Kalimat
efektif, sebagaimana dijelaskan dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia,
bukan hanya masalah tata bahasa atau teknik menyusun subjek-predikat-objek
secara runut. Kalimat efektif merupakan proses berpikir yang sistematis dan
logis.
Maka, tak
berlebihan jika dikatakan bahwa kalimat efektif mencerminkan cara berpikir yang
masuk akal. Namun, apa sebenarnya makna dari pernyataan ini ? Dan bagaimana
prinsip ini berperan dalam berbahasa sehari-hari ?
Memahami
Apa Itu Kalimat Efektif ?
Kalimat efektif, dalam pandangan ahli bahasa seperti Gorys Keraf adalah kalimat yang dapat menyampaikan gagasan secara tepat dan jelas sesuai maksud penulis atau pembicara, tanpa menimbulkan ambiguitas.
Sementara itu, dalam perspektif Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
sebuah kalimat disebut efektif apabila memenuhi kaidah struktur gaya bahasa,
logika penyampaian, serta kesesuaian konteks.
Kalimat
efektif harus mencerminkan alur berpikir yang teratur, sistematis, dan logis.
Dengan kata lain, kalimat yang efektif tidak hanya benar dari segi bentuk,
tetapi juga masuk akal.
Antara
Bahasa dan Pikiran Kalimat sebagai Representasi Nalar
Bahasa,
sebagaimana diungkapkan oleh filsuf Ludwig Wittgenstein dalam Tractatus
Logico-Philosophicus, adalah batas dunia kita. Apa yang bisa kita pikirkan,
itulah yang bisa kita katakan. Maka, struktur bahasa mencerminkan struktur
pikiran. Dalam hal ini, kalimat efektif adalah cermin dari pikiran yang
teratur, jernih, dan logis.
Sebagai
contoh, perhatikan kalimat berikut:
- “Dengan mengikuti pelatihan ini
akan meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa.”
Kalimat
tersebut secara tata bahasa tampak benar, tetapi jika dicermati, terjadi
ketidaksesuaian logika subjek-predikat. Frasa "dengan mengikuti pelatihan
ini" seharusnya tidak berdiri tanpa subjek. Kalimat tersebut menjadi
kabur, siapa yang mengikuti? Siapa yang akan meningkat kemampuannya?
Versi
kalimat efektifnya:
- “Dengan mengikuti pelatihan ini,
mahasiswa akan mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis.”
Struktur
kalimat ini menjelaskan subjek dan predikat secara utuh dan logis. Kalimat ini
tidak hanya benar secara gaya bahasa, tetapi masuk akal, dan itulah kuncinya.
Kalimat
Efektif
Kalimat
efektif pada dasarnya adalah kalimat yang mampu mengungkapkan gagasan dengan
jelas, tepat, dan sesuai dengan kaidah tata bahasa. Dalam banyak referensi
kebahasaan, seperti buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, kalimat efektif
disusun atas prinsip-prinsip berikut:
Kesatuan
Gagasan
- Satu kalimat harus memuat satu
ide pokok yang tersusun atas subjek dan predikat yang jelas.
Kepaduan
- Hubungan antarkata, frasa, atau
klausa dalam kalimat harus logis dan mengalir.
Kehematan
- Tidak ada pemborosan kata atau
pengulangan yang tidak perlu.
Ketegasan
- Gagasan utama diberi penekanan
yang semestinya, melalui posisi atau pilihan kata.
Kelogisan
Ini aspek
kunci: struktur kalimat harus masuk akal, tidak boleh bertentangan dengan nalar
umum.
Sebagai
contoh, perhatikan dua kalimat berikut:
- Untuk dapat menyelesaikan tugas,
maka kita harus bekerja keras.
- Kita harus bekerja keras untuk
dapat menyelesaikan tugas.
Kalimat
pertama terkesan “pintar” karena panjang, namun tidak efektif, penggunaan kata
penghubung “untuk” dan “maka” dalam satu struktur adalah redundan. Kalimat
kedua lebih efektif karena padat dan logis.
