Interaksi sosial yang menyebabkan perselisihan disebut ... .
A. kerukunan
B. kerja
sama
C. konflik
D. integrasi
Jawaban: C. konflik
Manusia
merupakan makhluk sosial yang tak dapat terlepas dari interaksi dengan orang
lain. Setiap hari, kita terlibat dalam beragam bentuk interaksi, dari yang
paling sederhana hingga yang beragam, yang kadang kala menghasilkan kedamaian
atau sebaliknya yaitu ketegangan. Pada sebuah keragaman ada suatu hal yang
terkadang muncul ketika kepentingan atau pandangan yang berbeda bersinggungan.
Hal tersebut, meskipun kadang dianggap buruk tetapi merupakan bagian dari
dinamika sosial.
Untuk
memahami bagaimana interaksi sosial dapat berujung pada konflik, kita harus
memulai dengan mengenali dasar interaksi sosial itu sendiri. Pada hakikatnya,
interaksi sosial merupakan proses di mana dua orang atau lebih saling
berkomunikasi dan bertindak satu sama lain. Di sinilah letak potensi
perselisihan, karena tidak semua interaksi menghasilkan kerja sama yang damai.
Ada kalanya, ketika harapan atau kepentingan dua pihak tidak sejalan, muncul
pergesekan yang semakin berkembang menjadi konflik.
Konflik sebagai Konsekuensi Interaksi Sosial
Jika kita
bandingkan konflik dengan pilihan jawaban lain yang ada pada pertanyaan diatas
seperti kerukunan, kerja sama, atau integrasi, jelas bahwa ketiganya adalah
kondisi yang diidamkan oleh banyak orang dalam kehidupan bermasyarakat.
Kerukunan merupakan situasi di mana seseorang atau kelompok hidup berdampingan
dengan damai dan saling menghormati. Kerja sama menggambarkan tindakan bersama
untuk mencapai tujuan yang sama, sedangkan integrasi yaitu bentuk penyatuan
berbagai unsur sosial dalam sebuah kesatuan.
Namun,
konflik adalah kondisi yang sebaliknya. Konflik muncul ketika ada dua atau
lebih pihak yang merasa terancam atau tidak sepaham dalam sebuah situasi.
Konflik bisa terjadi pada berbagai level, mulai dari konflik individu hingga
konflik masyarakat, bahkan antarbangsa. Konflik merupakan bentuk perselisihan
yang tidak bisa dielakkan sepenuhnya dalam kehidupan sosial, mengingat
perbedaan pandangan, kepentingan, atau kebutuhan yang kerap kali bertabrakan.
Sebagai
contoh, bayangkan situasi di mana dua orang sahabat sedang mendiskusikan
rencana liburan. Satu pihak ingin pergi ke pantai, sementara pihak lain lebih
menyukai liburan ke pegunungan. Pada awalnya, diskusi berlangsung tenang,
tetapi ketika masing-masing pihak mulai ngotot mempertahankan pilihannya tanpa
mendengarkan pendapat lain. Ketidakmampuan untuk mencapai kesepakatan bisa
memicu konflik. Dalam skala yang lebih besar, konflik bisa terjadi antara
kelompok dengan kepentingan politik, ekonomi, atau sosial yang berbeda.
Penyebab Konflik dalam Interaksi Sosial
Mengapa
konflik terjadi dalam interaksi sosial ? Beberapa faktor bisa menjadi penyebab
munculnya konflik, di antaranya:
Perbedaan Nilai dan Kepentingan
Setiap orang
atau kelompok memiliki nilai, prinsip, dan kepentingan yang berbeda. Ketika dua
kelompok atau seseorang dengan kepentingan yang saling bertentangan
berinteraksi, potensi untuk munculnya konflik sangat besar. Misalnya, dalam
dunia bisnis, dua perusahaan yang bersaing untuk mendapatkan pangsa pasar yang
sama akan terlibat dalam konflik. Masing-masing perusahaan menggunakan berbagai
strategi, mulai dari iklan hingga pengambilalihan perusahaan secara paksa.
Kesalahpahaman atau Miskomunikasi
Dalam
interaksi sosial, miskomunikasi bisa dengan cepat berkembang menjadi konflik.
Sering kali, perbedaan penafsiran atau penyampaian pesan yang tidak jelas
menyebabkan satu pihak merasa tersinggung, yang pada akhirnya memicu
perselisihan. Misalnya, dalam sebuah organisasi, perbedaan dalam memahami
instruksi bisa memicu konflik antaranggota tim.
Perbedaan Sosial dan Ekonomi
Perbedaan
dalam status sosial dan ekonomi sering kali menjadi sumber konflik.
Ketidaksetaraan dalam akses terhadap sumber daya, kekayaan, atau kesempatan
bisa menyebabkan kelompok yang lebih lemah merasa tertindas dan termarginalkan,
sehingga menciptakan ketegangan. Kesenjangan sosial terlihat dalam masyarakat
dengan ketimpangan sosial yang tinggi, di mana kelompok yang merasa dirugikan
mulai menuntut keadilan, sering kali dengan cara-cara yang berpotensi memicu
konflik terbuka.
Dominasi dan Kekuasaan
Konflik juga
sering muncul dari upaya seseorang atau kelompok untuk mendominasi orang lain.
Ketika satu pihak berusaha mengendalikan atau mendikte pihak lain, ada
kemungkinan besar bahwa pihak yang dikendalikan akan merasa tertekan dan
menolak dominasi tersebut. Hal semacam itu sering terjadi pada situasi politik
atau hubungan personal, di mana ketidaksetaraan kekuasaan menjadi penyebab
perselisihan.
Dinamika Konflik dalam Masyarakat
Penting
untuk diingat bahwa konflik tidak selalu bersifat destruktif. Dalam banyak hal,
konflik justru dapat memicu perubahan positif. Ketika konflik diselesaikan
dengan cara yang tepat, hal ini bisa memicu reformasi sosial, peningkatan
kesadaran, atau pembaruan dalam hubungan antarindividu dan kelompok. Contohnya
adalah gerakan hak-hak sipil di Amerika Serikat pada tahun 1960-an. Meskipun
gerakan tersebut dilandasi oleh konflik antara kelompok kulit hitam dan sistem
sosial yang diskriminatif, hasil dari konflik adalah reformasi besar-besaran
yang memberikan hak-hak yang setara bagi semua warga negara, tanpa memandang
ras.
Namun,
ketika konflik tidak dikendalikan dengan baik, dampaknya bisa sangat merusak.
Konflik yang berlarut-larut bisa memicu kekerasan, baik dalam bentuk fisik
maupun psikologis, yang akhirnya merugikan semua pihak yang terlibat. Contohnya
bisa dilihat dalam perang saudara yang terjadi di berbagai negara, di mana
konflik antar kelompok yang tidak terselesaikan akhirnya menimbulkan kerusakan
besar pada infrastruktur, ekonomi, dan dinamika sosial.