Berikut yang bukan merupakan dampak negatif dari inflasi adalah ...

 

Berikut yang bukan merupakan dampak negatif dari inflasi adalah

Berikut yang bukan merupakan dampak negatif dari inflasi adalah ...

 

A. Bagi masyarakat berpenghasilan tetap inflasi akan sangat merugikan karena menurunya nilai uang

B. Menurunkan nilai ekspor karena harga barang ekspor menjadi lebih mahal di luar negeri

C. Minat orang untuk menabung semakin menurun

D. Mempersulit dalam menghitung harga pokok suatu produk

E. Menurunkan harga-harga sehingga konsumsi masyarakat bisa meningkat

 

Jawaban: E. Menurunkan harga-harga sehingga konsumsi masyarakat bisa meningkat

 

Inflasi merupakan salah satu fenomena penting dalam perekonomian yang menjadi perhatian pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat. Inflasi didefinisikan sebagai kecenderungan naiknya harga barang dan jasa secara umum dan berkesinambungan dalam jangka waktu tertentu. Naiknya harga tersebut menyebabkan nilai uang menurun sehingga daya beli masyarakat ikut terpengaruh.

 

Meskipun inflasi dalam taraf tertentu dianggap wajar bahkan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi, inflasi yang terlalu tinggi menimbulkan berbagai dampak negatif. Untuk memahami hal ini, mari kita bahas dampak-dampak inflasi secara lebih mendalam.

 

 

Dampak Negatif Inflasi

Masyarakat Berpenghasilan Tetap Dirugikan

Inflasi menurunkan nilai uang sehingga gaji atau upah yang tetap nilainya tidak mampu mengimbangi kenaikan harga. Akibatnya, daya beli masyarakat menurun dan taraf hidup memburuk. Misalnya, seorang pensiunan dengan gaji tetap Rp3 juta per bulan akan semakin kesulitan memenuhi kebutuhan pokok jika harga terus naik.

Melemahnya Daya Saing Ekspor

Inflasi yang tinggi membuat harga barang domestik naik. Jika barang tersebut diekspor, harganya menjadi relatif lebih mahal dibanding produk negara lain. Hal ini menurunkan permintaan ekspor Indonesia dan bisa memperburuk neraca perdagangan.

Menurunnya Minat Menabung

Inflasi menggerus nilai riil uang. Tabungan Rp10 juta saat ini mungkin tidak bisa membeli barang yang sama jumlahnya dalam beberapa tahun ke depan. Kondisi tersebut membuat masyarakat enggan menabung di bank, apalagi jika bunga simpanan lebih rendah dari tingkat inflasi. Akibatnya, dana investasi berkurang.

Kesulitan Menghitung Harga Pokok Produksi

Bagi dunia usaha, inflasi menimbulkan ketidakpastian. Harga bahan baku dan biaya produksi yang berubah-ubah membuat perusahaan sulit menentukan harga pokok. Akibatnya, strategi penetapan harga produk dan proyeksi keuntungan menjadi kurang akurat.

 

 

Mengapa Opsi E Bukan Dampak Negatif Inflasi?

Pernyataan “Menurunkan harga-harga sehingga konsumsi masyarakat bisa meningkat” bukanlah dampak inflasi, melainkan ciri dari deflasi.

 

  • Inflasi = harga barang naik → daya beli turun.
  • Deflasi = harga barang turun → daya beli naik, konsumsi bisa meningkat.

 

Dengan demikian, opsi E tidak sesuai dengan konsep inflasi. Justru inflasi membuat harga semakin mahal, bukan lebih murah.

 

 

Dampak Positif Inflasi (Dalam Batas Terkendali)

Menariknya, inflasi tidak selalu buruk. Jika berada pada tingkat rendah dan stabil (misalnya 2–4% per tahun), inflasi bisa mendorong aktivitas ekonomi:

 

  • Produsen terdorong untuk meningkatkan produksi karena harga jual lebih tinggi.
  • Konsumen cenderung berbelanja sebelum harga semakin naik, sehingga roda ekonomi berputar.
  • Pemerintah memperoleh tambahan penerimaan pajak dari aktivitas ekonomi yang meningkat.

 

Namun, inflasi yang terlalu tinggi (hyperinflation) akan merusak stabilitas ekonomi dan sosial.

 

 

Inflasi memiliki dampak luas bagi masyarakat maupun perekonomian. Dampak negatifnya meliputi turunnya daya beli masyarakat berpenghasilan tetap, melemahnya daya saing ekspor, berkurangnya minat menabung, serta kesulitan dalam perhitungan biaya produksi.

 

Sementara itu, pernyataan bahwa inflasi “menurunkan harga-harga sehingga konsumsi meningkat” bukanlah dampak inflasi, melainkan ciri deflasi. Oleh karena itu, jawaban yang tepat untuk soal tersebut adalah E.

 

Inflasi memang tidak bisa dihindari, tetapi dapat dikendalikan melalui kebijakan moneter dan fiskal yang tepat agar tidak mengganggu stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

 

 

 

FAQ: Inflasi dan Dampaknya

1. Apa itu inflasi?

Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus dalam suatu periode tertentu yang menyebabkan nilai uang menurun.

 

2. Apa penyebab utama inflasi?

  • Demand pull inflation: permintaan barang/jasa lebih besar daripada penawaran.
  • Cost push inflation: biaya produksi naik (misalnya karena harga bahan baku atau energi meningkat).
  • Inflasi struktural: distribusi dan sistem produksi tidak efisien.
  • Kebijakan moneter longgar: peredaran uang terlalu banyak.

 

3. Apa saja dampak negatif inflasi?

  • Merugikan masyarakat berpenghasilan tetap.
  • Melemahkan daya saing ekspor.
  • Mengurangi minat menabung.
  • Menyulitkan perhitungan biaya produksi.

 

4. Apakah inflasi selalu buruk?

Tidak. Inflasi rendah dan terkendali justru menandakan ekonomi tumbuh sehat. Namun, inflasi tinggi (hyperinflation) sangat merugikan masyarakat.

 

5. Apa bedanya inflasi dan deflasi?

  • Inflasi: harga-harga naik, daya beli menurun.
  • Deflasi: harga-harga turun, daya beli naik, tetapi bisa memicu perlambatan ekonomi jika berlebihan.

 

6. Mengapa pernyataan “Menurunkan harga-harga sehingga konsumsi meningkat” bukan dampak inflasi?

Karena itu adalah ciri deflasi, bukan inflasi. Inflasi justru menaikkan harga-harga dan menekan konsumsi.

 

7. Bagaimana cara pemerintah mengendalikan inflasi?

  • Kebijakan moneter: menaikkan suku bunga, mengatur jumlah uang beredar, operasi pasar terbuka.
  • Kebijakan fiskal: mengatur pajak dan belanja negara.
  • Kebijakan non-moneter: menjaga distribusi barang, stabilisasi harga pangan, dan subsidi.

 

8. Apa contoh nyata inflasi di Indonesia?

  • Krisis 1998: inflasi mencapai 77% karena krisis moneter dan nilai rupiah jatuh drastis.
  • Pandemi Covid-19 (2020–2022): inflasi relatif rendah karena permintaan turun, tetapi meningkat lagi pada 2022 akibat kenaikan harga energi dan pangan global.

LihatTutupKomentar