Lempar
samping atau side throw menjadi salah satu bentuk keterampilan dasar yang
dijadikan pijakan awal dalam pembelajaran olahraga lempar. Di balik lintasan,
tempat para atlet berdiri dan mengayunkan lengannya ke samping, terdapat
kesalahan-kesalahan teknis yang memengaruhi efektivitas gerakan serta akurasi
arah lemparan.
Kesalahan
dalam lempar samping bukan karena kurangnya tenaga, melainkan bermula dari
kesalahan gerakan, posisi tubuh yang tidak optimal, atau bahkan kelalaian dalam
prinsip dasar koordinasi motorik. Untuk memahami secara lebih menyeluruh, mari
kita ketahui jenis-jenis kesalahan yang terjadi pada saat melakukan lempar
samping, mulai dari fase awal persiapan hingga pelepasan akhir.
1. Kesalahan dalam Posisi Awal
Lempar
samping dimulai dari posisi siap yang menjadi awalan seluruh rangkaian gerak.
Namun, kesalahan pertama yang terjadi ketika posisi kaki yang sejajar atau
terlalu dekat, menyebabkan tidak adanya tumpuan yang seimbang untuk rotasi
tubuh.
Berdasarkan
pengamatan lapangan oleh pelatih atletik nasional yang dikutip dalam jurnal
pelatihan olahraga oleh Kemenpora RI, sekitar 68% pemula melakukan kesalahan
pada penempatan kaki, yang mengakibatkan keseimbangan goyah saat lemparan
dilakukan. Lutut tidak sedikit yang terlalu kaku, dan berat badan tidak dibagi
rata antara kaki depan dan belakang. Ketika pusat gravitasi tidak terkendali,
maka energi lempar tidak dapat tersalurkan dengan maksimal.
2. Kesalahan Ayunan Tangan
Tahap kedua
yang menjadi titik lemah adalah ayunan lengan. Dalam lempar samping, gerakan
tangan semestinya dimulai dari belakang tubuh dengan ayunan ke depan menyamping
dalam lintasan mendatar atau agak naik. Namun, kesalahan umum terjadi ketika
atlet justru mengayunkan tangan terlalu rendah atau terlalu tinggi, menjauh
dari jalur ideal gerakan.
Professor
David L. Schultz, dalam publikasinya tentang Kinesiologi Olahraga Dasar,
menjelaskan bahwa pola ayunan yang tidak sejajar dengan garis bahu akan
menyebabkan lemparan menjadi miring, kehilangan kecepatan, bahkan keluar dari
arah sasaran. Lebih jauh, kegagalan dalam melibatkan otot deltoid dan trapezius
secara serentak turut menghambat akselerasi.
3. Kesalahan pada Koordinasi Mata dan Target
Tak sedikit
pula yang mengabaikan prinsip visual tracking atau fokus penglihatan terhadap
target. Dalam beberapa observasi pelatihan, terutama pada siswa sekolah dasar
hingga menengah pertama, ditemukan bahwa fokus mata tidak terkunci pada target
lemparan, melainkan terpecah antara lengan dan jalur lempar.
Menurut
laporan pelatihan Physical Education Association of the United Kingdom,
sebanyak 57% atlet usia muda mengalami kesalahan ini, menyebabkan arah lemparan
tidak konsisten dan sulit dievaluasi. Dalam pertandingan, hal ini sangat
merugikan karena lemparan bisa berubah arah ke samping.
4. Kurangnya Perpindahan Berat Badan
Gerakan
lempar yang benar menuntut perpindahan berat badan dari kaki belakang ke kaki
depan secara bertahap dan dinamis. Namun kesalahan yang terjadi adalah diamnya
tubuh di satu titik tumpuan. Akibatnya, momentum tidak berpindah dengan lancar
sehingga kekuatan lemparan menjadi sangat terbatas.
Hal ini
disebut dalam Journal of Sports Biomechanics, bahwa perpindahan berat badan
yang tepat dapat meningkatkan daya jangkau lemparan hingga 30%. Sayangnya,
banyak atlet pemula yang belum mampu menyeimbangkan kekuatan dan kelincahan
tubuhnya secara simultan.
5. Waktu Pelepasan yang Tidak Tepat
Faktor
teknis terakhir yang berpengaruh adalah waktu pelepasan bola atau objek lempar.
Dalam teknik lempar samping, pelepasan harus terjadi ketika lengan berada di
sisi tubuh dalam posisi mendatar atau sedikit menanjak. Kesalahan waktu
pelepasan baik terlalu cepat atau terlalu lambat berpotensi menurunkan akurasi
dan jarak lemparan secara drastis.
Menurut
hasil riset dari International Journal of Sports Science and Coaching, waktu
pelepasan yang tidak sesuai menyebabkan kerugian energi kinetik sebesar 20–35%,
terutama pada level kompetisi remaja.
Teknik Lempar Samping yang Ideal Dimulai dari Kesadaran terhadap Kesalahan
Kesalahan
dalam lempar samping bukan sekadar persoalan teknis, tetapi juga mencerminkan
bagaimana pemahaman terhadap dasar gerak, koordinasi otot, dan kontrol tubuh
masih perlu diperkuat. Atlet, pelatih, maupun pengajar olahraga di sekolah
wajib memahami bahwa koreksi harus dilakukan secara bertahap dan terus menerus.
Pendekatan
yang dilakukan oleh Federasi Atletik Internasional dalam pelatihan dasar
atletik pemula menyarankan penggunaan video slow motion sebagai metode korektif
visual, yang terbukti membantu mengetahui kesalahan secara presisi. Dengan
memahami dan mengoreksi setiap tahapan dari pijakan, ayunan, hingga pelepasan
kualitas teknik lempar samping dapat berkembang dari kebiasaan fisik menjadi
disiplin motorik yang efisien.
Sebagaimana
setiap gerakan dalam olahraga membawa filosofi disiplin dan presisi, lempar
samping pun menyimpan pesan yang dalam, kekuatan bukan hanya hasil otot, tetapi
buah dari koordinasi, kesadaran, dan ketekunan membentuk gerak yang tepat.
Sehingga lahirlah atlet yang tidak hanya kuat, tetapi juga cermat.