Di bawah ini adalah alat musik yang terbuat dari tembaga

 

Di bawah ini adalah alat musik yang terbuat dari tembaga

Di bawah ini adalah alat musik yang terbuat dari tembaga ...

 

a. Gong

b. Trine

c. Sasando

d. Angklung

 

Jawaban: a. Gong

 

Di antara material sebagai alat musik, tembaga bisa menjadi pilihan. Logam tembaga dikenal karena keuletan, konduktivitas termal, dan resonansi akustiknya, telah menjadi pilihan dalam penciptaan instrumen yang mampu menghasilkan suara yang dalam, merdu, dan menggema. Namun, di antara sekian banyak pilihan, seringkali muncul pertanyaan mendasar: instrumen manakah yang benar-benar terbuat dari tembaga, dan bagaimana dibandingkan dengan alat musik lain yang mungkin sekilas tampak serupa?

 

Mari ketahui lebih lanjut empat pilihan yang disajikan, memahami karakteristik, material dasar, dan kekhasan masing-masing, untuk mengetahui mana yang paling tepat mewakili keindahan suara tembaga.

 

A. Gong

Ketika membahas tentang alat musik yang terbuat dari tembaga, gong adalah entitas yang pertama kali terlintas dalam benak banyak orang, dan memang demikianlah adanya. Gong, sebuah instrumen perkusi ikonik yang mendalam akarnya dalam berbagai tradisi budaya, secara umum terbuat dari perunggu suatu logam yang terbuat dari tembaga dan timah. Proporsi ideal untuk perunggu gong umumnya bervariasi, namun rasio 80% tembaga dan 20% timah dianggap ideal untuk menghasilkan karakteristik suara yang resonan.

 

Proses pembuatan gong membutuhkan keahlian tinggi. Dimulai dengan peleburan tembaga dan timah pada suhu tinggi, logam cair kemudian dituang ke dalam cetakan atau dibentuk melalui proses penempaan. Penempaan berulang, pembakaran, dan pendinginan air, yang kadang disebut sebagai "penyepuhan", adalah kunci untuk mencapai kekerasan, kekuatan, dan terutama, kualitas suara yang diinginkan. 


Setiap ketukan palu membentuk kurva dan ketebalan gong, yang pada gilirannya akan memengaruhi nada dan sustain-nya. Hasil akhir lempengan logam bundar yang masif, dengan bagian tengah yang menonjol (boss) atau datar, yang ketika dipukul dengan pemukul berlapis kain, menghasilkan suara gemuruh yang megah, bergetar, dan memiliki resonansi yang sangat panjang.

 

Secara faktual, berdasarkan penelitian yang diterbitkan oleh jurnal etnomusikologi seperti Ethnomusicology Forum dan kajian dari lembaga konservasi budaya seperti UNESCO (yang telah mengakui Gamelan, ansambel di mana gong adalah instrumen, sebagai Warisan Budaya Tak Benda Manusia), material perunggu (tembaga dan timah) adalah bahan baku utama gong tradisional.

 

B. Triangel

Berbeda dari gong, triangel adalah instrumen perkusi sederhana namun bisa dimainkan dalam orkestrasi modern. Meskipun terkadang disalahpahami sebagai terbuat dari tembaga karena kilau logamnya, triangel yang digunakan dalam orkestra dan band musik, terbuat dari batang baja.

 

Baja, paduan besi dan karbon, dipilih karena menghasilkan suara yang jernih, tajam, dan resonan dengan sustain yang relatif singkat. Bentuk segitiga terbuka (salah satu sudut tidak menyatu) memungkinkan getaran bebas, menghasilkan nada yang tinggi dan "berkilau" saat dipukul dengan stik logam kecil. Karakteristik suara berbeda dengan gong, triangel menghasilkan suara "bling" atau "sparkle" dalam aransemen musik, berfungsi sebagai penanda ritme. Sumber-sumber tepercaya seperti Grove Music Online dan literatur organologi dengan jelas mengklasifikasikan triangel sebagai instrumen baja, bukan tembaga.

 

C. Sasando

Sasando, sebuah alat musik petik tradisional yang berasal dari Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Keindahan dan keunikan sasando terletak pada bahan dan material yang alami. Bagian utamanya adalah tabung resonansi yang terbuat dari daun lontar kering yang dibentuk melingkar, berfungsi sebagai amplifier alami bagi getaran senar. Senarnya bisa berjumlah puluhan terbuat dari dawai rotan atau bahkan senar nilon modern, bukan logam apalagi tembaga.

 

Sasando dimainkan dengan cara dipetik, menghasilkan suara yang lembut, melodis, dan khas. Sumber etnografi dan musikologi Indonesia, seperti kajian dari Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Indonesia (PDII) LIPI dan berbagai publikasi universitas, menjelaskan bahwa material utama sasando adalah daun lontar dan rotan. Tidak ada komponen tembaga dalam proses pembuatannya, sehingga menjadika pilihan yang keliru.

 

D. Angklung

Terakhir, ada angklung, sebuah inststrumen musik (bernada ganda) yang berasal dari kebudayaan Sunda, Jawa Barat, Indonesia. Sama seperti sasando, angklung sepenuhnya terbuat dari material alami, yaitu bambu. Setiap angklung terdiri dari dua hingga empat tabung bambu yang berbeda ukuran, diukir sedemikian rupa sehingga ketika digoyangkan, tabung-tabung bergesekan dan menghasilkan nada tertentu. Satu set angklung dapat memainkan melodi lengkap, dengan setiap pemain bertanggung jawab atas satu atau beberapa nada.

 

 

Berdasarkan deskripsi mengenai material serta proses pembuatan, sangat jelas bahwa Gong adalah satu-satunya alat musik di antara pilihan yang disajikan yang terbuat dari tembaga, dalam bentuk paduan perunggu. Triangel terbuat dari baja, sementara Sasando dan Angklung masing-masing terbuat dari bahan alami seperti daun lontar, rotan, dan bambu.

 

Pemahaman yang akurat mengenai material dasar alat musik tidak hanya menambah apresiasi kita terhadap keindahan suara yang dihasilkan, tetapi juga membuka wawasan tentang keragaman budaya dan inovasi teknologi yang melatarbelakangi penciptaan setiap instrumen.

LihatTutupKomentar