Membahas soal Tari bambangan cakil menggunakan properti tari yang berupa senjata

 

Tari bambangan cakil menggunakan properti tari yang berupa senjata

Tari bambangan cakil menggunakan properti tari yang berupa senjata ...

 

a. perisai

b. keris

c. tombak

d. pedang

 

Jawaban: b. keris

 

Tari Bambangan Cakil berasal dari kisah dalam pewayangan Mahabharata, terutama dalam adegan perang antara seorang kesatria (Bambangan) dan raksasa (Cakil). Tari ini menggambarkan konflik antara kesucian dan kebaikan melawan keangkaramurkaan. 


Dalam adegan pertempuran, senjata yang digunakan oleh tokoh kesatria adalah keris, sementara tokoh raksasa Cakil bertarung dengan tangan kosong atau menggunakan kuku panjang sebagai senjata alami.

 

Dalam filosofi Jawa, keris bukan sekadar senjata, melainkan lambang kewibawaan, keberanian, dan spiritualitas. Keris dipercaya memiliki daya magis dan melambangkan kesaktian seorang kesatria. Senjata ini kerap digunakan dalam berbagai pertunjukan tari yang berakar dari seni wayang wong atau wayang kulit, karena diperlukan dalam berbagai kisah pewayangan.

 

Menurut beberapa sumber, seperti buku "Wayang Wong: The State Ritual and Classical Dance Drama of Central Java" karya Clara Brakel-Papenhuijzen, senjata utama yang digunakan dalam pertunjukan tarian ksatria di Jawa adalah keris, bukan pedang, tombak, ataupun perisai. Hal ini menunjukkan bahwa properti yang paling sesuai dalam tari Bambangan Cakil adalah keris.

 

Perbandingan dengan Pilihan Jawaban Lain

Agar pemahaman semakin lengkap, mari kita bandingkan penggunaan keris dengan tiga pilihan jawaban lain:

 

1. Perisai (Jawaban A)

Perisai adalah alat pertahanan yang digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan lawan. Dalam berbagai budaya, perisai kerap menjadi bagian dari pertarungan, terutama dalam perang. Namun, dalam konteks tari Bambangan Cakil, perisai tidak pernah menjadi properti utama.

 

Dalam pertarungan wayang wong, para kesatria bertarung menggunakan senjata tajam seperti keris atau tombak, sementara perisai lebih identik dengan seni bela diri atau perang tradisional, bukan tari yang terinspirasi dari wayang kulit. Oleh karena itu, perisai bukanlah jawaban yang tepat.

 

2. Tombak (Jawaban C)

Tombak merupakan senjata panjang yang umum digunakan dalam berbagai cerita pewayangan, terutama oleh pasukan perang atau tokoh yang memiliki karakter petarung agresif. Dalam tarian klasik Jawa, tombak memang digunakan, misalnya dalam Tari Golek Sulung Dayung atau Tari Baris (Bali) yang mengisahkan para prajurit.

 

Namun, dalam Tari Bambangan Cakil, pertarungan terjadi dalam jarak dekat, bukan dengan senjata panjang seperti tombak. Para ksatria dalam wayang wong menggunakan keris yang mencerminkan teknik bertarung khas prajurit bangsawan, bukan prajurit biasa yang menggunakan tombak. Dengan demikian, tombak juga bukan jawaban yang benar.

 

3. Pedang (Jawaban D)

Pedang adalah senjata yang digunakan dalam berbagai kebudayaan, termasuk dalam seni pertunjukan tradisional seperti Kuda Lumping atau Reog Ponorogo. Senjata pedang memiliki bilah panjang yang tajam, cocok untuk pertarungan jarak menengah hingga dekat.

 

Namun, dalam konteks tari Bambangan Cakil, penggunaan pedang tidak ditemukan dalam referensi sejarah maupun dalam pertunjukan tradisional. Keris tetap menjadi senjata utama, karena mencerminkan karakter ksatria Jawa yang lebih mengutamakan keluwesan dan ketajaman strategi dibandingkan kekuatan semata. Oleh karena itu, pedang bukan pilihan yang tepat untuk tarian ini.

 

 

Berdasarkan penjelasan di atas, jelas bahwa keris adalah senjata yang digunakan dalam tari Bambangan Cakil. Properti ini bukan hanya sekadar alat tempur, tetapi juga memiliki filosofis sebagai simbol keberanian dan kebangsawanan seorang ksatria dalam tradisi Jawa.

 

Pilihan jawaban lain seperti perisai, tombak, dan pedang tidak sesuai dengan karakteristik tarian, baik dari segi filosofi maupun teknis pertunjukan. Oleh karena itu, jawaban yang paling tepat adalah b. keris.

 

Tari Bambangan Cakil tidak hanya menjadi hiburan semata, tetapi juga sarana edukasi yang mengajarkan tentang keberanian, kehormatan, dan perlawanan terhadap kejahatan, sebagaimana yang tergambar dalam pertarungan klasik antara Bambangan dan Cakil di atas panggung.

LihatTutupKomentar