Salah satu ancaman yang tak terlihat namun berdampak luas adalah ancaman terhadap ideologi suatu bangsa. Ancaman ideologi tak berwujud dalam bentuk seperti serangan militer atau invasi, melainkan berupa gagasan yang secara perlahan merusak nilai-nilai yang menjadi dasar negara.
Pertahanan terhadap ancaman ideologi
menjadi semakin diperlukan di tengah arus globalisasi yang membawa serta
berbagai paham, baik yang progresif maupun yang radikal. Salah satu lapisan penting dalam konsep pertahanan terhadap ancaman ideologi adalah penguatan
identitas nasional.
Mengapa identitas nasional begitu penting dalam pertahanan ideologi? Seperti yang kita ketahui, ideologi merupakan landasan dari cara pandang sebuah negara terhadap segala aspek kehidupan. Di Indonesia Pancasila menjadi ideologi dasar utama yang memandu arah pembangunan, sistem pemerintahan, dan kehidupan sosial masyarakat.
Ketika ideologi identitas negara diganggu oleh paham-paham lain,
baik itu radikalisme agama, liberalisme, atau bahkan sekularisme yang
mengabaikan nilai spiritualitas, maka stabilitas nasional bisa terancam. Di
sinilah penguatan identitas nasional menjadi salah satu lapisan utama dalam
pertahanan ideologi.
Identitas Nasional sebagai Sistem Ideologi
Identitas nasional, yang terdiri dari unsur-unsur seperti bahasa, budaya, nilai-nilai tradisional, dan sejarah perjuangan bangsa, berfungsi sebagai pelindung dari pengaruh ideologis asing. Ketika warga negara memiliki pemahaman dan apresiasi terhadap identitas nasional, maka cenderung lebih terganggu terhadap pengaruh dari luar yang berusaha menggoyahkan keyakinan ideologis.
Seperti yang
diungkapkan oleh ahli sosiologi Benedict Anderson dalam teorinya tentang
"Imagined Communities," kesadaran akan identitas bersama merupakan
sistem sosial yang menjadi karakter keberadaan sebuah bangsa. Jika kesadaran
identitas dirusak, maka bangsa tersebut dapat kehilangan arah dan jati diri.
Hal ini sangat sesuai ketika kita melihat tren globalisasi yang merambah ke segala aspek kehidupan, termasuk informasi dan teknologi. Arus informasi yang begitu cepat dan tidak terkendali, terutama melalui media sosial dan internet, membawa berbagai paham yang bertentangan dengan ideologi negara.
Tanpa identitas
nasional yang kuat, masyarakat dapat dengan mudah terseret dalam arus pemikiran
yang menggantikan nilai-nilai asli yang selama ini menjadi identitas bangsa.
Ambil contoh
beberapa negara yang gagal mempertahankan ideologi. Konflik yang terjadi di
Timur Tengah sering kali disebabkan oleh disintegrasi ideologis yang melemahkan
kesadaran bersama masyarakat terhadap identitas nasional. Negara yang mengalami
konflik akan terpecah oleh pengaruh ideologi asing yang masuk dan memperburuk
situasi politik serta sosial.
Pendidikan sebagai Sarana Penguatan Identitas
Salah satu cara yang paling efektif untuk memperkuat identitas nasional dan dengan demikian melindungi ideologi negara yaitu melalui pendidikan. Dalam kurikulum pendidikan nasional, harus ada penerapan yang konsisten terhadap pengajaran sejarah, bahasa, dan budaya lokal.
Pendidikan tentang Pancasila dan Konstitusi,
sebagai landasan hukum yang melindungi ideologi bangsa, juga harus diperkuat.
Hal ini bukan sekadar menghafal, tetapi memberikan pemahaman yang tentang nilai
identitas dalam kehidupan sehari-hari.
Tetapi dalam
beberapa kondisi, pendidikan nasional sering kali tidak cukup menyadarkan
pentingnya kesadaran ideologis dan identitas nasional. Di beberapa negara,
sistem pendidikan terlalu terfokus pada pengembangan keterampilan teknis atau
keilmuan, sehingga nilai tradisi kearifan lokal terpinggirkan. Hal itu membuat
idelogi paham baru untuk masuk, terutama di kalangan anak muda yang terpengaruh
budaya luar.
