Musik daerah kebanyakan menggunakan tangga nada ...
a. kromatis
b. diatonis
c.
pentatonis
d. slendro
Jawaban: c. pentatonis
Musik daerah adalah salah satu warisan budaya yang menggambarkan keragaman kearifan lokal di berbagai wilayah. Setiap daerah memiliki ciri khas musikalitas tersendiri, mencerminkan karakter masyarakat serta tradisi yang telah ada sejak masa lampau. Salah satu aspek mendasar dalam musik daerah adalah penggunaan tangga nada.
Di Indonesia, tangga nada yang paling dominan dalam musik daerah adalah tangga nada pentatonis. Namun, penting untuk memahami mengapa pilihan
ini menjadi dominan dan bagaimana perbedaan dengan tangga nada lain seperti
kromatis, diatonis, dan slendro.
Apa Itu Tangga Nada Pentatonis ?
Tangga nada
pentatonis adalah struktur nada yang terdiri dari lima nada utama dalam satu
oktaf. Dalam konteks musik daerah, tangga nada diciptakan dengan melodi yang
sederhana namun cukup ekspresif. Pentatonis memiliki dua varian Utama yaitu
pelog dan slendro, yang terdapat dalam gamelan Jawa dan Bali. Pelog cenderung
memiliki karakter lebih "berat" dan "resonansi mendalam,"
sementara slendro lebih "ringan" dan "mengalir."
Keunggulan
tangga nada pentatonis dalam musik daerah adalah kesederhanaan yang
memungkinkan ekspresi emosional tanpa memerlukan harmoni rumit. Tangga nada
juga selaras dengan instrumen tradisional seperti gamelan, angklung, kolintang,
dan sasando.
Tangga Nada Pentatonis: Kesederhanaan yang Universal
Tangga nada pentatonis adalah sistem musik yang terdiri dari lima nada dalam satu oktaf. Keunikan dari tangga nada ini yaitu pada harmoni yang sederhana dan bisa menyatu dengan berbagai jenis melodi. Pentatonis menjadi pilihan dalam musik daerah karena:
- Kesederhanaannya: Struktur lima nada memudahkan pemahaman dan pelatihan, sehingga cocok untuk diterapkan dalam tradisi lisan.
- Ekspresivitasnya: Tangga nada ini memungkinkan penyampaian emosi yang beragam tanpa terlalu banyak konflik harmoni.
- Keberagaman Budaya: Dari gamelan di Jawa hingga musik tradisional Tiongkok, tangga nada pentatonis ada dalam berbagai bentuk, termasuk laras slendro dan pelog dalam musik gamelan Indonesia.
Musik daerah
menggunakan pentatonis karena sesuai terhadap alat musik tradisional. Banyak
alat musik daerah, seperti angklung, seruling, dan gamelan, secara alami
selaras dengan tangga nada ini, sehingga menghasilkan melodi tanpa memerlukan
teknik musik kompleks.
Bandingkan dengan Pilihan Jawaban Lain
Kromatis
Tangga nada
kromatis terdiri dari dua belas nada dalam satu oktaf, yang masing-masing
berjarak setengah langkah (semitone). Tangga nada ini ditemukan dalam musik
klasik Barat atau genre musik yang membutuhkan keragaman harmoni kompleks,
seperti jazz dan musik modern. Dalam konteks musik daerah, tangga nada kromatis
jarang digunakan karena struktur melodi yang rumit tidak cocok dengan sifat
sederhana instrumen tradisional.
Diatonis
Tangga nada
diatonis adalah struktur nada dengan tujuh nada per oktaf, seperti dalam skala
mayor dan minor. Diatonis merupakan tangga nada utama dalam musik Barat dan
sebagian besar lagu populer modern. Beberapa instrumen daerah yang terinspirasi
dari tradisi Barat, seperti keroncong, mulai menggunakan diatonis. Namun, pada
karya musik tradisional murni, diatonis dianggap terlalu kompleks dan kurang
mencerminkan tradisi budaya lokal.
Slendro
Slendro
sebenarnya adalah bagian dari pentatonis dan lebih cocok disebut sebagai
subdivisi. Karakter nada slendro yang terdiri dari lima nada dengan jarak
interval hampir sama memberikan nuansa ringan dan ceria, sehingga bisa
digunakan dalam pementasan gamelan untuk lakon-lakon wayang yang menggambarkan
suasana gembira. Meskipun termasuk dalam pentatonis, slendro tidak sepenuhnya
mewakili keseluruhan cakupan musik daerah karena tangga nada pelog juga sama
dominannya.
Mengapa Pentatonis ?
Alasan
mengapa tangga nada pentatonis menjadi pilihan utama dalam musik daerah tidak
terlepas dari kesederhanaan dan adaptif terhadap budaya dan teknologi lokal.
Mayoritas instrumen tradisional, seperti gambang dan kulintang, diciptakan
untuk menghasilkan lima nada inti. Selain itu, pentatonis mudah diselaraskan
dengan gaya vokal tradisional yang tidak memanfaatkan harmoni polifonik seperti
pada musik Barat.
Secara
historis, tangga nada pentatonis berkembang dari kebutuhan masyarakat untuk
menyampaikan pesan spiritual, ritual, atau cerita melalui media yang mudah
diakses dan dimengerti. Tangga nada ini menjadi wujud dari lingkungan dan
kehidupan masyarakat tradisional yang cenderung sederhana namun penuh makna.
Musik
daerah, merepresentasikan keragaman identitas budaya. Pilihan tangga nada
pentatonis menjadi bukti bagaimana tradisi, kepraktisan, dan estetika berpadu
untuk menciptakan harmoni yang abadi. Dibandingkan dengan tangga nada kromatis,
diatonis, atau bahkan subdivisi seperti slendro, pentatonis adalah yang paling
sesuai dengan karakter musik tradisional daerah.