Jurnalisme adalah sebuah profesi yang berlandaskan pada pencarian kebenaran. Untuk mengungkap kebenaran, seorang jurnalis harus mampu menggali informasi yang mendalam dan akurat dari berbagai narasumber.
Namun terkadang narasumber enggan
untuk berbagi informasi penting karena merasa tidak nyaman, takut, atau tidak
percaya pada jurnalis yang mewawancarainya. Itulah pentingnya membangun
hubungan dan kepercayaan penting dalam melakukan wawancara.
Tanpa hubungan dan kepercayaan, wawancara hanya akan menjadi interaksi transaksional. Jurnalis bisa saja mendapatkan jawaban singkat, tetapi esensi dari cerita, konteks emosional, dan detail-detail penting dari informasi akan hilang.
Sebaliknya, ketika jurnalis berhasil menciptakan ikatan yang kuat, wawancara
berubah menjadi percakapan yang tulus, di mana narasumber merasa aman untuk
membuka diri dan berbagi perspektif yang lebih dalam.
Mengapa Narasumber Bersikap Defensif ?
Seorang narasumber, terutama yang memiliki peran publik atau yang berada dalam situasi rentan cenderung bersikap bertahan. Narasumber bisa saja khawatir tentang bagaimana informasi akan disajikan, takut dihakimi, atau curiga bahwa jurnalis hanya mencari sensasi.
Menurut studi yang dilakukan oleh Pew Research Center,
ada beberapa orang enggan berbicara dengan media karena persepsi negatif
terhadap jurnalisme, yang dianggap bias atau tidak akurat.
Mengawali
wawancara dengan pertanyaan yang bersifat pribadi dan ringan, seperti
menanyakan kabar atau latar belakang, dapat membantu membangun kepercayaan.
Jurnalisme yang baik tidak dimulai dari pertanyaan mendalam, tetapi dari
mendengarkan dengan tulus.
Strategi untuk Membangun Ikatan Emosional
Membangun
hubungan bukanlah hal yang bisa dilakukan secara instan. Tetapi merupakan
sebuah proses yang membutuhkan kesabaran dan ketulusan. Berikut adalah beberapa
strategi yang bisa dilakukan oleh jurnalis profesional:
Riset Mendalam tentang Narasumber
Sebelum wawancara dimulai, jurnalis harus melakukan riset tentang narasumber. Dengan mengetahui latar belakang, pencapaian, atau bahkan tantangan yang pernah dihadapi, jurnalis dapat menunjukkan sikap peduli.
Misalnya, seorang jurnalis yang ingin mewawancarai
seorang seniman dapat memulai percakapan dengan memuji salah satu karya seni.
Hal ini menunjukkan bahwa jurnalis tidak hanya menganggap narasumber sebagai
sumber berita, tetapi sebagai pribadi yang unik.
Mendengarkan Secara Aktif
Komunikasi yang efektif tidak hanya tentang berbicara, tetapi juga tentang mendengarkan. Jurnalis yang baik akan mendengarkan dengan saksama, mengangguk, dan memberikan respons yang menunjukkan sikap memahami apa yang dikatakan narasumber.
Misalnya, jika narasumber menceritakan pengalaman yang
traumatis, jurnalis dapat mengatakan, "Saya bisa membayangkan betapa
sulitnya itu bagi Anda." Validasi emosi menciptakan rasa peduli mendorong
narasumber untuk berbagi lebih banyak.
Transparansi dan Janji Kerahasiaan
Jurnalis harus transparan tentang tujuan wawancara,
bagaimana informasi akan digunakan, dan jika ada bagian dari wawancara yang
akan dirahasiakan. Kerahasiaan merupakan janji dalam jurnalisme. Menurut
Society of Professional Journalists (SPJ), jurnalis memiliki tanggung jawab
etis untuk menghormati janji yang dibuat kepada narasumber. Pelanggaran
terhadap janji dapat merusak kredibilitas jurnalis dan institusi media secara
keseluruhan.
Menjaga Kontak Setelah Wawancara
Mengirimkan email ucapan terima kasih atau
menindaklanjuti dengan informasi tambahan dapat menunjukkan bahwa jurnalis
menghargai waktu dan kontribusi narasumber. Dalam beberapa kondisi, menjaga
hubungan jangka panjang dengan narasumber dapat memberikan manfaat besar di
masa depan, karena akan lebih cenderung bersedia diwawancarai kembali atau
memberikan informasi berita.
Pada akhirnya, wawancara bukan hanya tentang mengajukan pertanyaan. Wawancara adalah sebuah kesempatan untuk terhubung dengan orang lain, untuk memahami perspektif, dan untuk menceritakan kisah dengan cara yang paling akurat dan manusiawi.
Dengan memprioritaskan hubungan dan kepercayaan, jurnalis tidak hanya
mendapatkan data yang lebih baik, tetapi juga berkontribusi pada jurnalisme.
Wawancara yang berhasil adalah wawancara yang tidak hanya memberikan jawaban,
tetapi juga membangun membangun hubungan dan kepercayaan.