Permasalahan dalam rumusan masalah dirumuskan dalam kalimat ...
A. Tanya
B. Ajakan
C. Berita
D. Perintah
E.
Permohonan
Jawaban: A. Tanya
Segala pencarian jawaban selalu diawali oleh pertanyaan yang terukur, dan bernalar. Pertanyaan diperlukan dari suatu karya ilmiah, sebab tanpa pertanyaan, tidak ada tujuan untuk pencarian, tidak ada kebutuhan untuk pembuktian, dan tidak ada dasar untuk pengembangan pengetahuan.
Kalimat tanya digunakan bukan karena alasan gaya bahasa semata, melainkan karena mencerminkan adanya pencarian terhadap suatu fenomena yang belum diketahui secara pasti.
Kalimat seperti “Apa
faktor utama yang menyebabkan rendahnya literasi digital di kalangan pelajar
SMA?” secara langsung menunjukkan adanya fokus pencarian jawaban, bukan
penyampaian informasi yang telah pasti.
Narasi Masalah Mengapa “Tanya” Menjadi Kata Kunci ?
Setiap karya
ilmiah bermula dari pengamatan terhadap suatu fenomena atau peristiwa.
Kegelisahan ini melahirkan suatu bentuk keingintahuan, dan keingintahuan yang
kemudian dirumuskan dalam bentuk pertanyaan. Kalimat-kalimat ini tidak bersifat
sembarangan, melainkan dirancang secara sistematis, lugas, dan terarah, agar
mampu mengantarkan peneliti pada jawaban yang objektif dan terukur.
Misalnya,
dalam sebuah penelitian sosial mengenai rendahnya partisipasi pemuda dalam
kegiatan politik lokal, rumusan masalah tidak akan berbunyi: “Mari kita ajak
pemuda berpolitik” atau “Tolong tingkatkan partisipasi pemuda”, melainkan “Apa
faktor yang memengaruhi rendahnya partisipasi pemuda dalam politik lokal?”.
Kalimat tersebut jelas merupakan kalimat tanya.
Pembuktian Teoritis dan Kontekstual
Menurut
Prof. Sugiyono dalam bukunya Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, rumusan masalah harus dinyatakan dalam
bentuk pertanyaan penelitian. Hal itu penting agar penelitian yang dilakukan
memiliki fokus dan arah yang jelas. Lebih jauh lagi, pertanyaan penelitian akan
memengaruhi keseluruhan metode, jenis data yang dikumpulkan, serta pendekatan
analisis yang digunakan.
Pendekatan
ini juga sejalan dengan panduan akademik dari lembaga-lembaga pendidikan tinggi
ternama seperti Harvard University dan University of Oxford, di mana penulisan
problem statement (rumusan masalah) dianjurkan dalam bentuk pertanyaan untuk
menciptakan fokus penelitian.
Membandingkan dengan Pilihan Jawaban Lain
Untuk
memperkuat pemahaman atas jawaban A. Tanya, berikut perbandingan mengapa opsi
lain tidak sesuai:
B. Ajakan
Kalimat
ajakan, seperti “Mari kita pelajari…” atau “Ayo kita cari tahu…”, bersifat
persuasif dan digunakan dalam konteks motivasional, bukan investigatif. Kalimat
ini tidak netral, dan tidak cocok untuk pendekatan ilmiah yang membutuhkan
ketegasan serta objektivitas dalam perumusan masalah. Ajakan akan memunculkan
bias, yang bisa mengganggu validitas penelitian.
C. Berita
Kalimat
berita menyatakan fakta atau informasi, seperti "Penggunaan gadget
meningkat di kalangan pelajar." Bentuk ini menyiratkan bahwa permasalahan
sudah diketahui atau dipastikan, padahal hakikat penelitian adalah mencari
tahu, bukan menegaskan sesuatu yang sudah pasti. Rumusan masalah dalam bentuk
berita justru menghambat penelitian ilmiah karena memberikan kesan telah
selesai.
D. Perintah
Kalimat
perintah seperti “Identifikasilah penyebab rendahnya partisipasi pemuda!”
menunjukkan instruksi, bukan pertanyaan. Meskipun dapat digunakan dalam
proposal sebagai arahan tugas, namun tidak mewakili rumusan masalah. Dalam
penelitian, kalimat perintah tidak mengandung sifat merumuskan dan bisa
terkesan memaksakan kesimpulan sejak awal.
E. Permohonan
Permohonan
bersifat subjektif dan personal, misalnya “Mohon dijelaskan mengapa remaja
malas membaca.” Kalimat ini mengandung nuansa emosional dan tidak sesuai dengan
karakter ilmiah yang seharusnya objektif dan netral. Permohonan juga membuat
peneliti dalam posisi pasif, padahal peneliti seharusnya aktif mencari jawaban
sendiri berdasarkan data dan analisis.
Rumusan Masalah dalam Disiplin Ilmu
Dalam
berbagai disiplin ilmu, dari sosiologi, psikologi, hingga teknik dan
kedokteran, rumusan masalah selalu dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya. Di
jurnal-jurnal ilmiah bereputasi seperti Nature, The Lancet, atau Jurnal Ilmu
Pendidikan Indonesia, selalu bahwa artikel dimulai dari pertanyaan yang
mendorong riset dilakukan.
Bahkan dalam
sistematika penulisan skripsi atau tesis di hampir semua perguruan tinggi
Indonesia rumusan masalah diposisikan sebagai pertanyaan penelitian.
Universitas Gadjah Mada dalam pedoman tugas akhirnya menuliskan bahwa
"rumusan masalah dituliskan dalam bentuk pertanyaan yang mencerminkan
permasalahan penelitian dan arah analisisnya".
Melalui
analisis konseptual, teoritis, dan komparatif di atas, maka dapat ditegaskan
bahwa rumusan masalah dalam penelitian harus disusun dalam bentuk kalimat
tanya. Pilihan jawaban A. Tanya bukan hanya jawaban yang benar secara
kebahasaan, tetapi juga sejalan dengan prinsip metodologi dalam penelitian
ilmiah.