Sebab khusus terjadinya perlawanan pangeran diponegoro adalah ...
a.
Pemerintah kolonial membuat saluran irigasi yang melewati makam leluhur
Pangeran Diponegoro
b. Naiknya
pangeran termuda jadi raja Keraton
c. Rakyat
dibelit berbagai bentuk pajak dan pungutan yang memberatkan
d. Pihak
Keraton hidup mewah dan tidak mempedulikan rakyat
e. Provokasi
dengan pembuatan jalan yang menorobos makam leluhur Pangeran Diponegoro
Jawaban: e. Provokasi dengan pembuatan jalan yang menorobos makam leluhur Pangeran Diponegoro
Perlawanan Pangeran Diponegoro (1825–1830) merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan kolonial Belanda. Perang besar yang berlangsung selama lima tahun ini dikenal sebagai Perang Jawa, dan menjadi simbol perlawanan rakyat terhadap penindasan kolonial yang tidak hanya bersifat politik dan ekonomi, tetapi juga menyentuh ranah sosial, budaya, dan spiritual.
Di balik pecahnya perang yang begitu besar tersebut, terdapat satu
sebab khusus yang menjadi pemicu perlawanan, yaitu provokasi pemerintah
kolonial Belanda dengan membuat jalan yang menerobos makam leluhur Pangeran
Diponegoro.
Latar Belakang Perlawanan Pangeran Diponegoro
Untuk
memahami sebab khusus tersebut, penting terlebih dahulu melihat latar belakang
situasi yang terjadi di Jawa, khususnya di wilayah Kesultanan Yogyakarta pada
awal abad ke-19. Setelah VOC runtuh dan kekuasaan kolonial diambil alih oleh
pemerintah Hindia Belanda, campur tangan Belanda dalam urusan pemerintahan
kerajaan-kerajaan di Nusantara semakin dalam. Kesultanan Yogyakarta pun tidak
luput dari pengaruh itu.
Belanda
kerap ikut menentukan siapa yang berhak naik takhta, mengatur kebijakan
pemerintahan, bahkan menguasai lahan-lahan strategis untuk kepentingan ekonomi
kolonial. Selain itu, kehidupan masyarakat semakin tertekan akibat pajak
tinggi, kerja paksa, dan eksploitasi sumber daya. Para bangsawan di keraton
sendiri banyak yang terpengaruh gaya hidup Barat dan terkesan mengabaikan
penderitaan rakyat.
Pangeran
Diponegoro, seorang bangsawan yang dikenal religius dan dekat dengan rakyat,
memandang kondisi tersebut sebagai bentuk ketidakadilan yang harus diperbaiki.
Ia menolak segala bentuk intervensi Belanda dan menginginkan pemerintahan yang
adil berdasarkan ajaran Islam dan nilai-nilai moral tradisional Jawa.
Sebab Umum Terjadinya Perang Diponegoro
Sebelum
membahas sebab khusus, beberapa sebab umum yang melatarbelakangi perlawanan
perang Diponegoro antara lain:
- Campur tangan Belanda dalam urusan internal Keraton Yogyakarta, termasuk dalam penentuan sultan dan kebijakan pemerintahan.
- Kehidupan rakyat yang menderita akibat pajak berat, kerja paksa, dan eksploitasi ekonomi oleh pemerintah kolonial.
- Kerusakan moral di lingkungan keraton yang dianggap menyimpang dari nilai-nilai Islam dan budaya Jawa.
- Pemerintah keraton yang hidup mewah dan terkesan tidak peduli pada penderitaan rakyatnya.
- Ketidakpuasan Pangeran Diponegoro terhadap kebijakan politik dan sosial yang merusak tatanan masyarakat Jawa.
Faktor-faktor
umum inilah yang menumbuhkan ketegangan sosial dan politik yang lama-kelamaan
semakin meningkat.
Sebab Khusus Jalan yang Menerobos Makam Leluhur
Di tengah
ketegangan tersebut, terjadi tindakan provokatif yang menjadi pemicu langsung
pecahnya perang, yakni proyek pembuatan jalan oleh pemerintah kolonial Belanda
yang menerobos makam leluhur Pangeran Diponegoro di Tegalrejo tanpa izin.
Makam
tersebut memiliki arti yang sangat penting, bukan hanya secara pribadi bagi
Diponegoro dan keluarganya, tetapi juga secara spiritual dan budaya. Dalam
pandangan masyarakat Jawa, makam leluhur merupakan tempat yang disucikan,
dijaga, dan dihormati sebagai bagian dari warisan sejarah dan identitas
keluarga.
Tindakan
Belanda tersebut dipandang sebagai bentuk penghinaan besar terhadap kehormatan
keluarga bangsawan Jawa sekaligus pelecehan terhadap tradisi lokal. Pangeran
Diponegoro menganggapnya sebagai bukti bahwa Belanda tidak menghormati adat,
nilai, dan martabat masyarakat Jawa.
Kemarahan
Diponegoro tidak dapat dibendung lagi. Ia memutuskan untuk meninggalkan keraton
dan mengobarkan perlawanan bersenjata melawan pemerintah kolonial. Sejak saat
itu, perang besar yang kemudian dikenal sebagai Perang Diponegoro (1825–1830)
pun dimulai.
Perang Diponegoro dan Dampaknya
Perang
Diponegoro berlangsung selama lima tahun (1825–1830) dan menjadi salah satu
konflik terbesar yang pernah dihadapi Belanda di Nusantara. Perang ini
melibatkan lebih dari 200.000 tentara kolonial dan pasukan pribumi, serta
menyebabkan kerugian besar di pihak Belanda baik dari segi materi maupun korban
jiwa.
Meskipun
pada akhirnya Pangeran Diponegoro ditangkap melalui tipu daya Belanda dan
diasingkan ke Makassar hingga akhir hayatnya, semangat perjuangan yang ia
wariskan tetap hidup. Perlawanan ini tidak hanya mengguncang kekuasaan
kolonial, tetapi juga menjadi simbol perlawanan rakyat Indonesia terhadap
penjajahan dan perjuangan menegakkan harga diri bangsa.
Perlawanan Pangeran Diponegoro bukanlah peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba. Dimulai dari akumulasi ketidakadilan politik, penindasan ekonomi, dan degradasi moral yang dialami rakyat Jawa di bawah kekuasaan kolonial Belanda.
Namun, sebab
khusus yang memicu pecahnya perang adalah provokasi berupa pembuatan jalan oleh
pemerintah kolonial yang menerobos makam leluhur Pangeran Diponegoro di
Tegalrejo tanpa izin.
Tindakan itu
bukan sekadar proyek pembangunan biasa, tetapi pelecehan terhadap kehormatan
keluarga, adat istiadat, dan nilai spiritual masyarakat Jawa.

