Menjawab soal Perkawinan campuran lebih memudahkan terjadinya

 

Perkawinan campuran lebih memudahkan terjadinya

Perkawinan campuran lebih memudahkan terjadinya ...

 

a. Asimilasi

b. Akomodasi

c. Akulturasi

d. Persaingan

 

Jawaban: a. Asimilasi

 

Dalam sebuah masyarakat yang semakin multikultural, perkawinan campuran menjadi fenomena sosial yang lazim terjadi. Ketika dua orang dari latar belakang budaya, etnis, atau agama yang berbeda memutuskan untuk mengikat janji dalam pernikahan, tidak hanya menggabungkan dua keluarga, tetapi juga dua tradisi, norma, dan sistem nilai yang berbeda.

 

Dari perspektif sosiologis, perkawinan campuran bisa menjadi pemicu utama terjadinya asimilasi, yaitu proses peleburan dua budaya di mana salah satu atau keduanya mengalami perubahan dan menciptakan identitas budaya baru yang lebih seragam. 


Dibandingkan dengan bentuk interaksi sosial lain, seperti akomodasi, akulturasi, dan persaingan, asimilasi lebih erat kaitannya dengan dampak jangka panjang dari perkawinan campuran.

 


Proses Asimilasi dalam Perkawinan Campuran

Secara teoritis, asimilasi adalah proses sosial yang terjadi ketika orang atau kelompok dengan latar belakang budaya yang berbeda melebur ke dalam suatu budaya dominan atau menciptakan kebudayaan baru. Dalam konteks perkawinan campuran, proses asimilasi berlangsung secara bertahap dan melibatkan beberapa aspek kehidupan:

Bahasa dan Komunikasi

Salah satu bentuk paling nyata dari asimilasi dalam perkawinan campuran adalah penggunaan bahasa. Pasangan dari latar belakang berbeda akan mengadopsi satu bahasa utama sebagai bahasa komunikasi dalam keluarga. Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang lebih dominan dalam masyarakat tempat mereka tinggal.

Pola Hidup dan Kebiasaan

Pasangan yang berasal dari dua budaya berbeda akan secara alami mengadopsi atau mengubah kebiasaan agar lebih sesuai dengan pasangan atau dengan lingkungan sosial yang mereka tempati. Misalnya, seorang yang menikahi pasangan dari budaya Barat akan lebih terbuka terhadap konsep kebebasan dan gaya hidup mandiri.

Nilai dan Keyakinan

Proses asimilasi juga terjadi dalam aspek nilai dan keyakinan. Perkawinan campuran menuntut adanya kompromi dalam hal kepercayaan, adat istiadat, bahkan agama. Beberapa pasangan memilih untuk mengadopsi satu sistem kepercayaan tertentu, sementara dalam situasi lain, mereka menciptakan sesuatu baru yang mencerminkan unsur dari kedua tradisi.

Identitas dan Generasi Penerus

Anak-anak dari hasil perkawinan campuran juga menjadi wujud dari asimilasi. Mereka tumbuh dalam lingkungan yang menggabungkan tradisi dari kedua budaya orang tua mereka, tetapi lebih cenderung mengasimilasi diri dengan budaya yang lebih dominan.

 

 

Perbandingan dengan Konsep Lain

Untuk memahami mengapa perkawinan campuran lebih memudahkan asimilasi dibandingkan dengan pilihan lain seperti akomodasi, akulturasi, atau persaingan, kita perlu menguraikan bagaimana masing-masing konsep ada dalam konteks sosial.


1. Akomodasi

Akomodasi adalah proses di mana dua kelompok yang berbeda hidup berdampingan tanpa harus saling melebur. Dalam perkawinan campuran, akomodasi mungkin terjadi jika pasangan tetap mempertahankan identitas budaya masing-masing tanpa terjadi penyatuan nilai atau kebiasaan. Misalnya, pasangan yang tetap menjalankan tradisi masing-masing tanpa ada perubahan dalam cara hidup.

 

Namun, perkawinan campuran jarang hanya berhenti pada tahap akomodasi, karena adanya kebutuhan untuk berbagi kehidupan sehari-hari yang menuntut perubahan pada salah satu atau kedua belah pihak. Oleh karena itu, asimilasi lebih dominan dalam jangka panjang.


2. Akulturasi

Akulturasi adalah proses di mana suatu kelompok budaya mengadopsi unsur dari budaya lain tanpa menghilangkan identitas asli. Dalam konteks perkawinan campuran, akulturasi bisa terjadi jika salah satu pasangan mengadopsi sebagian budaya pasangannya, tetapi tetap mempertahankan tradisi dari budayanya sendiri.

 

Sebagai contoh, seseorang yang menikah dengan pasangan dari budaya Jepang akan mulai mengadopsi kebiasaan makan dengan sumpit, tetapi tetap menjalankan tradisi budaya asalnya. Perbedaannya dengan asimilasi adalah bahwa dalam akulturasi, identitas budaya asli tetap bertahan, sementara dalam asimilasi, identitas baru terbentuk dan menyatu secara menyeluruh.


3. Persaingan

Persaingan terjadi ketika dua kelompok budaya saling berkompetisi untuk mempertahankan pengaruh atau kekuasaan. Dalam perkawinan campuran, persaingan dapat muncul jika kedua pasangan bersikeras mempertahankan budaya masing-masing tanpa ada kompromi. Tentu bisa menyebabkan konflik dalam hubungan dan bahkan bisa mengarah pada perpecahan.

 

Namun, perkawinan campuran pada dasarnya didasarkan pada kompromi dan kesepakatan, sehingga persaingan bukan hasil yang umum terjadi. Sebaliknya, beberapa situasi, pasangan menemukan cara untuk menyelaraskan budaya, yang mengarah pada proses asimilasi.

 

 

Dalam konteks perkawinan campuran, asimilasi adalah hasil yang mungkin terjadi dibandingkan dengan akomodasi, akulturasi, atau persaingan. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan akan penyatuan dalam kehidupan sehari-hari, yang mendorong pasangan untuk mengadopsi unsur-unsur budaya satu sama lain sehingga menciptakan identitas budaya baru yang lebih seragam.

 

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa semakin banyak terjadi perkawinan campuran, semakin cepat pula proses asimilasi berlangsung dalam suatu masyarakat.

LihatTutupKomentar