Pemisah bilangan ribuan dalam penulisan nominal uang menggunakan tanda

 

Pemisah bilangan ribuan dalam penulisan nominal uang menggunakan tanda

Penulisan angka yang mencerminkan nilai uang, baik dalam dokumen resmi, laporan keuangan, maupun transaksi digital, harus mengikuti kaidah yang tepat agar tidak menimbulkan kesalahan. Salah satu aspek yang disepelekan namun memiliki dampak besar adalah pemisah bilangan ribuan dalam penulisan nominal uang. Tampak sederhana, tetapi jika keliru, bisa berujung pada kekeliruan yang fatal.

 

Latar Historis dan Praktik Global

Pemisahan angka dalam sistem penulisan nominal uang pada dasarnya bertujuan untuk memudahkan pembacaan dan menghindari kekeliruan nilai. Namun, bentuk dari pemisah bilangan ribuan tidak seragam secara global. Dalam tradisi Anglo-Saxon, seperti di Amerika Serikat dan Inggris, koma (,) digunakan sebagai pemisah ribuan, sementara titik (.) dipakai sebagai pemisah desimal. Sebaliknya, di banyak negara Eropa kontinental, seperti Jerman, Prancis, dan Italia, justru titik (.) digunakan sebagai pemisah ribuan dan koma (,) sebagai pemisah desimal.

 

Contohnya:

  • Amerika Serikat: $1,500.75 → seribu lima ratus dolar tujuh puluh lima sen
  • Jerman/Prancis: €1.500,75 → seribu lima ratus euro tujuh puluh lima sen

 

Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada sistem tunggal yang berlaku universal. Konvensi lokal dan standar kebahasaan masing-masing negara memiliki rujukan standarnya sendiri. Itulah pentingnya memahami konteks regional saat menulis angka, khususnya nominal uang.

 

Praktik di Indonesia: Titik atau Koma ?

Di Indonesia, ketentuan tentang pemisah angka diatur oleh Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) yang dikodifikasikan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) yang terakhir diperbarui tahun 2016, dinyatakan bahwa:

 

  • "Tanda titik dipakai sebagai pemisah ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah dalam bilangan"

(PUEBI, Edisi Revisi 2016, Bab VI, Tanda Baca, Pasal 6)

 

Dengan demikian, penulisan angka dalam konteks Bahasa Indonesia menggunakan titik (.) sebagai pemisah ribuan, sedangkan koma (,) digunakan untuk menunjukkan pecahan desimal. Misalnya:


  • Rp 1.000,00
  • Rp 125.750,50

 

Penulisan tersebut berlaku dalam berbagai konteks, baik di dokumen administrasi pemerintahan, laporan akuntansi perusahaan, maupun dalam penulisan akademis.

 

Namun, dalam praktik digital terutama pada perangkat lunak seperti Microsoft Excel atau sistem ERP, format default lebih mengikuti standar Amerika Serikat atau Inggris, yaitu menggunakan koma sebagai pemisah ribuan dan titik sebagai desimal. Tentu menimbulkan inconsistency jika tidak disesuaikan dengan format lokal.

 

 

Pengaruh Teknologi dan Digitalisasi

Seiring meningkatnya penggunaan teknologi, terutama aplikasi akuntansi, e-commerce, dan sistem keuangan daring, standar internasional menjadi semakin dominan. Hal ini menimbulkan tumpang tindih antara regulasi lokal dan realitas sistem yang digunakan.

 

Sebagai contoh, ISO (International Organization for Standardization) dalam standar ISO 80000-1:2009 tentang Quantities and units menyarankan agar:

 

  • "Angka lebih dari empat digit ditulis dengan spasi tipis sebagai pemisah kelompok tiga angka, dan bukan dengan tanda baca."

 

Contoh:

  • 12 345 678 (menggunakan spasi sempit di antara kelompok tiga digit)

 

Namun, standar tersebut belum diadopsi luas dalam sistem keuangan Indonesia, baik karena kendala teknis pada perangkat lunak maupun kurangnya sosialisasi di kalangan penulis dan pengelola data. Artinya, secara praktis, penggunaan titik sebagai pemisah ribuan masih dominan dan dianggap sah di Indonesia, meski tidak selalu konsisten dalam konteks digitalisasi global.

 

 

Konsekuensi Kekeliruan Antara Etika dan Legalitas

Kesalahan dalam pemisahan angka ribuan bukan hanya persoalan kebahasaan. Dalam dunia hukum dan keuangan, kesalahan satu digit atau satu tanda pemisah bisa berarti perbedaan jutaan rupiah, dan bisa berimplikasi pada audit, perpajakan, atau transaksi perbankan.

 

Contoh kasus:

  • Penulisan Rp 1000.000 bisa dibaca sebagai satu juta (jika mengikuti format titik sebagai desimal) atau malah membingungkan karena menyerupai Rp 1.000.000.
  • Dalam dokumen kontrak atau cek, hal ini bisa membuka celah penyalahgunaan atau gugatan hukum.


Beberapa bank di Indonesia kini bahkan menerapkan format penulisan nominal ganda, yaitu:

  • Angka dengan titik pemisah dan

 

Penulisan huruf nominal uang secara lengkap, seperti:

  • “Satu juta rupiah”

Tujuannya adalah untuk menghindari keraguan sekaligus memperkuat keabsahan nilai transaksi.

 

 

Penulisan nominal uang tidak bisa dilepaskan dari konteks sosial, ekonomi, dan teknologi. Di Indonesia, titik sebagai pemisah ribuan adalah bentuk baku yang telah disahkan dalam kebijakan bahasa nasional. Namun penting bagi pelaku bisnis, akademisi, dan masyarakat luas untuk memiliki perhatian terhadap keberagaman konvensi.

 

Sebagai bentuk mitigasi:

  • Lembaga keuangan dan pendidikan perlu menyosialisasikan penggunaan pemisah angka sesuai standar nasional.
  • Pengembang perangkat lunak perlu memberikan opsi format lokal yang mudah diatur pengguna.
  • Pemerintah dan otoritas kebahasaan perlu mengintegrasikan pedoman bahasa dengan perkembangan teknologi dan internasional data.

 

Dalam konteks transformasi digital dan integrasi global, mungkin sudah waktunya untuk membahas adopsi spasi tipis internasional sebagai pemisah angka, sebagaimana dianjurkan ISO, agar tidak lagi bergantung pada tanda baca konvensional yang rawan kesalahan tafsir lintas negara.

LihatTutupKomentar