Pendidikan adalah bekal yang berguna ketika mencari ilmu agar membentuk kehidupan kita. Tapi, bagaimana para ahli memandang proses belajar mengajar ini? Artikel ini akan membahas definisi pendidikan menurut pendapat para ahli ternama.
1. Ki
Hajar Dewantara: Filosofi Pendidikan Indonesia
Ki Hadjar
Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, memiliki pendapat yang
filosofis tentang pendidikan terutama di Indonesia. Filosofinya
tidak hanya berfokus pada penyampaian ilmu pengetahuan, tetapi juga pada
pengembangan karakter dan budi pekerti peserta didik. Mari kita
pahami lebih lanjut mengenai pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan:
- Ing Ngarso Sung Tulodo (di depan
memberi contoh): Seorang pendidik harus menjadi teladan yang
baik bagi peserta didiknya. Sikap, perilaku, dan tutur kata pendidik akan
ditiru oleh peserta didik.
- Ing Madya Mangun Karso (di
tengah membangun kemauan): Proses pendidikan harus mampu
menumbuhkan semangat dan kemauan belajar pada peserta didik. Ki
Hajar Dewantara percaya bahwa peserta didik memiliki kodrat (potensi) yang
perlu dibantu agar setiap siswa mau belajar dan berkembang.
- Tut Wuri Handayani (di belakang
memberi dorongan): Pendidik sebaiknya tidak bersikap tegas, tetapi menjadi
teladan dan motivator bagi peserta didik. Siswa harus diberi
kebebasan untuk belajar dan memecahkan masalah, namun tetap didampingi dan
diberi arahan ketika diperlukan.
2. John
Dewey: Pelopor Pendidikan Berbasis Pengalaman
John Dewey,
seorang filsuf pendidikan asal Amerika Serikat, dikenal sebagai pelopor konsep
pendidikan progresif yang menekankan pengalaman belajar aktif (experiential
learning) bagi peserta didik. Mari kita lihat lebih dalam mengenai
ide-ide kunci Dewey dalam dunia pendidikan:
- Learning by Doing atau Belajar
melalui Pengalaman: Dewey percaya bahwa pengetahuan dan
pemahaman terbaik diperoleh melalui pengalaman langsung. Ia
mengkritik metode belajar tradisional yang hanya mengandalkan hafalan
semata. Dewey menganjurkan kegiatan belajar yang melibatkan
pemecahan masalah, penyelidikan, dan eksperimen. Dengan cara
ini, peserta didik dapat membangun pengetahuan secara aktif dan bermakna.
- School as a Microcosm of Society
: Menurut Dewey, sekolah seharusnya menjadi miniatur
masyarakat. Peserta didik harus belajar berinteraksi sosial,
berdiskusi, dan bekerja sama dalam memecahkan
masalah. Lingkungan belajar yang demokratis dan gotomh-royonh
akan membekali siswa dengan keterampilan sosial yang dibutuhkan untuk
menjadi warga negara yang berguna bagi nusa dan bangsa.
- Student-Centered Learning bisa
dikenal juga dengan Pembelajaran Berpusat pada
Siswa: Dewey berpendapat pentingnya pembelajaran
yang berpusat pada siswa, bukan guru. Artinya, guru berperan
sebagai pengajar yang membantu peserta didik menemukan minat dan potensi
setiap muridnya. Pembelajaran dirancang berdasarkan kebutuhan,
gaya belajar, dan pengalaman peserta didik . Dengan demikian,
siswa dapat terlibat dalam proses belajar dan penemuan pengetahuan.
- Connection Between Theory and
Practice atau Hubungan Antara Teori dan Praktik: Dewey
berpendapat bahwa pendidikan harus mengajarkan peserta didik untuk
menghubungkan teori dengan praktik. Siswa bukan hanya perlu memahami
konsep secara teoritis, tetapi juga mampu menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Pembelajaran berbasis tugas dan studi kasus
merupakan contoh metode yang dapat diterapkan.
Pemikiran
John Dewey tentang pendidikan berpengaruh besar pada praktik pendidikan di
seluruh dunia, termasuk Indonesia. Konsep "learning by
doing" dan "student-centered learning" menjadi landasan bagi
pengembangan metode pembelajaran yang lebih aktif, inovatif, dan berpusat pada
peserta didik.
