Dalam teks
yang memiliki urutan peristiwa atau alur waktu, penggunaan kata hubung
kronologis menjadi penting. kata hubung kronologis meliputi berbagai genre
mulai dari teks naratif, laporan perjalanan, biografi, otobiografi, hingga teks
prosedur dan laporan hasil observasi. Dalam genre tersebut, bukan hanya isi
yang penting, tetapi juga urutan penyampaian, menyusun makna, dan membangun
pemahaman peristiwa yang diceritakan.
Memahami Makna Kata Hubung Kronologis
Kata hubung
kronologis atau konjungsi temporal adalah kata atau frasa yang menghubungkan
satu klausa dengan klausa lain berdasarkan urutan waktu. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), konjungsi adalah kata penghubung yang menyambungkan
dua satuan bahasa, sedangkan istilah kronologis berasal dari bahasa Yunani
chronos (waktu) dan logos (ilmu), yang merujuk pada penyusunan peristiwa secara
berurutan berdasarkan waktu terjadinya.
Contoh dari
kata hubung kronologis meliputi: “kemudian”, “setelah itu”, “selanjutnya”,
“pada akhirnya”, “sebelumnya”, hingga “saat itu juga”. Kata-kata tersebut
efektif dalam menyusun sebuah peristiwa, memberi jeda yang tepat, dan
mengarahkan pembaca untuk memahami “kapan” sesuatu terjadi dalam hubungan
dengan sesuatu yang lain.
Teks Naratif dan Pentingnya Kronologi
Salah satu
teks yang menggantungkan struktur pada kronologi adalah teks naratif. Dalam
teks ini, pembaca diajak memahami peristiwa yang terjadi dari awal hingga
akhir. Tanpa penempatan waktu yang jelas, alur cerita akan menjadi kabur dan
membingungkan. Sebuah kisah bisa kehilangan daya tarik bukan karena konten
jelek, tetapi karena cara menarasikan peristiwa tidak runtut.
Ambil contoh
dalam narasi biografi. Dalam biografi Bung Hatta karya Rosihan Anwar, urutan
peristiwa hidup Bung Hatta sejak masa kecil di Bukittinggi hingga sebagai Wakil
Presiden pertama Indonesia disusun secara kronologis. Konjungsi seperti “pada
tahun itu”, “kemudian”, “setelah menyelesaikan studinya”, digunakan untuk
menjaga kesinambungan temporal antara fase hidup satu ke fase hidup lainnya.
Tanpa kata-kata penghubung, struktur cerita bisa terkesan acak dan sulit
dipahami.
Teks Prosedur dan Kejelasan Instruksi
Selain teks
naratif, teks prosedur juga merupakan genre yang mengandalkan urutan waktu.
Dalam teks ini, pembaca diinstruksikan untuk mengikuti langkah demi langkah
secara sistematis untuk melakukan suatu tindakan tertentu seperti memasak,
merakit, atau menggunakan perangkat lunak.
Dalam buku
pelatihan dasar komputer terbitan Elex Media Komputindo, misalnya, instruksi
penggunaan Microsoft Excel dirangkai menggunakan konjungsi “pertama-tama”,
“kemudian”, “setelah itu”, dan “terakhir” untuk memastikan pengguna tidak
melakukan kesalahan urutan dalam menjalankan perintah. Kesalahan dalam
mengikuti instruksi bisa menyebabkan data salah dihitung atau bahkan program
tidak berjalan.
Teks Eksplanasi dan Relasi Sebab-Akibat
Teks
eksplanasi seperti penjelasan proses ilmiah, fenomena alam, atau peristiwa
sosial juga menggunakan kata hubung kronologis. Dalam teks ini, penyebab dan
akibat diuraikan dalam susunan waktu agar pembaca memahami bahwa sesuatu
terjadi karena didahului oleh hal lain.
Misalnya,
dalam artikel ilmiah mengenai perubahan iklim yang diterbitkan oleh
Intergovernmental Panel on Climate Change, dijelaskan bahwa “setelah
konsentrasi gas rumah kaca meningkat pasca revolusi industri, maka pada
dekade-dekade berikutnya suhu global mulai naik.” Hubungan waktu menjadi
indikator dari hubungan sebab-akibat, dan konjungsi seperti “setelah itu” atau
“kemudian” menegaskannya.
Kritik terhadap Kesalahan Umum dalam Penggunaan
Namun
demikian, masih ada penulis baik pemula maupun professional yang mengabaikan
pentingnya kata hubung kronologis. Beberapa bahkan menggunakannya secara keliru
atau berlebihan. Dalam laporan jurnalistik atau esai akademis, terkadang
penulis menjejalkan kata seperti “kemudian” tanpa memperhatikan waktu
sebenarnya, sehingga alih-alih menambah kejelasan, justru membingungkan.
Hal ini
menunjukkan kurangnya kesadaran akan struktur tekstual bahasa ketika menulis.
Oleh karena itu, pendidikan literasi bahasa harus menerapkan kemampuan
mengenali fungsi logis dan temporal dari konjungsi yang digunakan.
Memahami
bahwa penggunaan kata hubung kronologis bukan hanya soal gaya bahasa, tetapi
dari penyusunan makna dalam teks. Dalam teks yang memiliki urutan peristiwa
baik naratif, prosedural, maupun eksplanatif kehadiran konjungsi temporal
adalah unsur struktural yang menyatukan ide, memandu pembaca agar saling
berkesinambungan.
Dengan
kesadaran dan pemahaman konteks yang tepat, penulis dapat memanfaatkan kata
hubung kronologis yang memperkuat daya tarik teks dan kejelasan pesan.