Sikap Ketika Bermusyawarah Yang Bisa Mengancam Persatuan dan Kesatuan

 

Sikap Ketika Bermusyawarah Yang Bisa Mengancam Persatuan dan Kesatuan


Musyawarah merupakan salah satu perundingan untuk mencapai mufakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Dengan bermusyawarah, berbagai pihak dapat duduk bersama untuk mencapai mufakat dan menyelesaikan masalah secara demokratis. Namun, dalam pelaksanaannya, terkadang terdapat sikap-sikap yang dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.

 

Sikap-sikap tersebut umumnya muncul karena egoisme, kepentingan pribadi, atau kurangnya pemahaman terhadap nilai-nilai demokrasi. Berikut beberapa contoh sikap yang dapat mengancam persatuan dan kesatuan dalam musyawarah:

 

1. Sikap Egois dan Tidak Mau Mengalah

Sikap egois dan tidak mau mengalah merupakan salah satu sikap yang paling berbahaya dalam musyawarah. Pihak yang memiliki sikap egois hanya ingin kepentingannya sendiri yang dipenuhi tanpa memperhatikan pendapat peserta lain. Akibatnya, musyawarah menjadi buntu dan tidak tercapai mufakat.

Contoh sikap egois dan tidak mau mengalah dalam musyawarah:

  • Selalu ingin berbicara dan tidak mau mendengarkan pendapat orang lain.
  • Menolak pendapat orang lain dengan keras dan kasar.
  • Tetap mempertahankan pendapatnya meskipun sudah jelas bahwa pendapatnya salah.

Contoh:

  • "Sudahlah, tidak perlu didiskusikan lagi. Saya sudah tahu solusinya."
  • "Pendapat kalian semua tidak penting. Saya yang akan memutuskan."

 

2. Sikap Acuh Tak Acuh dan Tidak Peduli

Sikap acuh tak acuh dan tidak peduli juga dapat mengancam persatuan dan kesatuan dalam musyawarah. Pihak yang memiliki sikap ini tidak menunjukkan minat dan partisipasi dalam musyawarah. Akibatnya, musyawarah menjadi tidak semarak dan tidak menghasilkan keputusan yang optimal.

Contoh sikap acuh tak acuh dan tidak peduli dalam musyawarah:

  • Sering datang terlambat atau tidak hadir dalam musyawarah.
  • Bermain gadget atau melakukan kegiatan lain saat musyawarah berlangsung.
  • Tidak memberikan pendapat atau saran ketika bermusyawarah.

Contoh:

  • "Saya bosan nih, lama sekali musyawarahnya."
  • "Apapun hasilnya, saya tidak peduli."

 

3. Sikap Provokatif dan Mengadu Domba

Sikap provokatif dan mengadu domba merupakan sikap yang bertujuan untuk memecah belah dan menimbulkan perselisihan antara peserta musyawarah. Pihak yang memiliki sikap provokatif biasanya ingin memanfaatkan musyawarah untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya.

Contoh sikap provokatif dan mengadu domba dalam musyawarah:

  • Melontarkan pernyataan yang menyinggung atau menghina pihak lain.
  • Membuat isu-isu yang tidak benar untuk memecah belah peserta musyawarah.
  • Mencoba memicu perdebatan dan pertengkaran antara peserta musyawarah.

Contoh:

  • "Kelompok A ini hanya mementingkan diri sendiri."
  • "Kelompok B itu tidak bisa dipercaya."

 

4. Sikap Emosional dan Tidak Sabar

Sikap emosional dan tidak sabar dapat membuat musyawarah menjadi kacau dan tidak terarah. Pihak yang memiliki sikap kurang sabar mudah marah dan tersinggung ketika pendapatnya dikritik atau ditolak. Akibatnya, musyawarah menjadi tidak kondusif dan tidak menghasilkan keputusan yang tepat.

Contoh sikap emosional dan tidak sabar dalam musyawarah:

  • Meninggikan suara dan berbicara dengan kasar saat berdebat.
  • Memukul meja atau benda lain saat marah.
  • Meninggalkan ruangan musyawarah dengan marah.


5. Sikap Tidak Menghargai Peraturan dan Tata Tertib Musyawarah

Sikap tidak menghargai peraturan dan tata tertib musyawarah dapat membuat musyawarah menjadi tidak efektif dan efisien. Pihak yang memiliki sikap ini sering melanggar aturan dan mengganggu jalannya musyawarah. Akibatnya, musyawarah menjadi tidak kondusif dan tidak menghasilkan keputusan yang optimal.

Contoh sikap tidak menghargai peraturan dan tata tertib musyawarah:

  • Sering berbicara saat orang lain sedang berbicara.
  • Bermain gadget atau melakukan kegiatan lain saat musyawarah berlangsung.
  • Meninggalkan ruangan musyawarah tanpa izin.

Sikap-sikap di atas dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa karena dapat menimbulkan perpecahan, perselisihan, dan ketidaksabaran dalam musyawarah. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak yang terlibat dalam musyawarah untuk menjaga sikap dan perilaku agar musyawarah dapat berjalan dengan lancar dan menghasilkan keputusan yang terbaik bagi kepentingan bersama.

 

Dampak Negatif Sikap yang Mengancam Persatuan dan Kesatuan

Sikap-sikap yang mengancam persatuan dan kesatuan dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, antara lain:

  • Merusak suasana musyawarah dan menghambat pencapaian mufakat.
  • Menimbulkan perpecahan dan konflik antar kelompok.
  • Menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap demokrasi.
  • Menghambat kemajuan bangsa dan negara.

Musyawarah merupakan salah satu ciri khas bangsa Indonesia. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga dan melestarikan nilai-nilai demokrasi dalam musyawarah. 


Kita harus selalu menunjukkan sikap yang baik dan saling menghormati agar musyawarah dapat menjadi sarana yang efektif untuk menyelesaikan masalah dan mencapai mufakat yang adil dan bijaksana.

LihatTutupKomentar