Bacalah teks
berikut!
Penutupan
sementara wisata Bromo untuk menghormati umat Hindu agar bisa khusyuk dalam
menjalankan ibadahnya. Apalagi penutupan itu hanya bersifat sementara dan Bromo
langsung dibuka setelah perayaan Nyepi sudah selesai.
Sarif
menambahkan, penutupan wisata Bromo sudah disosialisasikan sejak setahun lalu
ke para agen wisata. Ia yakin tidak ada kendala bagi wisatawan yang datang
memanfaatkan jasa agen wisata.
“Lebih baik
jadwal ulang kalau mau berkunjung ke Bromo. Bisa dimajukan sehari sebelum Nyepi
atau mundur sehari setelah perayaan,” ucap Sarif.
Sebutkan informasi yang terkandung dalam teks tersebut ...
Informasi
yang terkandung dalam teks tersebut adalah sebagai berikut:
- Penutupan sementara wisata Bromo dilakukan untuk menghormati umat Hindu agar dapat beribadah dengan khusyuk pada saat Hari Raya Nyepi.
- Penutupan hanya bersifat sementara, karena Bromo akan kembali dibuka setelah perayaan Nyepi selesai.
- Sosialisasi penutupan wisata Bromo telah dilakukan sejak satu tahun sebelumnya kepada para agen wisata.
- Sarif, sebagai narasumber dalam teks, meyakini tidak ada kendala bagi wisatawan yang menggunakan jasa agen wisata.
- Sarif menyarankan agar wisatawan menjadwal ulang kunjungan ke Bromo, yaitu dimajukan sehari sebelum Nyepi atau diundur sehari setelah perayaan Nyepi.
Setiap tahun, umat Hindu di Indonesia merayakan Hari Raya Nyepi dengan penuh kekhusyukan. Momentum sakral ini dimaknai sebagai hari penyucian diri, di mana seluruh umat Hindu melaksanakan tapa brata penyepian, menjauhkan diri dari segala aktivitas duniawi untuk mencapai kedamaian batin.
Dalam rangka
menghormati perayaan tersebut, pemerintah daerah bersama pengelola Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) mengambil kebijakan untuk menutup
sementara kawasan wisata Gunung Bromo.
Langkah penutupan tersebut bukan tanpa alasan. Sebagai kawasan wisata alam yang juga menjadi tempat suci bagi masyarakat Tengger yang beragama Hindu, Bromo memiliki nilai spiritual yang sangat tinggi.
Saat Nyepi tiba, masyarakat Hindu di
sekitar kawasan tersebut melaksanakan berbagai ritual keagamaan yang
membutuhkan suasana tenang dan hening. Oleh karena itu, penghentian sementara
kegiatan wisata menjadi bentuk penghormatan terhadap umat yang sedang
beribadah.
Sarif, salah satu pihak yang terlibat dalam pengelolaan kawasan wisata tersebut, menjelaskan bahwa penutupan Bromo hanya bersifat sementara. Ia menegaskan bahwa wisata Bromo akan kembali dibuka setelah perayaan Nyepi selesai.
Menurutnya, kebijakan
ini telah disosialisasikan secara matang dan tidak menimbulkan kendala berarti.
Sosialisasi mengenai penutupan sementara bahkan sudah dilakukan sejak satu
tahun sebelumnya kepada para agen wisata, sehingga para pelaku usaha dan
wisatawan dapat menyesuaikan jadwal kunjungan dengan baik.
“Lebih baik
jadwal ulang kalau mau berkunjung ke Bromo. Bisa dimajukan sehari sebelum Nyepi
atau mundur sehari setelah perayaan,” ujar Sarif. Pernyataan ini menunjukkan
bahwa penutupan tidak dimaksudkan untuk membatasi wisatawan, melainkan sebagai
upaya menjaga toleransi antarumat beragama dan menghormati nilai-nilai budaya
yang hidup di kawasan tersebut.
Kebijakan semacam ini juga mencerminkan bentuk kearifan lokal yang perlu diapresiasi. Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keberagaman budaya dan agama, sehingga penghormatan terhadap perbedaan merupakan wujud dari semangat persatuan.
Melalui tindakan sederhana seperti menutup tempat wisata untuk
sementara waktu, masyarakat dapat belajar menghargai ruang dan waktu bagi umat
lain dalam menjalankan keyakinannya.
Selain itu, penutupan sementara juga memberikan dampak positif bagi kelestarian alam Gunung Bromo. Dalam periode tanpa aktivitas wisatawan, lingkungan sekitar dapat “beristirahat” dari tekanan kunjungan yang padat.
Udara menjadi lebih bersih,
vegetasi dapat tumbuh tanpa gangguan, dan hewan liar di kawasan tersebut
memperoleh ketenangan alami. Dengan demikian, keputusan ini tidak hanya
bernilai religius, tetapi juga ekologis.
Dari sisi pariwisata, koordinasi antara pihak pengelola, agen wisata, dan wisatawan menunjukkan profesionalisme dalam pengelolaan destinasi wisata berbasis budaya.
Penjadwalan ulang kunjungan menjadi bentuk kompromi yang adil, karena wisatawan
tetap dapat menikmati keindahan Bromo tanpa mengganggu jalannya upacara
keagamaan.
Pada akhirnya, penutupan sementara wisata Bromo saat Hari Raya Nyepi merupakan contoh bagaimana nilai spiritual, sosial, dan lingkungan dapat berjalan beriringan.
Dalam suasana seperti ini, wisata tidak hanya dimaknai sebagai
kegiatan rekreasi, tetapi juga sebagai sarana pembelajaran tentang toleransi,
kearifan lokal, dan penghormatan terhadap kepercayaan sesama.

