Pendidikan atau tuntunan seharusnya memberikan murid Didikan ‘lahir’ dan ‘batin’

 

pendidikan atau tuntunan seharusnya memberikan murid Didikan ‘lahir’ dan ‘batin’

Pendidikan atau tuntutan seharusnya memberikan murid ...

 

A. Didikan hidup

B. Didikan ‘lahir’

C. Didikan ‘batin’

D. Didikan pengetahuan

E. Didikan ‘lahir’ dan ‘batin’

 

Jawaban : E. Didikan ‘lahir’ dan ‘batin’

 

Ketika membicarakan tentang pendidikan, sebagian besar masyarakat masih terlalu terpaku pada capaian akademik, nilai di rapor, nilai ujian nasional, atau penguasaan teori dalam kelas. Namun  sesungguhnya ada satu dimensi yang terlupakan yaitu dimensi batiniah dari proses pendidikan. Pendidikan tak hanya mendidik akal, tetapi juga membentuk hati. Maka, pendidikan atau tuntutan seharusnya memberikan murid didikan 'lahir' dan 'batin' agar menjadi manusia seimbang secara jasmani dan rohani, rasional dan emosional, intelektual dan moral.

 

 

Realitas Pendidikan yang Terfragmentasi

Pendekatan pendidikan kerap kali dikotomis, seolah hanya berfungsi sebagai sarana penanaman pengetahuan teknis dan kognitif. Lembaga pendidikan seolah hanya dituntut mencetak murid yang cakap bekerja, menguasai kompetensi, dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan kerja. 


Padahal, menurut Ki Hajar Dewantara, tokoh pelopor pendidikan nasional Indonesia, pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang menuntun segala kekuatan kodrat anak, baik lahir maupun batin, agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia dan anggota masyarakat.

 

Pernyataan Ki Hajar menegaskan bahwa pendidikan sejati tidak hanya membentuk murid agar cerdas secara intelektual, melainkan juga menjadi manusia seutuhnya. Dalam hal ini, didikan 'lahir' merujuk pada aspek intelektual untuk penguatan keterampilan kognitif, logika, dan ilmu pengetahuan. Sedangkan didikan 'batin' mencakup aspek afektif yaitu pembentukan karakter, nilai moral, empati, spiritualitas, dan kesadaran sosial.

 

 

Dimensi 'Lahir': Intelektual dan Kompetensi

Materi kurikulum padat dengan muatan pengetahuan saintifik, matematika, teknologi, dan sains sosial. Pelatihan kompetensi pun digalakkan demi mendukung program antara pendidikan dan dunia kerja.

 

Pendidikan dalam dimensi lahir menekankan pada rasionalitas. Penilaian yang dominan yaitu berbasis tes, nilai, hasil ujian, dan portofolio keterampilan. Pemerintah melalui Kemendikbudristek RI pun telah mendorong Kurikulum Merdeka yang salah satu fokusnya adalah penguatan kompetensi dasar literasi dan numerasi.

 

 

Dimensi 'Batin': Etika, Empati, dan Jiwa Kemanusiaan

Pendidikan karakter, nilai-nilai moral, spiritualitas, hingga pengembangan kepekaan sosial merupakan bagian dari didikan batin. Indonesia, melalui Profil Pelajar Pancasila, telah mulai menyadari pentingnya aspek batin dalam pendidikan yaitu beriman dan bertakwa, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.

 

 

Membandingkan Pilihan Jawaban Lain

Berikut perbandingan pilihan jawaban lain:

 

A. Didikan hidup

Terlalu umum dan ambigu. “Didikan hidup” tidak menunjukkan aspek yang dimaksud apakah fisik, batin, moral, atau kognitif. Jawaban ini tidak memadai untuk menjelaskan pendidikan yang menyeluruh.

 

B. Didikan ‘lahir’

Hanya separuh dari kebutuhan pendidikan. Pendidikan lahir semata berisiko menciptakan manusia-manusia teknokratis yang kurang empati dan kehilangan orientasi moral.

 

C. Didikan ‘batin’

Sebaliknya, terlalu menekankan pada aspek spiritual atau moral tanpa memperkuat kemampuan berpikir dan keterampilan hidup yang diperlukan dalam masyarakat.

 

D. Didikan pengetahuan

Hanya menyentuh aspek kognitif. Tidak mencakup nilai, sikap, dan keterampilan sosial. Sehingga menjadi pendekatan dominan dalam pendidikan konvensional yang kini mulai dipertanyakan.

 

E. Didikan ‘lahir’ dan ‘batin’

Inilah pilihan yang ideal, menyeluruh, dan seimbang. Pendidikan bukan hanya menyampaikan ilmu pengetahuan, tetapi juga pembentukan karakter.

 

 

Pendidikan atau tuntutan terhadap murid seharusnya tidak diterapkan sebagai sistem penghafal atau penguji. Tetapi menjadi proses pembentukan manusia yang mampu berpikir dan merasa, yang kuat akal dan teguh hati.

LihatTutupKomentar