Teori belajar humanistik adalah teori yang melihat belajar
sebagai proses pemanusiaan manusia. Artinya, teori ini menjelaskan pentingnya
seseorang untuk mengenali diri dan mengembangkan potensinya secara optimal.
Berbeda dengan teori belajar yang berfokus pada pencapaian nilai atau hafalan
semata, teori humanistik lebih mementingkan proses belajar itu sendiri.
Inti dari teori humanistik adalah terbentuknya seseorang
yang mengaktualisasikan diri. Aktualisasi diri merupakan konsep yang dicetuskan
oleh Abraham Maslow, seorang psikolog humanistik. Aktualisasi diri berarti
seseorang mencapai potensi penuhnya dan menjadi versi terbaik dari dirinya
sendiri.
Ciri Khas Teori Belajar Humanistik:
- Menghargai Perbedaan Individu: Teori ini memandang setiap siswa sebagai seseorang yang unik dengan pengalaman belajar dan gaya belajar yang berbeda. Guru memperhatikan pengalaman dan kondisi emosional siswa untuk membuat suasana belajar yang nyaman.
- Belajar sebagai Kebutuhan Internal: Berbeda dengan behaviorisme yang menggunakan penguatan eksternal, teori humanistik percaya bahwa manusia memiliki semangat untuk belajar dan berkembang. Keingintahuan alami dan motivasi dari dalam diri seseorang menjadi pendorong utama.
- Guru sebagai Fasilitator: Peran guru bergeser dari pengajar menjadi pembimbing. Guru membantu siswa menemukan cara belajar yang paling efektif untuk mereka, serta menyediakan lingkungan yang mendukung pengetahuan dan pengembangan diri.
- Belajar yang Holistik: Teori humanistik memandang belajar sebagai proses yang melibatkan seluruh aspek manusia, yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (perasaan), dan psikomotorik (keterampilan). Siswa bukan hanya diajarkan untuk menghafal, tetapi juga untuk memahami, menerapkan, dan merasakan pemahaman materi dari apa yang mereka pelajari.
Penerapan Teori Belajar Humanistik:
- Metode Pembelajaran yang Beragam: Guru menggunakan berbagai metode pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan gaya belajar siswa. Beberapa contohnya adalah diskusi kelompok, pembelajaran berbasis tugas, dan pembelajaran berbasis masalah.
- Penilaian yang Berorientasi pada Proses: Penilaian tidak hanya didasarkan pada hasil akhir (nilai ujian), tetapi juga pada proses belajar siswa. Guru dapat menggunakan observasi, penilaian diri, dan presentasi untuk mengevaluasi perkembangan siswa secara menyeluruh.
- Pembelajaran Kooperatif: Siswa didorong untuk bekerja sama dalam kelompok untuk saling belajar dan mendukung satu sama lain. Hal ini dapat meningkatkan keterampilan sosial dan komunikasi mereka.
- Suasana Belajar yang Menghargai dan Mendukung: Guru membuat suasana belajar yang aman dan nyaman, di mana siswa merasa dihargai, didengarkan, dan bebas untuk bertanya dan berpendapat.
Manfaat Teori Belajar Humanistik:
- Siswa Lebih Mengenali Diri: Melalui proses belajar yang berkelanjutan, siswa dapat mengenali potensi dan minat mereka. Ini penting untuk perkembangan siswa di masa depan.
- Pembelajar Mandiri: Siswa didorong untuk belajar secara mandiri dan bertanggung jawab atas proses belajarnya. Keterampilan ini akan berguna sepanjang hidup mereka.
- Motivasi Belajar yang Tinggi: Suasana belajar yang nyaman dan menghargai akan meningkatkan motivasi dari diri siswa untuk belajar. Mereka akan lebih bersemangat untuk menggali ilmu dan pengetahuan.
- Belajar yang Bermakna: Siswa bukan hanya akan menghafal materi pelajaran, tetapi juga memahami dan dapat menerapkannya dalam kehidupan nyata.
- Teori belajar humanistik menjelaskan sudut pandang yang berpusat pada siswa dalam dunia pendidikan. Dengan mengutamakan proses belajar dan pengembangan seseorang, teori ini berpotensi menghasilkan generasi pembelajar yang berkompeten, mandiri, dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi.
Teori belajar humanistik mendeskripsikan sudut pandang yang
berbeda dalam dunia pendidikan. Dengan mengutamakan proses belajar dan
pengembangan seseorang, teori ini berpotensi menghasilkan generasi pembelajar
yang berkompeten dan berperan serta terhadap proses belajar.