Kearifan lokal pada sat ini sudah banyak ditinggalkan, karena
a. masukya pengaruh budaya lain yang dianggap lebih modern
b. kurangnya perhatian dari keluarga
C. kurangnya sosialisasi dan dan tidak ada perhatian yang
serius
d. pengaruh pergaulan sehari-hari
Di tengah gempuran modernisasi dan globalisasi, kearifan lokal, warisan budaya leluhur yang sarat makna dan nilai, kian terpinggirkan.
Seolah tersapu arus perubahan zaman, banyak aspek kearifan lokal yang mulai
ditinggalkan, mengkhawatirkan kelestarian budaya bangsa dan dampaknya bagi
kehidupan masyarakat.
Salah satu contoh nyata adalah tradisi gotong royong. Semangat kebersamaan dan saling membantu yang dulu kental dalam kehidupan masyarakat kini mulai memudar.
Masyarakat lebih individualis, sibuk dengan urusan pribadi, dan mengandalkan jasa profesional untuk menyelesaikan pekerjaan bersama.
Hilangnya tradisi gotong royong tak hanya merenggut nilai-nilai luhur
kebersamaan, tetapi juga berdampak pada melemahnya rasa solidaritas dan
kepedulian antar sesame warga masyarakat.
Contoh lain adalah penggunaan bahasa daerah. Globalisasi dan dominasi bahasa asing, terutama bahasa Inggris, telah mendorong pergeseran bahasa di kalangan generasi muda.
Masyarakat lebih terbiasa berkomunikasi dengan bahasa asing, sehingga bahasa daerah pun terpinggirkan dan terancam punah.
Hal ini tentu memprihatinkan, karena bahasa daerah merupakan identitas
budaya bangsa yang tak ternilai harganya.
Pengabaian kearifan lokal tak hanya berdampak pada aspek sosial dan budaya, tetapi juga pada kelestarian alam. Kearifan lokal, seperti sistem irigasi tradisional dan pengelolaan hutan, telah terbukti efektif menjaga keseimbangan alam selama berabad-abad.
Namun, dengan derasnya arus modernisasi, sistem-sistem ini mulai ditinggalkan, digantikan dengan teknologi modern yang tak selalu ramah lingkungan.
Akibatnya, kerusakan alam pun kian
marak, seperti pencemaran lingkungan, deforestasi, dan perubahan iklim.
Hilangnya kearifan lokal bukan semata-mata karena pengaruh dari luar. Faktor dari dalam seperti kurangnya edukasi oleh nilai-nilai luhur budaya kepada generasi muda juga menjadi penyebab utama.
Masyarakat, terutama
generasi muda, perlu disadarkan akan pentingnya kearifan lokal dan didorong
untuk melestarikannya.
Upaya pelestarian kearifan lokal harus dilakukan secara komprehensif dan berkelanjutan. Pemerintah perlu mengambil peran aktif dalam merumuskan kebijakan dan program yang mendukung pelestarian kearifan lokal.
Edukasi tentang nilai-nilai luhur budaya dan kearifan lokal harus dimasukkan
dalam kurikulum pendidikan. Peran komunitas dan tokoh masyarakat juga tak kalah
penting dalam menjaga dan melestarikan kearifan lokal di daerah masing-masing.
Melestarikan kearifan lokal bukan berarti menolak modernisasi. Justru, kearifan lokal dapat menjadi panduan dan filter dalam menghadapi arus modernisasi agar perubahan yang terjadi tidak berdampak buruk pada budaya dan tradisi.
Kearifan lokal merupakan tradisi bangsa yang tak
ternilai harganya. Melestarikan budaya local juga tanggung jawab kita bersama
untuk mewariskan budaya dan nilai luhur kepada generasi penerus.
Contoh Penerapan Pelestarian Kearifan Lokal
Bayangkan sebuah desa tradisional yang dulu rukun dan damai, di mana gotong royong menjadi tradisi yang tak terpisahkan. Kini, desa itu mulai berubah. Generasi muda lebih sibuk dengan gadget dan media sosial, tak lagi tertarik dengan kegiatan gotong royong.
Bahasa daerah pun mulai
ditinggalkan, digantikan bahasa asing yang dianggap lebih modern. Sistem
irigasi tradisional yang dulu dijaga dengan baik kini terbengkalai, digantikan
pompa air modern yang tak ramah lingkungan.
Kearifan lokal yang dulu menjadi pedoman hidup masyarakat
kini mulai terlupakan. Dampaknya pun mulai terasa. Solidaritas dan kepedulian
antar masyarakat memudar, kerusakan alam kian marak, dan identitas budaya
bangsa terancam punah.
Menyadari hal ini, beberapa tokoh masyarakat desa mulai bergerak. Mereka menggelar diskusi dan edukasi tentang pentingnya kearifan lokal kepada generasi muda.
Para tokoh masyarakat mengajak warganya untuk
kembali melestarikan tradisi gotong royong, menggunakan bahasa daerah, dan
menjaga sistem irigasi tradisional.
Upaya ini membuahkan hasil. Generasi muda mulai tertarik dengan kearifan lokal. Mereka belajar bahasa daerah, berpartisipasi dalam gotong royong, dan bersama-sama menjaga kelestarian alam.
Desa pun kembali
rukun dan damai, dengan kearifan lokal yang menjadi pondasi kehidupan
masyarakat.
Kisah diatas hanyalah contoh kecil dari upaya pelestarian kearifan lokal yang harus dilakukan di berbagai daerah di Indonesia. Kearifan lokal merupakan warisan budaya bangsa yang tak ternilai harganya.
Melestarikan
kearifan local merupakan tanggung jawab kita bersama untuk mewariskan budaya
dan nilai-nilai luhur kepada generasi penerus.