BACA JUGA: Syarat kalimat efektif dalam menyunting teks eksplanasi adalah
Mengapa
Kalimat Efektif Harus Mencerminkan Cara Berpikir yang Masuk Akal ?
Ketika
seseorang menyusun kalimat secara tidak langsung memperlihatkan alur berpikir
apakah runut, kritis, atau kabur. Kalimat yang efektif hanya bisa disusun jika
penulis atau pembicara memiliki struktur berpikir yang tertata.
Jika
seseorang menulis:
- Karena saya tidak masuk, maka
saya terlambat.
Maka kalimat
tersebut secara logika menjadi cacat. Sebab “tidak masuk” tidak mungkin
menyebabkan “terlambat”; justru “terlambat” bisa menyebabkan “tidak masuk”.
Kalimat tersebut membingungkan karena hubungan sebab-akibat tidak sesuai
logika.
Dengan
demikian, kalimat efektif menguji sekaligus menunjukkan apakah si penutur
berpikir masuk akal. Ia tidak hanya menyusun kata, tapi menyusun logika.
Kalimat
Efektif Dari Media Massa hingga Dunia Pendidikan
Dunia
jurnalistik, misalnya, sangat mengandalkan kalimat efektif. Laporan berita
tidak bisa menggunakan kalimat bertele-tele atau multitafsir. Dalam The
Elements of Style, disebutkan bahwa "good writing is clear thinking made
visible." Artinya, tulisan yang baik adalah hasil dari pemikiran yang
jernih dan diwujudkan dalam kalimat-kalimat yang logis dan efektif.
Contoh
dari berita:
- Akibat banjir yang melanda sejak
pagi, ribuan warga mengungsi ke tempat aman.
- Kalimat ini menunjukkan hubungan
sebab-akibat yang logis, padat, dan langsung ke pokok peristiwa.
Begitu pula
dalam pendidikan. Seorang guru yang menjelaskan konsep matematika atau IPA,
harus menyampaikan gagasan dengan kalimat yang tepat dan logis agar tidak
disalahpahami. Bila tidak, siswa bisa gagal memahami materi yang disampaikan.
Kalimat
Tidak Efektif Ambiguitas dan Disinformasi
Di sisi
lain, kalimat yang tidak efektif bisa memicu kesalahpahaman, bahkan
disinformasi. Dalam dunia politik, misalnya, penggunaan diksi yang ambigu kerap
kali dimanfaatkan untuk menyelubungi maksud sebenarnya. Kalimat seperti:
- Pemerintah akan mempertimbangkan
kebijakan bila situasi mendukung.
Terdengar
sopan, namun sebenarnya tidak menyampaikan posisi yang tegas. Kalimat ini tidak
efektif karena tidak logis dalam memberikan kepastian informasi; frasa “bila
situasi mendukung” terlalu kabur dan multitafsir.
BACA JUGA: Kata-kata dalam kalimat efektif disusun sesuai kaidah
Keterampilan
Berbahasa yang Rasional dan Bertanggung Jawab
Mengasah
keterampilan menyusun kalimat efektif bukan hanya latihan teknis semata.
Kemampuan berpikir sistematis, rasional, dan tidak bias merupakan bagian
penting dalam pengambilan keputusan. Kalimat efektif membantu menyampaikan
pemikiran secara tepat.
Pendidikan bahasa, terutama Bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran wajib di sekolah, idealnya mendorong siswa untuk menulis dan berbicara dengan logika yang lurus.
Kegiatan menulis esai, membuat laporan, atau bahkan meresensi buku, seharusnya
ditulis dalam kerangka berpikir logis yang tercermin lewat kalimat efektif.
Kalimat yang disusun dengan masuk akal, padat, dan jelas tidak hanya menunjukkan kecakapan berbahasa, tapi juga kedewasaan berpikir. Maka, membangun masyarakat yang berpikir rasional harus dimulai dari membangun kebiasaan berbahasa yang efektif.
.png)
.png)