Di tengah
gejolak penjajahan Jepang yang menindas Indonesia, semangat perlawanan rakyat
terus berkobar. Salah satu kisah pejuang terukir di Singaparna, Tasikmalaya, di
mana rakyatnya bangkit melawan kekejaman penjajah dengan gagah berani.
Perlawanan ini dipimpin oleh sosok inspiratif, KH Zainal Mustafa, seorang ulama
karismatik dan pendiri Pesantren Suryalaya.
Awal Mula Perlawanan
Tahun 1943,
Singaparna di Tasikmalaya, Jawa Barat, mulai merasakan penindasan Jepang.
Rakyat dipaksa tunduk pada aturan Seikerei, ritual penghormatan kepada Kaisar
Jepang yang dianggap bertentangan dengan ajaran Islam. Ketidakadilan ini memicu
keresahan di hati masyarakat, terutama KH. Zainal Mustafa.
Sebagai
pemimpin spiritual yang dihormati, KH. Zainal Mustafa tak tinggal diam. Beliau
mencetuskan gerakan perlawanan secara sembunyi-sembunyi, menghimpun para santri
dan rakyat Singaparna untuk melawan penjajah. Gerakan ini didasari oleh tekad
kuat untuk mempertahankan agama, kemerdekaan, dan harga diri bangsa.
Pertempuran Membara Melawan Kezaliman
Pada tanggal
25 Februari 1944, api perlawanan rakyat Singaparna meledak. Dipimpin langsung
oleh KH. Zainal Mustafa, ribuan rakyat bersenjata bambu, pisau, dan parang
menyerang pos-pos penjagaan Jepang. Pertempuran sengit terjadi, diwarnai dengan
teriakan takbir dan semangat juang yang membara.
Meskipun
kalah dalam persenjataan, rakyat Singaparna menunjukkan keberanian luar biasa.
Warga Singaparna pantang menyerah, berjuang mati-matian untuk membebaskan diri
dari cengkeraman penjajah. KH. Zainal Mustafa, dengan kharismanya, membakar
semangat para pejuang dengan kata-kata penuh makna dan doa yang khusyuk.
Tragedi Berdarah dan Pengorbanan Mulia
Sayangnya,
perlawanan pejuang rakyat Singaparna harus dibayar dengan pengorbanan yang
besar. Pasukan Jepang yang jauh lebih kuat berhasil menguasai kembali
Singaparna. KH. Zainal Mustafa ditangkap dan dipenjara, sementara banyak
pejuang lainnya gugur dalam pertempuran.
KH Zainal
Mustafa, dengan kharismanya, memimpin rakyat dan para santri dengan penuh
keberanian. Beliau tak henti-hentinya membakar semangat juang mereka dengan
lantunan ayat suci Al-Quran dan kata-kata pembangkit semangat.
Meskipun
perlawanan rakyat Singaparna terbungkam, semangat juangnya tak pernah padam.
Pengorbanan rakyat menjadi inspirasi bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia di
masa depan. Kisah perjuangan tersebut menjadi bukti nyata bahwa rakyat
Indonesia, meskipun tak memiliki persenjataan canggih, mampu melawan penjajah
dengan keberanian dan tekad yang pantang menyerah.
Penangkapan dan Pengasingan:
Meskipun
perlawanan dipadamkan, semangat juang rakyat Singaparna tidak padam. KH. Zainal
Mustafa diasingkan ke Cianjur, namun pesan perlawanannya terus berkumandang.
Beliau wafat di Cianjur pada tanggal 5 Agustus 1953, namun perjuangannya
menjadi warisan berharga bagi bangsa Indonesia.
Dampak Perlawanan:
Perlawanan
Rakyat Singaparna menjadi salah satu perlawanan paling berani di Jawa Barat.
Meskipun tidak berhasil mengusir Jepang, perlawanan ini membangkitkan semangat
juang rakyat dan menunjukkan bahwa penjajah tidak mudah menaklukkan rakyat
Indonesia.
Kutipan Narasumber:
- KH. Asep Sirojuddin, Pimpinan
Pesantren Suryalaya: "Perlawanan KH. Zainal Mustafa adalah bukti
bahwa rakyat Indonesia tidak tunduk pada penindasan. Beliau adalah
pahlawan yang patut kita teladani."
- Prof. Dr. Hj. Deti Nurhayati,
Sejarawan: "Perlawanan Rakyat Singaparna menunjukkan bahwa perlawanan
terhadap penjajah tidak hanya dilakukan oleh pergerakan nasional, tetapi
juga oleh rakyat biasa yang dipimpin oleh ulama."
- "Perlawanan rakyat
Singaparna adalah bukti bahwa semangat kemerdekaan tak pernah bisa
dipadamkan oleh penjajah." - Asep Nana, Sejarawan Lokal
Perlawanan Rakyat Singaparna merupakan kisah perjuangan yang mencerminkan semangat juang rakyat Indonesia melawan penjajah. Dipimpin oleh KH. Zainal Mustafa, perlawanan ini menjadi simbol perlawanan rakyat yang pantang menyerah dan menunjukkan bahwa penjajah tidak mudah menaklukkan rakyat Indonesia. Perlawanan ini juga menjadi pengingat bagi generasi penerus untuk terus menjaga kemerdekaan dan kedaulatan bangsa.