3. H.
Horne: Pendidikan sebagai Penyesuaian Berkelanjutan
H. Horne,
seorang filsuf pendidikan ternama, memandang pendidikan sebagai proses dinamis
yang berkelanjutan. Menurutnya, pendidikan bertujuan
untuk membantu setiap siswa beradaptasi dan berkembang sepanjang
hidupnya. Mari kita simak lebih dalam mengenai konsep pendidikan
menurut H. Horne:
- Penyesuaian Berkelanjutan
: Horne memandang manusia sebagai makhluk yang terus berkembang
dan saling terhubung dengan lingkungan yang masyarakat
lainnya. Pendidikan berfungsi membekali individu
dengan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut. Termasuk
mencakup kemampuan belajar hal baru, memecahkan masalah, dan menyesuaikan
diri dengan situasi yang berbeda-beda.
- Pengembangan pendidikan
: Horne menekankan pentingnya pendidikan yang
dinamis. Artinya, pendidikan tidak hanya berfokus pada
pengembangan intelektual, tetapi juga mencakup aspek fisik, mental,
emosional, dan spiritual. Setiap siswa perlu dibekali dengan pengetahuan,
keterampilan, serta nilai-nilai moral dan spiritual yang kuat agar dapat
menjalani kehidupan yang seimbang dan bermakna.
- Lima Aspek Penyesuaian
: Horne menjabarkan penyesuaian dalam pendidikan
menjadi lima aspek, yaitu:
- Penyesuaian Fisik : Pendidikan
harus memperhatikan kesehatan dan kesejahteraan fisik peserta didik. Bisa
dicapai melalui aktivitas fisik, pola hidup sehat, dan pendidikan
kesehatan.
- Penyesuaian Mental : Pendidikan
berfungsi mengembangkan kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, dan
berpikir kreatif. Membekali peserta didik dengan kemampuan untuk belajar
dan beradaptasi dengan situasi intelektual yang baru.
- Penyesuaian Intelektual :
Pendidikan bertujuan mengembangkan kemampuan kognitif peserta didik,
seperti kemampuan menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi.
- Penyesuaian Emosional :
Pendidikan seharusnya membantu peserta didik untuk mengelola emosi dan
mengembangkan kecerdasan emosional. Penting untuk membangun hubungan yang
sehat dan mengatasi tantangan hidup.
- Penyesuaian Spiritual : Horne
tidak selalu secara langsung menggunakan istilah "spiritual"
dalam karyanya. Namun, idealnya pendidikan membantu peserta didik untuk
menemukan makna dan tujuan hidup, serta mengembangkan nilai-nilai moral
dan etis yang kuat.
Dengan memahami
konsep penyesuaian berkelanjutan dan pengembangan
berkelanjutan menurut H. Horne, kita dapat merancang
sistem pendidikan yang lebih adaptif dan sesuai dengan kebutuhan zaman di abad
ke-21. Pendidikan harus mempersiapkan peserta didik bukan
hanya untuk menghadapi dunia kerja, tetapi juga untuk menjalani kehidupan yang
penuh perubahan dan tantangan.
4.
Aristoteles, seorang filsuf Yunani kuno
memiliki
pendapat yang mendalam tentang pendidikan. Mari kita perluas pemahaman kita
tentang pendapatnya:
- Tujuan Pendidikan: Bagi
Aristoteles, tujuan utama pendidikan adalah mencapai kebahagiaan atau
eudaimonia. Ia percaya bahwa pendidikan harus membentuk karakter dan moral
setiap siswa agar setiap orang dapat mencapai kebahagiaan
sejati.
- Pendidikan sebagai Fungsi
Negara: Aristoteles melihat pendidikan sebagai salah satu fungsi dari
suatu negara. Negara bertanggung jawab untuk memastikan pendidikan yang
layak bagi warganya. Pendidikan harus mempersiapkan setiap orang untuk
berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.
- Pendidikan dan Etika:
Aristoteles mengaitkan pendidikan dengan etika. Ia berpendapat bahwa
pendidikan harus mengajarkan nilai-nilai moral dan membentuk karakter yang
baik. Etika dan pendidikan saling terkait dalam menciptakan warga negara
yang bertanggung jawab.
- Metode Pendidikan: Aristoteles
menekankan pentingnya metode pengajaran yang efektif. Ia memperkenalkan
konsep “dialectical method” yang melibatkan dialog dan diskusi antara guru
dan siswa. Melalui dialog ini, siswa dapat mencari kebenaran dan memahami
konsep secara mendalam.
- Pendidikan untuk Kebijaksanaan:
Aristoteles menganggap pendidikan sebagai sarana untuk mencapai
kebijaksanaan. Ia percaya bahwa pendidikan harus membantu individu
mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan memahami dunia dengan lebih
baik.
