaranya meliputi:
- Huruf c pada awal kata sering diganti dengan k: center → sentral
- Huruf ph menjadi f: philosophy → filsafat
- th menjadi t: theology → teologi
- ch menjadi k atau s: chemistry → kimia, chassis → sasis
- qu menjadi k: quality → kualitas
Perubahan
semacam ini bukan hanya soal teknis ejaan, melainkan keputusan yang
mempertimbangkan aspek keterbacaan, fonologi, serta budaya lokal.
Pengaruh Media Sosial dan Bahasa Gaul
Dalam era
digital, media sosial menjadi lahan subur lahirnya kata serapan tak baku.
Kata-kata seperti follower, trending, endorse, hingga cancel culture lebih
sering digunakan dalam bentuk aslinya, bahkan meski telah memiliki padanan
Indonesia: pengikut, tren, dukungan promosi, atau budaya pembatalan.
Fenomena ini
memperlihatkan bahwa kaidah penulisan baku sering kalah pamor dibanding
kepraktisan dan kecepatan komunikasi. Hal ini juga menunjukkan bahwa pengawasan
dan edukasi terhadap ejaan kata serapan bukan hanya tugas lembaga kebahasaan,
tetapi juga tanggung jawab bersama antara akademisi, media massa, hingga
institusi pendidikan.
Upaya Standarisasi Peran Badan Bahasa
Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa secara rutin menerbitkan Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) dan Tesaurus Bahasa Indonesia sebagai rujukan resmi. KBBI
edisi V misalnya telah memuat lebih dari 112.000 entri, termasuk ribuan kata
serapan yang telah dibakukan ejaannya.
Contohnya:
- komunikasi dari communication
- kompetisi dari competition
- akreditasi dari accreditation
Tak hanya
itu, Badan Bahasa juga aktif menyosialisasikan padanan kata asing melalui
program Pelestarian dan Pengutamaan Bahasa Indonesia, serta membuka kanal
Usulan Padanan Kata yang memungkinkan masyarakat turut mengusulkan bentuk
serapan atau padanan Indonesia yang sesuai kaidah.
Perspektif Penulisan atau Pemaknaan ?
Meski
penulisan kata serapan telah diatur sedemikian rupa, masih ada kritik tentang
lemahnya pengawasan dalam praktik penggunaan, terutama di sektor pendidikan
dasar, dunia periklanan, dan media daring. Banyak pihak menggunakan kata
serapan secara keliru, baik dari sisi ejaan maupun makna. Contohnya, penggunaan
kata efisien untuk menggantikan efektif, atau validasi yang disalahartikan
sebagai pengesahan, padahal artinya pembuktian kebenaran data.
Bukan hanya
masalah ejaan menunjukkan pentingnya literasi bahasa dan pemahaman terhadap
kosakata asing yang diadopsi.
Menjaga Kemurnian Bahasa Tanpa Mengabaikan Perkembangan
Penulisan
kata serapan yang disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia bukanlah upaya
untuk menolak perubahan, tetapi cara menjaga identitas. Bahasa Indonesia harus
terus berkembang, namun juga harus ada aturan yang dapat diterima secara luas.
Mengutip
sosiolinguis Benedikt Anderson dalam bukunya Imagined Communities , bahasa
adalah alat utama dalam membentuk identitas bersama sebuah bangsa. Oleh karena
itu, bagaimana kita menulis, termasuk menulis kata serapan, adalah bagian dari
bagaimana kita membangun dan mempertahankan kebangsaan.
Bahasa
Indonesia akan terus menyerap istilah asing, tetapi tanggung jawab kita bersama
adalah memastikan penulisan tetap pada kaidah, logika, dan semangat kebahasaan
Indonesia yakni bahasa yang indah, tertib, dan mencerminkan jati diri bangsa.