Kata-kata dalam kalimat efektif disusun sesuai kaidah

 

Kata-kata dalam kalimat efektif disusun sesuai kaidah

Pada dasarnya, bahasa tidak hanya menjadi alat komunikasi, namun juga logika, emosi, dan gagasan. Ketika membuat tulisan ilmiah, jurnalistik, hingga administrasi kenegaraan, bahasa tidak bisa didekati dengan cara yang longgar. Kalimat efektif bukan hanya rangkaian kata yang dapat dimengerti, tetapi susunan kata yang mengikuti kaidah tata bahasa, memiliki struktur logis, serta menyampaikan makna dengan jelas dan hemat.

 

Namun, apa yang dimaksud dengan “kata-kata dalam kalimat efektif disusun sesuai kaidah” ? Untuk memahami secara utuh, kita perlu memahami dari berbagai sisi dimulai dari definisi, prinsip-prinsip dasar kalimat efektif, hingga atas penyimpangan yang terjadi dalam praktik kebahasaan sehari-hari.

 

 

Mengenal Kalimat Efektif Bukan Hanya Benar, Tapi Juga Tepat

Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu mengungkapkan maksud penulis atau pembicara dengan tepat, tanpa menimbulkan ambigu, pemborosan kata, atau kekaburan makna. Menurut Departemen Pendidikan Nasional dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), sebuah kalimat efektif memenuhi lima syarat utama, kejelasan struktur (struktur yang logis dan sistematis), ketepatan kata, kehematan (tidak redundan), kesepadanan (subjek dan predikat harus selaras), serta kepaduan makna (kohesi dan koherensi antarkata dan antarfrasa).

 

Contoh dari kalimat efektif dapat dilihat dalam perubahan kalimat berikut:

  • Tidak efektif: "Dalam rangka untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, maka pemerintah melakukan berbagai upaya."
  • Efektif: "Untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, pemerintah melakukan berbagai upaya."

 

Kata "dalam rangka" dan "untuk" pada kalimat pertama merupakan bentuk pleonasme (pengulangan makna), yang membuatnya tidak hemat dan berbelit. Penghilangan unsur yang tidak perlu justru memperkuat makna.

 

 

Kaidah dan Tata Urut kalimat efektif

Tata urut kata dalam bahasa Indonesia sangat menentukan apakah kalimat tersebut mengikuti struktur logika yang dapat diterima pembaca. Secara umum, bahasa Indonesia mengikuti pola S-P-O-K (Subjek-Predikat-Objek-Keterangan).

 

Sebagai contoh:

  • Kalimat tidak sesuai kaidah: "Membaca buku di taman anak itu senang sekali."
  • Kalimat sesuai kaidah: "Anak itu senang sekali membaca buku di taman."

 

Susunan kata yang tidak tepat bisa menimbulkan multitafsir, mengganggu kejelasan makna, bahkan merusak kredibilitas penyampai pesan.

 

Dalam Stilistika Bahasa Indonesia karya Gorys Keraf, dijelaskan bahwa susunan kata yang logis akan mempermudah pembaca mengikuti alur pikiran penulis. Penempatan subjek dan predikat yang jelas adalah fondasi awal kalimat yang efektif. Predikat tidak boleh mendahului subjek dalam kalimat deklaratif kecuali dalam gaya tertentu seperti prosa sastra atau puisi.

 

 

Diksi dan Efektivitas Pilihan Kata Menentukan Presisi

Pemilihan kata (diksi) menjadi aspek penting dalam membangun kalimat efektif. Kata-kata yang digunakan harus tepat sasaran dan sesuai konteks. Banyak kegagalan komunikasi terjadi karena kesalahan dalam memilih kata yang mengandung makna ganda atau tidak lazim digunakan dalam register tertentu.

 

Misalnya, dalam lingkungan akademik, penggunaan kata:

  • "memperbaiki mutu" lebih tepat daripada "menaikkan mutu".
  • "mengantisipasi risiko" lebih sesuai daripada "menghindari risiko" karena makna kata “antisipasi” adalah “mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan”.

 

Badan Bahasa Indonesia dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mencatat ribuan lema yang disalahgunakan dalam penggunaan sehari-hari. Salah satunya adalah kata “efektif”, yang acap disamakan dengan “efisien”, padahal keduanya memiliki perbedaan semantik, “efektif” menyangkut pencapaian tujuan, sementara “efisien” menyangkut penggunaan sumber daya seminimal mungkin.

 

 

Bahasa Asing dan Gangguan terhadap Keefektifan Kalimat

Tak sedikit kalimat dalam dokumen resmi atau pemberitaan media yang tidak lagi mengikuti kaidah bahasa Indonesia, melainkan mengadopsi struktur bahasa Inggris secara mentah-mentah. Hal ini menciptakan ketidakefektifan struktural, sekaligus menurunkan kejelasan komunikasi.

 

Contoh akibat pengaruh bahasa asing:

  • Kalimat tidak efektif: "Implementasi dari program ini akan kita lakukan di kuartal pertama tahun ini."
  • Kalimat efektif: "Program ini akan kita laksanakan pada kuartal pertama tahun ini."

 

Penggunaan “implementasi” di atas tidak salah secara makna, namun berlebihan karena sudah ada padanan yang lebih lugas dan sesuai kaidah, yakni “pelaksanaan”.

 


Realitas Pendidikan Bahasa Antara Kaidah dan Praktik

Kegagalan menghasilkan kalimat efektif kerap bermula dari lemahnya pengajaran kebahasaan di tingkat pendidikan dasar hingga menengah. Banyak siswa diajarkan hanya “menghindari kesalahan”, bukan “membangun kalimat logis dan efektif”. Guru bahasa, alih-alih membekali murid dengan logika kebahasaan, lebih sering menekankan hafalan.

 

Laporan PISA dirilis OECD menunjukkan bahwa kemampuan literasi siswa Indonesia masih tergolong rendah, dengan peringkat 72 dari 81 negara. Hal itu bukan hanya persoalan kemampuan membaca, tetapi menyangkut kemampuan memahami struktur kalimat dan menyusun gagasan secara logis.

 

 

Kalimat efektif bukan hanya tentang kepatuhan terhadap kaidah, tetapi tentang kejelasan berpikir dan tanggung jawab dalam menyampaikan makna. Di balik setiap kata yang tersusun rapi, terdapat kehendak untuk dipahami.

 

Ketika menyusun kata-kata dalam kalimat efektif menyusun kata sesuai kaidah bukanlah beban, melainkan bentuk penghormatan kepada bahasa, kepada pembaca, dan pada akhirnya, kepada kebenaran.

LihatTutupKomentar