Dengan
memahami pendapat Aristoteles, kita dapat menghargai peran penting pendidikan
dalam membentuk karakter, moral, dan kebahagiaan individu.
5. Maria
Montessori:
Montessori
mengembangkan metode pendidikan yang berfokus pada kemandirian dan eksplorasi.
Menurutnya, anak-anak memiliki potensi alami untuk belajar dan pendidikan harus
memfasilitasi pengembangan melalui lingkungan yang mendukung.
Berikut
beberapa aspek tentang pendapat dan peran Maria Montessori dalam pendidikan:
Filosofi
Pendidikan Montessori:
- Maria Montessori mengembangkan
metode pendidikan yang berfokus pada kemandirian, pembelajaran berdikdiri,
dan pengembangan kemampuan alami seorang anak.
- Prinsip-prinsip utamanya
melibatkan pembelajaran langsung, kelas dengan beragam usia, dan
lingkungan yang dipersiapkan dengan cermat.
Kebebasan
Aktivitas Anak:
- Metode Montessori memberikan
kebebasan bagi anak-anak untuk melakukan kegiatan dan mengatur acara
harian siswa sendiri.
- Anak-anak didorong untuk membuat
pilihan kreatif dalam pembelajaran siswa, sementara para guru menawarkan
kegiatan yang sesuai untuk memandu prosesnya.
Bidang
Pembelajaran Montessori:
Pembelajaran
Montessori mencakup lima bidang utama:
- Kehidupan Praktis: Keterampilan
sehari-hari seperti merapikan, membersihkan, dan mengatur.
- Sensorik: Eksplorasi melalui
indera, memahami bentuk, warna, dan tekstur.
- Matematika: Pengenalan konsep
matematika melalui bahan konkret.
- Budaya: Memahami dunia dan
budaya melalui studi geografi, sejarah, dan ilmu pengetahuan.
- Bahasa: Pengembangan
keterampilan berbahasa melalui bacaan, tulisan, dan percakapan
6. Paulo
Freire:
Freire
adalah seorang pendidik asal Brasil yang memperjuangkan pendidikan yang
berpusat pada pembebasan. Ia menekankan pentingnya kesadaran berpikir dan
partisipasi dalam proses belajar.
Berikut
beberapa aspek tentang pemikiran Paulo Freire:
Pendidikan
sebagai Pembebasan:
- Bagi Freire, pendidikan bukan
hanya tentang menpenyampaian pengetahuan, tetapi juga tentang membebaskan
manusia dari berbagai bentuk penindasan dan ketertindasan.
- Ia menekankan pentingnya
pendidikan yang memanusiakan manusia (humanisasi) dan memungkinkan siswa
untuk mengubah realitas sosialnya.
Kritisisme
dan Kesadaran:
- Freire memperkenalkan konsep
pedagogi kritis. Ia berpendapat bahwa pendidikan harus membangun kesadaran
kritis pada peserta didik.
- Kesadaran kritis memungkinkan
seseorang untuk memahami realitas sosial, mengenali ketidakadilan, dan
berpartisipasi dalam perubahan positif.
Dialog
dan Partisipasi:
- Freire menekankan pentingnya
dialog dalam proses pembelajaran. Guru dan siswa harus berinteraksi secara
aktif, saling bertukar pemikiran, dan membangun pengetahuan bersama.
- Partisipasi aktif peserta didik
dalam pembelajaran adalah syarat untuk memahami pendidikan dengan lebih
baik.
Pendidikan
Berbasis Konteks Sosial:
- Freire menolak pendekatan
a-historis dalam pendidikan. Ia memahami bahwa konteks sosial, sejarah,
dan budaya memengaruhi proses belajar.
- Pendidikan harus relevan dengan
realitas sosial dan memperhitungkan perubahan yang terjadi di kehidupan
masyarakat.
Pembebasan
melalui Literasi:
- Freire mengembangkan metode
pembelajaran alfabetisasi kritis. Ia bekerja dengan orang dewasa miskin di
Brasil dan menggunakan pendekatan yang memungkinkan setiap siswa memahami
realitas sosial dan mengambil tindakan untuk perubahan.
- Literasi bukan hanya tentang
membaca dan menulis, tetapi juga tentang memahami dan berpartisipasi dalam
masyarakat.
Dengan
pendekatan yang berfokus pada pembebasan, kesadaran kritis, dan partisipasi
aktif, Paulo Freire telah memberikan jasa besar dalam memahami peran pendidikan
dalam mengubah dunia.