Di Indonesia, upaya penguatan identitas nasional melalui pendidikan terus diterapkan. Program seperti Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) serta Gerakan Nasional Revolusi Mental merupakan contoh bagaimana negara berupaya melindungi warga dari ancaman ideologi lain.
Namun, tantangan yang
dihadapi yaitu bagaimana membuat pendidikan sesuai dan menarik bagi generasi
muda yang tumbuh dalam era digital, di mana paham budaya asing sering kali
lebih mudah diakses dan lebih menarik dibandingkan tradisi kearifan lokal.
Peran Media dalam Pertahanan Ideologi
Selain pendidikan, media massa dan media sosial juga menjadi tempat dalam pertahanan ideologi. Media bisa berfungsi ganda seperti bisa menjadi tempat untuk menyebarkan paham-paham asing yang berbahaya, namun di sisi lain, juga bisa menjadi media yang sangat efektif untuk memperkuat identitas nasional.
Pemerintah perlu memiliki strategi media yang cerdas, yang bukan hanya fokus
pada berita tidak jelas tetapi juga pada penyebaran narasi tentang identitas
nasional.
Sebagai contoh, kampanye media yang menunjukkan kebanggaan terhadap budaya lokal, keberhasilan nasional, dan tokoh-tokoh inspiratif dapat menjadi cara yang efektif untuk memperkuat rasa cinta tanah air. Negara seperti Korea Selatan telah berhasil menggunakan media populer, seperti film dan musik (K-Pop),
untuk
menyebarkan pengaruh budaya mereka ke seluruh dunia, sambil tetap menjaga
kesadaran ideologis di dalam negeri. Hal ini menunjukkan bahwa media bisa
menjadi strategi pertahanan ideologis jika digunakan dengan bijak.
Namun, media sosial juga menjadi ancaman karena sifatnya yang terpusat. Siapa saja bisa menjadi pembuat konten, dan tidak ada jaminan bahwa konten tersebut mendukung nilai-nilai nasional. Penyebaran berita palsu, propaganda ekstremis, dan ideologi radikal bisa dengan cepat menyebar, dan tanpa perlindungan yang efektif,
masyarakat bisa dengan mudah terpengaruh. Itulah pentingnya literasi
digital, agar masyarakat tidak hanya menjadi penerima informasi, tetapi juga
kritis dalam menilai konten yang mereka terima.
Penguatan Identitas dalam Kehidupan Sehari-hari
Penguatan identitas nasional sebagai pertahanan terhadap ancaman ideologi tidak hanya terjadi di lingkup formal seperti pendidikan dan media, tetapi juga harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Nilai-nilai nasional harus terus
dihidupkan dalam perilaku masyarakat, baik melalui kegiatan budaya, tradisi
lokal, hingga praktik keagamaan yang sejalan dengan nilai-nilai Pancasila.
Pemerintah, tokoh masyarakat, dan keluarga memiliki tugas dalam menjaga agar
nilai identitas nasional tetap sesuai dan diteruskan ke generasi mendatang.
Ketika masyarakat hidup dengan kesadaran terhadap identitas nasional maka akan lebih mampu mengenali dan menolak ideologi asing yang tidak sesuai dengan identitas bangsa. Hal itu bukan berarti menutup diri terhadap dunia luar, melainkan mengembangkan sikap selektif terhadap segala pengaruh.
Dengan demikian,
penguatan identitas nasional bukan hanya upaya mempertahankan status quo,
tetapi juga cara untuk membangun bangsa yang lebih tangguh dan siap menghadapi
segala bentuk ancaman, termasuk ancaman terhadap ideologi.
Penguatan identitas nasional merupakan salah satu lapisan terpenting dalam konsep pertahanan terhadap ancaman ideologi. Mempertahankan identitas nasional merupakan faktor untuk menjaga stabilitas ideologi negara.
Pendidikan, media,
dan kehidupan sehari-hari merupakan strategi di mana penguatan identitas harus
diwujudkan. Hanya dengan identitas yang kuat, sebuah bangsa dapat bertahan dan
berkembang tanpa kehilangan jati diri di tengah arus perubahan.