Sesuatu yang tidak perlu disebutkan dalam ceramah adalah ….
A. topik
B. tema
C. judul
D. materi
E. opini
Jawaban: E. opini
Ceramah
merupakan salah satu bentuk penyampaian informasi yang sangat penting. Tidak
hanya sebagai sarana edukasi, ceramah juga kerap dijadikan sebagai alat
persuasi, pembinaan moral, hingga pembentukan opini publik. Namun, dalam
berceramah, terdapat unsur-unsur yang justru sebaiknya tidak muncul di
dalamnya. Salah satunya yaitu opini pribadi, yang menurut analisis
struktural-retoris, dianggap sebagai sesuatu yang tidak perlu disebutkan dalam
ceramah.
Lalu mengapa
opini justru dikesampingkan, sementara unsur-unsur lain seperti topik, tema,
judul, dan materi justru diperlukan? Untuk menjawabnya, kita perlu memahami
struktur dasar ceramah dan prinsip komunikasi efektif dalam wacana lisan
formal.
Bagaimana Sebuah Ceramah Dibentuk ?
Sebuah ceramah yang baik tidak hanya berbicara di depan umum, melainkan menyusun argumen, menyampaikan informasi, dan memberi pemahaman secara sistematis. Secara struktural, sebuah ceramah yang utuh harus memiliki:
- Judul – sebagai representasi utama dari isi pembahasan.
- Tema – yang menjelaskan makna besar dan arah ide yang disampaikan dalam ceramah.
- Topik – yang lebih spesifik dari tema, menjadi pusat perhatian audiens.
- Materi – yaitu isi dan substansi yang dikaji, bisa berupa data, fakta, atau penjelasan ilmiah yang bersifat objektif.
Keempat
unsur ini bersifat informasional dan edukatif, serta dibangun di atas premis
kebenaran atau kenyataan yang dapat diverifikasi.
Mengapa Opini Tidak Perlu Disebutkan dalam Ceramah ?
Opini, dalam
konteks bahasa, merupakan penilaian subjektif yang bersumber dari pemikiran
pribadi seseorang tanpa keharusan didasarkan pada data empiris. Meskipun opini
bisa disampaikan dalam konteks informal seperti talkshow, diskusi bebas, atau
orasi politik, namun dalam ceramah, terlebih yang bersifat edukatif atau
keagamaan, opini justru bisa mengaburkan objektivitas dan menimbulkan bias.
Lembaga
Bahasa dan Sastra Indonesia dalam kajiannya menyebutkan bahwa:
“Ceramah
pada dasarnya adalah penyampaian wacana secara satu arah dengan tujuan
menyampaikan ilmu atau nilai-nilai moral. Oleh karena itu, penyampaian opini
pribadi cenderung dianggap tidak netral dan bisa menimbulkan keraguan atau
kesalahpahaman oleh para audiens.”
Dalam
konteks ceramah keagamaan, misalnya, menyampaikan opini bisa berisiko
menyesatkan jika tidak didasari oleh referensi kitab atau sumber hadis.
Sementara dalam ceramah ilmiah, menyampaikan opini tanpa dasar metodologi bisa
mengurangi kredibilitas ilmuwan tersebut.
Perbandingan dengan Pilihan Jawaban Lain
Berikut
perbandingan opsi "opini" (jawaban benar) dengan opsi lain yang
tersedia dalam soal:
A. Topik
Tanpa topik,
tidak ada pembahasan utama yang bisa dikembangkan. Dalam struktur penulisan
naskah ceramah, topik adalah hal pertama yang harus ditentukan agar pembicara
fokus dalam menjabarkan materinya.
B. Tema
Tema adalah
gagasan dasar yang melandasi topik. Misalnya, tema “Kebersamaan dalam
Masyarakat” bisa melahirkan banyak topik seperti gotong royong, toleransi, atau
solidaritas sosial. Tanpa menyebutkan tema, audiens sulit memahami arah besar
dari ceramah.
C. Judul
Judul
berfungsi sebagai pengenal awal yang mengundang minat pendengar. Dalam ranah
komunikasi, judul juga menjadi framing dari seluruh isi ceramah. Menurut teori
framing oleh Erving Goffman, judul sangat menentukan bagaimana sebuah wacana
dipersepsi audiens.
D. Materi
Tanpa
materi, tidak ada isi yang bisa disampaikan. Materi bisa berupa data, hasil
riset, kutipan tokoh, atau sumber terpercaya. Dalam dunia akademik, materi juga
menjadi tolok ukur keberhasilan komunikasi informatif.
E. Opini
Berbeda dari
semua yang telah disebutkan, opini tidak memiliki tempat wajib dalam ceramah.
Bahkan, dalam banyak pelatihan public speaking, pembicara diimbau untuk
memisahkan opini dari fakta agar pesan ceramah tetap objektif dan profesional.
Konsekuensi Penyisipan Opini dalam Ceramah
Menyisipkan
opini dalam ceramah dapat menimbulkan konsekuensi yang serius:
- Distorsi Informasi – Ketika opini disampaikan seolah-olah fakta, audiens bisa salah menafsirkan isi ceramah.
- Bias Kognitif – Ceramah bisa berubah menjadi ajakan subjektif yang memihak.
- Mengganggu Netralitas – Apalagi dalam ceramah keagamaan atau akademik, netralitas adalah unsur penting.
- Merusak Kredibilitas – Pembicara yang terlalu banyak menyampaikan opini rentan dianggap tidak profesional atau tidak objektif.
Ceramah,
pada hakikatnya, adalah bentuk komunikasi satu arah yang bertujuan mentransfer
nilai, pengetahuan, atau pemahaman kepada khalayak. Untuk menjaga integritas
pesan yang disampaikan, maka unsur-unsur informatif seperti topik, tema, judul,
dan materi harus dijadikan landasan utama. Sebaliknya, opini – meskipun
terkadang disisipkan, justru berisiko menurunkan kualitas isi ceramah karena
sifatnya yang tidak terverifikasi dan cenderung subjektif.
Dengan
demikian, jawaban yang paling tepat terhadap pertanyaan "Sesuatu yang
tidak perlu disebutkan dalam ceramah adalah …" adalah E. Opini – karena
Ketika berceramah yang dibutuhkan bukan pendapat personal, melainkan kejujuran
dalam menyampaikan kebenaran yang telah teruji.