7. Howard
Gardner:
Gardner
mengembangkan teori kecerdasan majemuk, yang menyatakan bahwa setiap orang
memiliki berbagai jenis kecerdasan. Pendidikan harus mengakui keberagaman dan
memberikan kesempatan bagi semua jenis kecerdasan untuk berkembang.
Berikut
beberapa aspek tentang pemikiran Howard Gardner:
Teori
Kecerdasan Majemuk:
Gardner
mengajukan konsep bahwa kecerdasan bukan hanya terbatas pada satu bentuk saja.
Ia berpendapat bahwa setiap individu memiliki berbagai jenis kecerdasan yang
dapat berkembang.
- Dalam bukunya yang berjudul
Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences (1983), Gardner
melihat delapan jenis kecerdasan yang berbeda:
- Kecerdasan Linguistik: Kemampuan
berbicara, menulis, dan memahami bahasa.
- Kecerdasan Logika-Matematika:
Kemampuan berpikir logis, menghitung, dan memecahkan masalah matematika.
- Kecerdasan Visual-Spasial:
Kemampuan memahami ruang, bentuk, dan visualisasi.
- Kecerdasan Musikal: Kemampuan
menghargai dan menciptakan musik.
- Kecerdasan Kinestetik: Kemampuan
fisik dan gerakan tubuh.
- Kecerdasan Interpersonal:
Kemampuan berinteraksi dengan orang lain.
- Kecerdasan Intrapersonal:
Kemampuan memahami diri sendiri dan emosi.
- Kecerdasan Naturalis: Kemampuan
mengamati alam dan lingkungan.
Teori ini
menekankan pentingnya mengakui variasi kecerdasan dan memberikan kesempatan
bagi semua jenis kecerdasan untuk berkembang.
Pendidikan
yang Menghargai Keberagaman:
Gardner
berpendapat bahwa pendidikan harus menciptakan ruang untuk semua orang, tanpa
memandang latar belakang sosial, ekonomi, atau budaya setempat.
Guru harus
memahami keberagaman kecerdasan siswa dan menyajikan materi pelajaran dengan
mempertimbangkan karakteristik unik masing-masing siswa.
8. Carl
Rogers:
Rogers
adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan pentingnya pendekatan yang
empatik dan mendukung dalam pendidikan. Ia berpendapat bahwa guru harus
memahami kebutuhan dan perasaan siswa untuk menciptakan lingkungan belajar yang
baik.
Carl Rogers,
seorang psikolog humanistik terkenal, memiliki pendapat yang unik tentang
pendidikan. Mari kita simak pemahaman pendidikan tentang pendapatnya:
Pendekatan
Humanistik:
- Rogers adalah salah satu tokoh
utama dalam pendekatan humanistik. beliau berpendapat pentingnya memahami
siswa secara berbeda dan menghargai keunikan setiap orang.
- Bagi Rogers, pendidikan bukan
hanya tentang menpenyampaian pengetahuan, tetapi juga tentang membantu
siswa tumbuh dan mengembangkan potensi masing-masing.
Pendidikan
Berbasis Pengalaman:
- Rogers berpendapat bahwa
pendidikan harus berpusat pada pengalaman langsung. Siswa belajar melalui
hubungan dengan lingkungan dan melalui evaluasi atas pengalaman setiap
siswa sendiri.
- Guru harus menciptakan
lingkungan yang mendukung pemahaman diri siswa.
Kesadaran
Diri dan Pertumbuhan Pribadi:
- Rogers menekankan pentingnya
kesadaran diri dan pertumbuhan pribadi. Siswa harus memahami nilai-nilai,
minat, dan tujuan sendiri.
- Pendidikan harus membantu siswa
mengenali potensi siswa dan memberikan dukungan untuk mencapai aktualisasi
diri.
Dengan
pendapat yang berfokus pada kesadaran diri, pengalaman, dan pertumbuhan
pribadi, Carl Rogers telah memberikan kerja yang berarti dalam dunia
pendidikan. .
Semua pendapat diatas memberikan wawasan berguna tentang pendidikan dan bagaimana kita dapat memahaminya dari berbagai sudut pandang. Konsep pendidikan dilihat dari berbagai sudut pandang. Namun, benang merahnya adalah upaya untuk mengembangkan siswa secara utuh, baik intelektual, sosial, dan karakter.
Pemahaman definisi pendidikan menurut para ahli ini diharapkan bisa memberikan sudut pandang yang lebih luas tentang pentingnya pendidikan.

