Berikut yang termasuk dalam motif ekonomi bagi pengusaha ialah ...
a. biaya
produksi setinggi tingginya
b. mencari
laba sebanyak banyaknya
c. menerima
pegawai sebanyak banyaknya
d.
memproduksi barang sebanyak banyaknya
Jawaban: b. mencari laba sebanyak banyaknya
Dunia usaha bergerak dalam dinamika ekonomi yang terus berubah. Setiap pengusaha, baik dalam skala kecil maupun besar, memiliki dorongan yang memotivasi untuk menjalankan bisnis. Dorongan yang disebut dengan motif ekonomi,
yakni alasan
atau tujuan yang mendasari seseorang dalam melakukan kegiatan ekonomi. Salah
satu motif ekonomi utama yang menjadi dasar bagi para pengusaha adalah mencari
laba sebanyak-banyaknya.
Laba bukan sekadar angka dalam laporan keuangan, tetapi merupakan landasan keberlanjutan suatu usaha. Tanpa laba yang cukup, sebuah bisnis akan sulit bertahan dalam persaingan pasar, apalagi berkembang dan memperluas operasi.
Namun, apakah
motif mencari laba sebanyak-banyaknya menjadi motif utama bagi pengusaha
dibandingkan pilihan lainnya? Untuk memahami hal ini, kita perlu membandingkan
dengan opsi lain yang dianggap sebagai motif ekonomi.
Motif Ekonomi dalam Perspektif Pengusaha
1. Biaya Produksi Setinggi-tingginya (Pilihan A – Tidak Tepat)
Meningkatkan biaya produksi setinggi-tingginya bukan motif yang logis dalam berbisnis. Dalam teori ekonomi, biaya produksi yang tinggi justru menjadi hambatan bagi keberlanjutan usaha.
Konsep efisiensi produksi yaitu bahwa pengusaha harus
berusaha meminimalkan biaya tanpa mengorbankan kualitas, sehingga margin
keuntungan tetap optimal.
Menurut data
dari OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development), perusahaan
yang mampu menekan biaya produksi tanpa mengurangi kualitas cenderung lebih
kompetitif di pasar. Dengan demikian, tujuan seorang pengusaha adalah mengelola
biaya seefisien mungkin, bukan meningkatkannya tanpa batas.
2. Mencari Laba Sebanyak-banyaknya (Pilihan B – Tepat)
Dalam dunia
bisnis, laba adalah faktor utama yang menentukan kelangsungan usaha. Adam
Smith, seorang ekonom klasik, menyebutkan dalam bukunya The Wealth of Nations
bahwa motif mencari keuntungan adalah motif bagi pertumbuhan ekonomi.
Setiap
pengusaha akan berusaha memaksimalkan laba dengan cara meningkatkan penjualan,
menekan biaya produksi, serta menciptakan inovasi yang menarik pelanggan. Laba
yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk:
- Berinvestasi lebih lanjut dalam teknologi dan ekspansi bisnis,
- Meningkatkan kesejahteraan karyawan dengan memberikan gaji yang lebih baik,
- Meningkatkan daya saing dengan menciptakan produk atau layanan yang lebih baik.
Menurut
laporan Fortune 500, perusahaan-perusahaan dengan laba tertinggi seperti Apple,
Microsoft, dan Tesla mampu berkembang karena strategi bisnis berfokus pada
peningkatan keuntungan sambil tetap menjaga kepuasan pelanggan. Oleh karena
itu, motif utama seorang pengusaha adalah mencari laba sebanyak-banyaknya.
3. Menerima Pegawai Sebanyak-banyaknya (Pilihan C – Tidak Tepat)
Meskipun
lapangan pekerjaan sangat penting bagi perekonomian, motif utama pengusaha
bukan hanya merekrut pegawai sebanyak mungkin. Penerimaan karyawan harus
disesuaikan dengan kebutuhan operasional perusahaan.
Jika sebuah bisnis mempekerjakan terlalu banyak orang tanpa perhitungan yang matang, maka akan timbul inefisiensi biaya tenaga kerja, yang pada akhirnya dapat mengurangi laba perusahaan.
Data dari World Bank menunjukkan bahwa perusahaan yang
mengelola tenaga kerja secara efisien cenderung memiliki keuntungan lebih
tinggi dibandingkan dengan yang memiliki kelebihan tenaga kerja.
Dengan
demikian, meskipun menciptakan lapangan pekerjaan adalah dampak positif dari
berkembangnya bisnis, hal ini bukan motif ekonomi bagi seorang pengusaha.
4. Memproduksi Barang Sebanyak-banyaknya (Pilihan D – Tidak Tepat)
Produksi
barang dalam jumlah besar bisa menjadi strategi bisnis yang efektif, tetapi
bukan merupakan motif utama bagi pengusaha. Produksi harus disesuaikan dengan
permintaan pasar, bukan sekadar menciptakan barang sebanyak mungkin tanpa
perencanaan yang jelas.
Jika produksi berlebihan tanpa memperhitungkan permintaan pasar, maka akan terjadi overstocking, yang bisa menyebabkan kerugian akibat biaya penyimpanan tinggi dan penurunan nilai produk.
Menurut laporan dari Harvard Business Review,
banyak perusahaan mengalami kebangkrutan karena overproduction, karena gagal
menyeimbangkan jumlah produksi dengan permintaan konsumen.
Oleh karena
itu, pengusaha yang cerdas tidak hanya fokus pada kuantitas produksi, tetapi
juga pada keseimbangan antara supply dan demand untuk memastikan produk tetap
memiliki nilai jual.
Dari keempat
pilihan yang ada, mencari laba sebanyak-banyaknya merupakan motif ekonomi utama
bagi pengusaha. Laba menjadi indikator keberhasilan sebuah bisnis dan
memungkinkan perusahaan untuk bertahan, berkembang, serta memberikan manfaat
ekonomi.
Sementara itu, pilihan lain seperti meningkatkan biaya produksi, menerima pegawai tanpa batas, atau memproduksi barang sebanyak mungkin, bukan tujuan utama seorang pengusaha,
melainkan bagian dari strategi yang harus dikelola dengan baik agar
tetap sejalan dengan tujuan utama bisnis yaitu memperoleh keuntungan maksimal
dengan cara yang efisien dan berkelanjutan.